Minggu, 12 April 2020

VCO Sebagai Immune Booster Menghadapi Virus Corona (nCoV-19)


Indonesia diprediksi menjadi episentrum kasus korona, karena lambat dan tidak komprehensifnya penanganan, kurangnya fasilitas kesehatan termasuk laboratorium, besarnya populasi penduduk , luasnya wilayah dan transparansi sebaran kasus yang buruk. Hal tersebut menjadi keprihatinan dan kekhawatiran sejumlah ilmuwan dunia, termasuk sejumlah negara telah menarik duta besarnya dari Indonesia. Salah satu hal yang sangat memprihatinkan adalah sangat minim sekali dari populasi jumlah penduduk yang ditest korona, hal tersebut membuat laporan yang ditampilkan menjadi tidak akurat sehingga tidak bisa dijadikan acuan.Hal yang lebih menyedihkan dari laporan minim yang terinfeksi korona tersebut terdeteksi tingkat angka kematian yang tinggi yakni kisaran 9% atau kategori sangat tinggi (lebih tinggi dari rata-rata internasional). Saat ini diperkirakan diperkirakan hanya sekitar 0,001% (2.700 individu) (24/3/2020) dari populasi penduduk dan ditambah keluhan tentang akurasi dan lamaya proses test korona tersebut, sehingga test massif harus segera dilakukan.
 
Sejumlah simulasi dan pemodelan telah dilakukan untuk memprediksi penyebaran infeksi viris korona tersebut. Berikut ada beberapa simulasi dan pemodelan yang bisa kita jadikan referensi. Professor matematika terapan di University of Essex di Inggris memperkirakan 50% penduduk Jakarta akan terinfeksi dalam 50 hari sejak kasus pertama dikonfirmarsi pada 2 Maret lalu atau itu berarti pada tanggal 21 April 2020. Pemodelan lain dari LSHTM (London of School Hygiene & Tropical Medicine) memperkirakan akan terdapat lebih dari 35.000 kasus tercatat di akhir Maret 2020, dimana jumlah masyarakat yang terinfeksi mencapai lebih dari 960.000 orang. Sedangkan dari riset gabungan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia menyatakan bahwa kematian Covid 19 di Indonesia bisa mencapai 2,6 juta orang (sangat banyak atau hampir 1% dari populasi penduduk). Menurut mereka puncak kasus infeksi mencapai 55 juta orang pada Mei 2020, dan puncak kebutuhan ICU sekitar 6 juta orang.  Dan dari yang dirawat di ICU tersebut diperkirakan 1% akan membutuhkan ventilator atau berarti dibutuhkan 60.000 ventilator. Pada dasarnya dari kurva pemodelan tesebut adalah untuk secara efektif menurunkan jumlah terinfeksi atau membuat kurva lebih landai sehingga berada dibawah daya tampung rumah sakit, yang membuat harapan prosentase masyarakat yang tertolong lebih besar.

Perkiraan puncak pandemi Covid19 di Indonesia

Berdasarkan kondisi di atas maka diprediksi bahwa wabah virus korona akan memakan waktu lama untuk mengatasinya (dan kalau tidak diambil langkah radikal yang sistematis seperti lockdown ketat), maka dipediksi akan memakan waktu lebih dari 1 tahun.  Tentu aja hal tersebut akan sangat berat bagi kehidupan masyarakat khususnya dari sektor ekonomi dan sosial-keamanan. Apalagi puluhan ribu nara pidana (napi) juga sudah dikeluarkan dari penjara-penjara di Indonesia. Hal tersebut seharusnya mendorong penduduk semakin waspada dan antisipatif, termasuk dengan melakukan berbagai tindakan preventif untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap serangan virus khususnya virus korona  yakni dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen yang mendukung hal tersebut.

