Jumat, 07 September 2018

Produksi Pharmaceutical Grade Activated Carbon

Surface area atau luas permukaan adalah salah satu parameter penting untuk activated carbon. Tetapi parameter surface area tidak selalu mewakili kualitas dan penggunaan activated carbon tersebut. Hal ini karena terkait dengan ukuran molekul yang hendak dijadikan target penjerapan dari activated carbon tersebut. Activated carbon memiliki struktur ukuran pori dan distribusi yang berbeda-beda tergantung dari bahan baku dan proses produksi. Ukuran pori tersebut meliputi micropore (adsorption section, < 2 nm), mesopore (transport pores, 2-50 nm) dan macropore (access pores, 50-1000 nm). Tipikal komersial activated carbon memiliki internal surface area sekitar 1000 m2/gram dengan internal volume pori-pori 0,3-3 ml/gram. Suatu molekul tertentu dengan ukuran tertentu hanya bisa masuk ke pori-pori activated carbon tersebut apabila ukurannya lebih kecil, begitu juga sebaliknya. Target molekul yang akan dijerap dengan ukurannya harus disesuaikan dengan jenis activated carbon yang digunakan. 
Penggunaan activated carbon sebagai obat tercatat dimulai sejak penggunaan arang sebagai obat yang telah dilakukan pada zaman Yunani kuno. Penggunaannya saat itu untuk mengobati masalah pencernaan dan bahkan berlanjut hingga hari ini seperti mengatasi masalah over dosis obat di dalam perut. Seiring perkembangan zaman maka produk activated carbon bisa menggantikan penggunaan arang tersebut. Salah satu penggunaan penting activated carbon di bidang farmasi lainnya adalah untuk depyrogenasi larutan-larutan untuk infeksi-infeksi hypodermic. Larutan-larutan tersebut banyak terkontaminasi racun-racun bakteri tidak bisa dihilangkan dengan penyaringan (filtrasi) maupun dengan sterilisasi. Racun-racun tersebut memiliki reaksi-reaksi akut dengan makhluk hidup dan mengakibatkan kenaikkan suhu tubuh. Activated carbon ketika digunakan memiliki efek depyrogenation dan dapat digunakan langsung untuk hal tersebut. Hanya activated carbon dengan kemurnian tinggi yang bisa digunakan sehingga tidak mempengaruhi atau menimbulkan reaksi-reaksi lain dengan larutan tersebut. Pemurnian (purifikasi) dan penghilangan warna (decolorisasi) senyawa-senyawa seperti glycerol, asam laktat dan garam-garamnya, betaine, asam glutamat, serta tartaric acid dan garam-garamnya pada umumnya menggunakan activated carbon.

“Allah telah menurunkan penyakit dan juga obatnya. Allah menjadikan setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah, namun jangan berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Daud no. 3874. Sanad hadits ini dho’if kata Al Hafizh Abu Thohir).

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari obat yang khobits (yang haram atau kotor).” (HR. Abu Daud no. 3870, Tirmidzi no. 2045 dan Ibnu Majah no. 3459. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Keprihatinan akan minimnya obat-obatan halal juga seharusnya menjadi motivasi tersendiri bagi para muslimin untuk memproduksi berbagai obat-obatan sendiri. Obat seperti halnya makanan dan minuman yang masuk ke perut kita tersebut tidak sembarangan saja kita konsumsi. Kehalalan produk-produk tersebut jauh lebih penting daripada manfaat atau khasiat yang diharapkan, sehingga harus benar-benar kita perhatikan (QS 80 : 24-32). Nabi Muhammad SAW memerintahkan para pengikutnya juga hanya berobat dengan sesuatu yang halal seperti dua hadist diatas. Activated carbon bisa digunakan sebagai obat maupun sebagai bahan pembantu untuk produksi berbagai berbagai macam obat-obatan juga harus dipastikan kehalalannya juga. Hal ini karena secara teknis activated carbon bisa diproduksi dari bahan yang haram misalnya tulang babi. Tentu hal ini masih membutuhkan banyak perjuangan kaum muslimin dengan penuh kesungguhan dan kesabaran sehingga benar-benar mendapatkan obat-obatan yang dibutuhkan jelas kehalalannya. 
Rotating Kiln Untuk Steam (Physical) Activation
Produksi activated carbon untuk penggunaan di sektor pangan dan farmasi atau obat-obatan hanya bisa dilakukan dengan aktivasi fisika yang sebagian besar menggunakan kukus (steam). Hal ini karena apabila menggunakan aktivasi kimia seperti dengan H3PO4, ZnCl2 dan KOH, maka dikhawatirkan terjadi kontaminasi produk activated carbon yang dihasilkan. Proses produksi dengan aktivasi fisika juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan aktivasi kimia. Selain itu untuk mendapatkan activated carbon dengan kemurnian tinggi maka kandungan-kandungan mineral dalam abunya seperti Ca, Mg, Si, Fe dan sebagainya juga harus diminimalisir seminimal mungkin bahkan kalau bisa bisa dihilangkan sama sekali. Proses penghilangan mineral-mineral pada abu tersebut dilakukan setelah proses aktivasi dengan pencucian. Sedangkan pada proses produksi activated carbon secara efisien sehingga sangat ekonomis, sebaiknya menggunakan unit pirolisis (karbonisasi) kontinyu sehingga selain dihasilkan arang sebagai produk utama, juga produk-produk samping yang bisa digunakan sebagai sebagai sumber energi, dan untuk lebih detail bisa dibaca disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...