VCO berbeda dengan minyak goreng kelapa karena pada VCO dibuat tanpa pemanasan sehingga menghasilkan asam lemak jenuh rantai sedang atau Medium Chain Fatty Acids (MCFA) yang tinggi, vitamin E, anti oksidan dan enzim-enzim yang ada didalam buah kelapa. Asam laurat dalam VCO mudah diserap sampai ke mitokondria sehingga akan meningkatkan metabolisme tubuh. Asam lemak jenuh, asam laurat (lauric acid) terdiri dari 12 atom karbon, yang diikat jenuh (tidak ada ikatan ganda) oleh atom hidrogen. Hal ini yang membuatnya tidak mudah tengik dan bisa bertahan hingga 2 tahun. Dengan 12 atom karbon tersebut maka asam laurat disebut asam lemak rantai sedang (MCFA). Sedangkan minyak arau asam lemak lainnya pada umumnya seperti minyak goreng sawit, minyak kacang dan sebagainya  merupakan asam lemak berantai panjang (long chain fatty acid=LCFA) dan ikatan kimianya tidak jenuh (ikatan ganda). Asam laurat akan diubah menjadi monolaurin atau sebuah senyawa monogliserida yang diproleh para bayi dari air susu ibu yang mempunyai sifat anti virus, anti bakteri, dan anti protozoa.
Asam lemak rantai sedang (MCFA) bisa langsung diserap melalui dinding usus sesampainya di saluran cerna, proses ini lebih cepat karena tanpa melalui proses hidrolisis dan enzimatik. Selanjutnya langsung dipasok masuk kedalam aliran darah dan langsung dibawa kedalam organ hati untuk dimetabolisir. Didalam hati VCO diproses menjadi energi saja, bukan kolesterol LDL dan bukan timbunan lemak, energi tersebut digunakan untuk meningkatkan fungsi semua kelenjar endoktrin, organ dan jaringan tubuh. Asam Lemak rantai sedang (MCFA) memiliki ukuran molekul yang kecil, sehingga mudah dicerna dan dapat langsung diserap tubuh (diserap oleh dinding usus) karena MCFA mudah menembus mitokondria (sebuah organ yang ada dalam setiap sel tubuh kita yang berfungsi menghasilkan energi untuk tubuh), Sehingga Pankreas, saluran pencernaan, dan hati dapat bekerja lebih ringan.Kemudahan MCFA menembus mitokondria, menjadikan VCO berperan sebagai sumber energi instan atau cepat menghasilkan energi bagi tubuh. VCO juga bisa sebagai supplemen kesehatan halal. Otoritas kelapa Philippina bahkan telah merekomendasikan VCO untuk mengatasi masalah virus korona. Seorang Doktor dari Ateneo De Manila University, Dr. Fabian M. Dayrit salah satu dari sejumlah ahli yang telah mempublikasikan hasil penelitiannya tentang potensi VCO dengan kemapuan anti virusnya untuk melawan virus korona (nCoV-2019), linknya bisa dibaca disini.
Produksi VCO dengan stoples plastik
Pemisahan VCO dari blondo
Produk-produk VCO
Para produsen VCO kecil khususnya yang dulu sempat terkendala untuk memasarkan VCO-nya, khususnya untuk pasar export yang mensyaratkan adanya sertifikasi organik, maka kondisi saat ini menjadi momentum memasarkannya khususnya untuk pasar dalam negeri. Sebagian besar produsen VCO tersebut juga merupakan industri rumah tangga sehingga aktivitas tetap bisa dilalukan dan sejalan dengan himbauan atau perintah untuk bekerja dari rumah (WFH = work from home). Melakukan aktivitas produksi VCO ditengah masa karantina/lockdown di rumah sendiri juga bisa sebagai aktivitas yang menyenangkan, produktif dan menghilangkan kebosanan. Bagi produsen VCO tersebut, juga dimungkinkan untuk mengolah limbah air kelapa untuk produksi nata de coco dan tempurung kelapa untuk produksi arang dan lebih makro untuk menghidupkan kembali industri kelapa terpadu. VCO untuk immune booster artinya sebagai suplemen dalam rangka meningkatkan ketahanan tubuh adalah sangat penting khususnya bagi yang teridentifikasi sebagai ODP (Orang Dalam Pantauan) dan lebih khusus lagi untuk yang berstatus PDP (Pasien Dalam Pengawasan) dan positif terkonfirmasi terinfeksi virus korona. Sedangkan bagi yang sehat adalah hal penting untuk selalu menjaga kesehatan dan menjaga daya tahan tubuhnya terlebih lagi pada masa pandemi seperti ini.

Kamis, 09 April 2020

Analisa Proses Pyrolysis Pada Wood Pellet Silo Fire

Kebakaran silo (silo fire) penampung wood pellet selain membahayakan juga berpotensi menimbulkan kerugian jutaan dollar. Silo penampung wood pellet tersebut digunakan untuk menampung wood pellet sementara sebelum dikirim atau dikapalkan ke negara tujuan pembeli ataupun menampung sementara wood pellet dari penjual atau produsen sebelum didistribusikan ke pengguna. Tipikal kapasitas silo tersebut 15.000 ton dan sejumlah silo juga lokasinya berdekatan dengan pabrik wood pellet. Hal tersebut membuat pabrik wood pellet juga bisa terbakar apabila terjadi kebakaran yang tidak terkendali pada silo penampung wood pellet tersebut. Saat ini sepertinya belum ada silo penampung wood pellet tersebut di Indonesia karena Indonesia belum menjadi produsen besar wood pellet maupun pengguna wood pellet tersebut. Silo penampung tersebut biasanya terdapat pada sejumlah negara yang telah menjadi produsen besar wood pellet seperti Amerika, Kanada dan sejumlah negara di Eropa. 
Karakteristik kebakaran wood pellet pada umumnya unik dan tidak seperti kasus kebakaran pada umumnya sehingga penangannya juga agak berbeda. Hampir semua kebakaran silo wood pellet ini terjadi karena aktivitas mikroba (fermentasi anaerob) yang menghasilkan panas, sehingga mencapai titik nyala (ignition point) dari wood pellet. Dan karena pada kondisi kekurangan oksigen maka proses thermal pada wood pellet tersebut merupakan proses pyrolysis. Jadi ada dua proses yang berurutan pada kebakaran silo wood pellet tersebut yakni fermentasi dan pyrolysis atau proses biologi dan proses kimia. Untuk mengatasi terjadinya fermentasi anaerob dan pyrolysis sebagai penyebab kebakaran silo tersebut maka harus diputus rantai penyebabnya, yakni menyuplai udara yang cukup pada seluruh tumpukan wood pellet dalam silo tersebut. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan ventilasi udara yang cukup bagi tumpukan wood pellet dalam silo tersebut. Selain itu diupayakan wood pellet tersebut tidak ditampung terlalu lama dalam silo tersebut. 

Lalu bagaimana jika telah terjadi kebakaran dalam silo tersebut? Pada umumnya kebakaran silo butuh beberapa hari diketahui karena lokasi terjadinya pyrolysis berada di tengah tumpukan wood pellet dalam silo tersebut dan dengan kecepatan proses yang lambat. Indikasi yang bisa diamati antara lain konsentrasi CO (karbon monoksida) dan O2 (oksigen). Semakin besar konsentrasi CO mengindikasikan pyrolysis telah cukup lama terjadi. Gas CO juga sangat berbahaya karena bisa menghilangkan kesadaran bahkan kematian, jika terpapar pada konsentrasi tertentu. Paparan dengan karbon monoksida (CO) dapat mengakibatkan keracunan sistem saraf pusat dan jantung. Gejala dari keracunan ringan meliputi sakit kepala dan mual-mual pada konsentrasi kurang dari 100 ppm. Konsentrasi serendah 667 ppm dapat menyebabkan 50% hemoglobin tubuh berubah menjadi karboksihemoglobin (HbCO). Hal tersebut mengakibatkan hemoglobin tidak bisa lagi mengikat oksigen sehingga bisa mengakibatkan kematian. Di Amerika Serikat, organisasi Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja membatasi paparan di tempat kerja sebesar 50 ppm. Semakin kecil konsentrasi O2 dan semakin besar konsentrasi CO berarti sebagian besar oksigen dalam tumpukan digunakan untuk proses pyrolysis. Apabila konsentrasi CO tinggi, tetapi juga konsentrasi O2 juga cenderung meningkat maka dikhawatirkan akan terjadi kebakaran besar, karena suplai oksigen yang mencukupi akan mengubah proses kimia dari pyrolysis ke pembakaran (combustion). Ventilasi dan semua lubang  udara harus ditutup apabila hal tersebut terjadi.

Proses pyrolysis pada kompor
Proses (slow) pyrolysis atau karbonisasi sendiri pada umumnya digunakan untuk produksi arang atau memaksimalkan hasil padatnya.Pada proses ini ada tiga variabel utama untuk mengontrol prosesnya yakni waktu tinggal (residence time), suhu dan heating rate. Proses (slow) pyrolysis atau karbonisasi dengan produk utama berupa arang beroperasi dengan heating rate kecil. Hal tersebut yang membuat kebakaran pada silo membutuhkan waktu lama untuk mengetahuinya. Dan andaikata seluruh variabel proses pyrolysis pada silo wood pellet dapat terkontrol maka akan dihasilkan produk berupa arang dengan konversi sekitar 30% atau 5.000 ton. Dengan kondisi demikian maka silo wood pellet tersebut berfungsi sebagai tungku karbonisasi yang beroperasi batch direct heating dan diperkirakan akan membutuhkan waktu hingga berminggu-minggu untuk menyelesaikan satu kali siklus pyrolysis atau karbonisasi sehingga seluruh wood pellet terkonversi menjadi arang.

Pentingnya instrumentasi keselamatan (safety instrumentation) pada silo wood pellet

control room
Penggunaan sensor-sensor gas dan panas penting digunakan pada silo wood pellet tersebut. Selain untuk memonitoring atau memantau kondisi dalam silo tersebut, informasi dari sensor-sensor tersebut juga seharusnya dikoneksikan dengan perangkat keselamatan (safety), misalnya ketika terjadi konsentrasi gas CO sampai 2%, maka alarm tanda bahaya berbunyi, menutup semua lubang ventilasi (kecuali bagian atas) dan gas nitrogen diinjeksikan dari bawah ke dalam silo tersebut sehingga kondisi menjadi inert.  Tetapi apabila konsentrasi gas CO diatas 2% dan O2 diatas 5% maka injeksi nitrogen dilakukan dari atas. Wood pellet dari dalam silo tersebut bisa dikeluarkan (discharge) ketika konsentrasi O2 kurang dari 5% dan CO sangat rendah serta dikeluarkan di lokasi terbuka yang aman. Semakin lengkap sensor digunakan maka kondisi operasi dalam silo semakin terpantau secara komprehensif. Tetapi ketika seluruh ventilasi saluran udara telah ditutup tetapi ternyata ada konsentrasi yang tinggi dari O2 dan CO hal itu kemungkinan terjadi kebocoran pada silo atau terjadi percepatan reaksi pyrolysis tersebut.Sejumlah prosedur keselamatan juga bisa dengan mudah dilakukan apabila informasi lengkap bisa didapat sehingga kerugian yang ditimbulkan bisa diminimalisir termasuk yang terpenting keselamatan nyawa manusia.
 Antisipasi dan pencegahan kecelakaan tersebut adalah hal penting, sehingga upaya ini harus dilakukan secara optimal. Ketika telah terjadi kobaran api di puncak silo tersebut maka penggunaan gas nitrogen menjadi tidak efektif lagi. Kobaran api di puncak silo bisa saja terjadi karena gas produk pyrolysis (combustible gases) terbakar. Jika kondisi sudah seperti itu maka pemadaman hanya bisa dilakukan dengan air dan dengan resiko silo tersebut collapse. Hal lain seperti keselamatan nyawa operator terancam dan puluhan ribu ton wood pellet rusak. Setiap operator juga wajib menggunakan alat bantu pernafasan jika berada di lokasi yang beresiko tersebut. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa antisipasi dan pencegahan sangat penting. 

Sabtu, 04 April 2020

Integrasi Peternakan Dengan Kebun Biomasa atau Kebun Energi

Lama dan mahalnya biaya sosial untuk produksi kayu-kayu keras seperti kayu jati yang membutuhkan waktu minimal 15 tahun membuat Perhutani menggantinya dengan tanaman rotasi cepat seperti gliricidia. Sedangkan bagi perusahaan swasta alasan utama menanam tanaman rotasi cepat tersebut terutama adalah alasan keuntungan. Komoditas yang memberikan keuntungan cepat, dengan resiko minimal.  Waktu panen kayu yang pendek yang hanya berkisar 2-3 tahun dan bisa trubus (coppice) berulang-ulang tanpa perlu menanam ulang (replanting) adalah keunggulan tanaman tersebut. Penanaman dan perawatan pohon tersebut juga sangat mudah. Harga kayu yang hanya seharga kayu limbah atau kayu bakar juga meringankan biaya sosial yakni pengamanan dari pencurian kayu. Penggunaan kayu-kayu tersebut sebagai sumber biomasa atau bahan baku pada industri pengolahan kayu seperti pembuatan particle board maupun sebagai sumber energi misalnya dengan diolah menjadi wood pellet dan wood briquette. Ratusan ribu hektar telah direncanakan untuk penanaman tersebut dan membutuhkan waktu hingga beberapa tahun ke depan.
Selain produksi kayu  utama, sebenarnya ada dua produk dari pohon tersebut yang bisa dimanfaatkan yakni bunga dan daun (whole tree utilization). Bunga untuk peternakan lebah madu atau produksi madu dan daun untuk pakan ternak atau produksi daging. Peternakan domba, kambing dan sapi bisa dikembangkan berdekatan dengan kebun tersebut sehingga dekat dengan sumber pakan. Walaupun kandungan protein dalam daun gliricidia berkisar 18-24% atau cukup tinggi untuk pakan ternak pada umumnya, sehingga sangat bagus untuk pakan ternak, karena pakan konsentrat biasanya hanya mengandung protein sekitar 15% saja, tetapi untuk mendapatkan pakan yang berimbang masih dibutuhkan sejumlah nutrisi lainnya. Kebutuhan nutrisi pelengkap lainnya bisa didapatkan dari masyarakat sekitar dengan bekerjasama melalui pemberdayaan masyarakat. Nutrisi yang dibutuhkan untuk pakan ternak sehingga menjadi  pakan lengkap (complete feed) tersebut yakni sumber serat, sumber protein, vitamin dan mineral. Daun gliricidia dengan kadar protein 18-24% sebagai sumber protein, sedangkan rumput atau jerami sebagai sumber serat dan ditambah vitamin dan mineral. 

Penggembalaan 
Untuk menghasilkan hasil ternak yang unggul maka penggembalaan ternak adalah solusinya. Dengan penggembalaan, ternak akan lebih sehat dan biaya pakan bisa semakin murah karena rumput bisa langsung didapat. Dengan luasan kebun biomasa atau kebun energi yang mencapai puluhan hingga ratusan ribu hektar, maka mengalokasikan beberapa puluh atau ratus hektar tentu bukan hal sulit. Area tersebut bisa digunakan untuk padang penggembalaan ternak-ternaknya. Rumput-rumput tertentu bisa ditanam sebagai sumber pakan pada padang penggembalaan tersebut. Domba dan sapi bahkan bisa diternak dan digembala pada satu padang gembalaan yang sama. Teknik penggembalaan rotasi adalah teknik penggembalaan yang bisa diterapkan karena lebih efektif dan efisien, dibanding penggembalaan konversional.
Penggembalaan tunggal (single grazing)

Penggembalaan campur (mixed grazing
Pabrik Pakan 
Dengan komposisi daun gliricidia yang dihasilkan dari setiap pohon mencapai sekitar 30% dan rata-rata perhektar ditanam 10.000 pohon maka jumlah daun yang dihasilkan dari kebun biomasa atau kebun energi tersebut sangat banyak dan berlebih untuk konsumsi di peternakan. Maka hal tersebut juga berpotensi membuat pabrik pakan ternak. Pakan ternak yang diproduksi selanjutnya bisa menyuplai pakan ke sejumlah peternakan di berbagai daerah sehingga usaha peternakan semakin berkembang dan swasembada daging mudah tercapai. Import daging yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu ton seharusnya bisa dihindari dan dicukupi dari usaha peternakan di dalam negeri.

Masalah utama peternakan yakni pakan dan pasar. Ketika masalah pakan sudah teratasi hal tersebut berarti 50% dari masalah sudah diselesaikan. Sedangkan untuk memulai usaha, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah pasar atau pembeli. Jika produk yang dihasilkan dari usaha yang kita lakukan tidak ada pasar atau pembeli maka usaha tersebut akan merugi dan gulung tikar. Potensi kekurangan daging di dalam negeri bisa menjadi potensi pasar yang besar maupun pasar export. Terkait domba dan kambing, memang sejumlah daerah lebih menyukai kambing seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sedangkan daerah lain lebih menyukai domba seperti Yogyakarta. Hal tersebut seharusnya juga menjadi perhatian terkait target pasarnya.

Kamis, 02 April 2020

Penghematan Pupuk di Perkebunan Sawit dengan Biochar dan Kompos dari Limbah Biogas



Walaupun Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dengan luas perkebunan sawitnya mencapai  sekitar 13 juta hektar, tetapi diperkirakan kurang dari 10% yang memiliki fasilitas biogas dari POME (Palm oil mill effluent) atau limbah cair pabrik sawit. Padahal dengan memanfaatkan POME untuk produksi biogas maka selain bisa dikonversi menjadi listrik atau panas, juga menghasilkan pupuk organik berupa kompos dan pupuk organik cair. Kompos tersebut bisa sebagai pupuk pada perkebunan sawit, yang mana biaya pupuk untuk operasional perkebunan sawit adalah komponen biaya tertinggi. Diperkirakan setiap 10.000 hektar menghabiskan biaya untuk pupuk kurang lebih Rp 35,75 milyar dan untuk lebih detail bisa dibaca disini. Penggunaan kompos tersebut tentu akan mengurangi kebutuhan pupuk tersebut. 
Skema pemanfaatan limbah sawit untuk optimalisasi produksi CPO

Disamping itu limbah-limbah padat seperti tankos sawit, fiber dan pelepah sawit juga sangat potensial untuk produksi energi (listrik dan panas) dan biochar. Produksi energi berupa listrik dan panas tersebut dengan cara membakar produk samping pirolisis berupa syngas dan biooil ke tungku pembakaran untuk memanasi boiler. Dan karena bahan bakar gas dan cair yang digunakan dalam tungku pembakaran tersebut, sehingga proses pembakaran lebih sempurna dan emisi yang bersih. Steam (kukus) yang dihasilkan dari boiler selanjutnya akan menggerakkan steam turbine dan generator sehingga menghasilkan listrik. Kukus (steam) bertekanan rendah dari steam turbine selanjutnya digunakan untuk sterilisasi atau perebusan tandan buah segar. Sedangkan biochar akan digunakan bersama-sama dengan kompos dan pupuk kimia untuk mengefektifkan pemupukan di perkebunan sawit sehingga menjadi pupuk lepas lambat (slow release fertilizer). Biaya untuk pemupukan juga diharapkan bisa dikurangi secara signifikan, misalnya hingga 50% dengan cara tersebut. Biochar meskipun bukan pupuk tetapi memiliki fungsi yang mengefektifkan pemakaian pupuk karena menahan nutrisi pupuk dari pencucian (leaching) misalnya dari air hujan, juga menjaga kelembaban dan sebagainya. 
Loading PKS untuk export
PKS (palm kernel shell) atau cangkang sawit bahkan bisa seluruhnya dijual atau dieksport. Hal ini karena sebelumnya atau pada umumnya cangkang sawit yang digunakan untuk bahan bakar boiler dengan fiber, sudah disubtitusi dengan produk dari proses pirolisis yakni syngas dan biooil. Kebutuhan cangkang sawit baik untuk pasar domestik / lokal dan export terus meningkat sepanjang waktu. Cangkang sawit / PKS adalah bahan bakar ramah lingkungan karena berasal dari biomasa sehingga merupakan bahan bakar carbon neutral. Penggunaan PKS sebagai bahan bakar banyak digunakan oleh sejumlah Industri mulai sebagai sumber panas untuk proses pengeringan seperti spray dryer di pabrik detergent dan keramik, boiler di pabrik makanan seperti pabrik kecap, hingga pembangkit listrik seperti di Jepang, bisa dibaca lebih detail disini. Dalam dunia perdagangan komoditas bahan bakar biomasa khususnya di pasar internasional PKS adalah kompetitor utama wood pellet. Walaupun secara spesifikasi tidak jauh berbeda, harga PKS juga lebih murah karena berasal dari limbah pabrik sawit dan tidak perlu unit pengolahan yang kompleks seperti wood pellet. Dan pada dasarnya dengan skema pemanfaatan limbah-limbah pabrik sawit seperti di atas, maka akan memaksimalkan keuntungan dari pabrik sawit atau pabrik CPO tersebut.

Dari Karbon Netral ke Karbon Negatif : Pengembangan Baterai, Wood Pellet, Carbon Capture and Storage (CCS) dan Biochar

Riset untuk pengembangan baterai kapasitas besar terus dilakukan sehingga listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan ...