Minggu, 29 Maret 2015

Menentukan Kapasitas Pabrik Wood Pellet



Untuk menentukan kapasitas produksi dan membuat pabrik wood pellet tidak hanya melihat jumlah bahan baku yang tersedia saja. Sisi lain berupa kebutuhan pasar dan karakteristik pasar juga menjadi pertimbangan penting. Dan saat ini juga belum ada pabrik wood pellet di Indonesia dengan kapasitas produksi diatas 100.000 ton/tahun, walaupun dari sisi potensi untuk penyediaan bahan baku dan kebutuhan pasar sangat memungkinkan dan tidak menjadi masalah. Dibawah ini tabel produksi wood pellet dari negara-negara produsen utama dunia :




Saat ini pasar utama wood pellet dari Indonesia adalah Korea Selatan karena adanya peraturan pemerintah disana untuk pemakaian wood pellet, yakni di Renewable Portofolio Standard (RPS) sejak tahun 2012. Kompetitor lain dari Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia juga mulai meramaikan pasar wood pellet. Dengan kondisi seperti itu pihak pembeli atau pasar umumnya mau membeli secara kontrak dengan kapasitas tertentu dan waktu tertentu. Sebagian besar pembeli melakukan praktek kontrak pembelian untuk kapasitas minimal 1000 ton/bulan selama minimal 6 bulan. Hal ini berdampak pada kapasitas pabrik wood pellet yang akan dibuat, yakni minimal 1000 ton/bulan. Kapasitas 1000 ton/bulan atau 40 ton/hari atau 2 ton/jam (20 jam operasi) pabrik wood pellet direkomendasikan sebagai kapasitas minimal pabrik wood pellet saat ini bagi para pengusaha yang akan berkecimpung pada produksi wood pellet.



Kebutuhan wood pellet diprediksi akan terus meningkat seiring trend global untuk pemakaian energi terbarukan, dengan prediksi pada tahun 2024 yakni  50 juta ton secara global atau untuk Korea Selatan saja lebih dari 3 juta ton. Dalam beberapa tahun lagi kebijakan seperti Korea Selatan akan diikuti beberapa negara ekonomi kuat di Asia.

Sabtu, 21 Maret 2015

Wood Pellet dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

Integrasi ekonomi diantara anggota ASEAN dalam MEA  (atau AEC = ASEAN Economic Community) yang rencananya akhir tahun ini akan dimulai, merupakan bentuk hubungan lanjut dari AFTA yang sifatnya lebih menyeluruh daripada sekedar perdagangan (trade). Integrasi paling tinggi pada aspek ekonomi seperti halnya di negara-negara yang tergabung dalam masyarakat ekonomi Eropa (MEE) adalah penyatuan mata uang, tetapi ini kelihatanya belum akan dilakukan dalam waktu dekat pada MEA. MEA ini membuat berbagai negara-negara ASEAN membuat suatu regulasi atau aturan bersama dalam wilayah kawasan ekonominya. Blok-blok perdagangan dan ekonomi memang banyak dibuat saat ini berdasarkan kawasan atau regional tertentu yang jelas juga memiliki tujuan tertentu juga. Integrasi atau penyatuan ekonomi dalam MEA tersebut membuat berbagai negara-negara ASEAN saling berlomba untuk meningkatkan daya saing untuk tetap bisa memimpin percaturan dalam regional tersebut. Indonesia dengan luas wilayah dan penduduk terbesar (sekitar 250 juta) ditambah melimpahnya sumberdaya alam adalah potensi ekonomi yang luar biasa atau negri zamrud katulistiwa ini akan menjadi fokus atau perhatian utama pada MEA.

Bonus demografi berupa jumlah penduduk usia produktif melebihi usia non-produktif juga akan faktor lain yang akan menambah daya tarik Indonesia, yang kondisi ini berkebalikan dengan kondisi negara-negara Eropa, Jepang dan negara-negara ekonomi kuat lainnya. Tentu dengan kondisi tersebut Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi pasar berbagai produk luar negeri dan ekonomi kuat yang membuat neraca perdagangan tidak seimbang dan akan selalu membuat kondisi Indonesia semakin terpuruk. Peluang sekaligus tantangan akan dihadapi sehingga seharusnya perlu persiapan serius dan matang. Sejumlah negara ASEAN telah menyiapkan jauh-jauh hari untuk menghadapi MEA ini, tetapi Indonesia terlihat belum secara serius mempersiapkan untuk menghadapi MEA ini.



Wood pellet memiliki peran strategis dalam menghadapi MEA karena banyaknya permintaan seiring tingginya kesadaran pada mitigasi bencana, perubahan iklim dan pemanasan global. Luasnya lahan, suburnya tanah dan iklim tropis membuat bahan baku wood pellet yang bisa dibilang salah satu faktor kunci kesuksesan bisnis wood pellet, tidak sulit untuk diusahakan. Sejumlah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) yang memang dipersiapkan untuk hutan tanaman industri (HTI) dan bisa dikerjasamakan dengan pihak swasta puluhan hingga ratusan ribu hektar tersedia. Selain itu jutaan hektar lahan marjinal dan lahan tidur juga sangat potensial, mengingat tanaman untuk bahan baku wood pellet ini juga sangat mudah tumbuh dan dibudidayakan. Pembuatan kebun energi atau istilah yang dipakai untuk kebun untuk produksi bahan baku wood pellet memiliki banyak keunggulan. Ekonomi yang dikembangkan pada usaha wood pellet adalah ekonomi yang rendah karbon. Pada prinsipnya membuat suatu usaha yang saling menguntungkan antara berbagai pihak dan tidak merusak alam sehingga bisa terus berkesinambungan harus dipegang kuat apapun yang akan dihadapi termasuk MEA ini.  

Selasa, 10 Maret 2015

10 Keuntungan Dengan Membuat Kebun Energi Untuk Produksi Wood Pellet



Keterjaminan pasokan bahan baku adalah salah satu faktor kunci dari keberhasilan usaha wood pellet. Ada 2 cara untuk mendapatkan bahan baku yang umum dilakukan saat ini :
a. Membeli dari pemilik atau sumber bahan baku.
b. Mengusahakan sendiri ketersediaan bahan sendiri.
Sedangkan cara ke-3 dan ini masih belum banyak dilakukan pengusaha wood pellet adalah dengan cara campuran atau mix, yakni sebagian mengusahakan sendiri ketersediaan bahan bakunya dan sebagian sisanya membeli dari pemilik atau sumber bahan baku.


Sedangkan ditinjau dari jenis biomasa bahan bakunya ada 2 macam, yakni
a. Biomasa kayu
b. Biomasa yang non-kayu seperti limbah-limbah pertanian (tandan kosong sawit, tongkol jagung, sekam padi dan sebagianya). Saat ini biomasa kayu masih menjadi prioritas untuk dipelletkan menjadi produk wood pellet karena sejumlah keunggulan dibanding biomasa non-kayu yang umumnya merupakan limbah-limbah pertanian, yang dimasukkan dalam kategori biomass pellet atau agri-waste pellet.  Perbandingan antara wood pellet dan biomass pellet / agri-waste pellet bisa dibaca disini.

Sedangkan biomasa kayu apabila ditinjau lebih khusus untuk produksi wood pellet maka sumber bahan baku dibedakan menjadi 2 macam :
a.  Limbah-limbah industri pengolahan kayu.
b. Kayu dari produk kebun energi.
Sedangkan ditinjau dari kekeringan bahan baku, maka ada bahan baku kering dan baha baku basah. Tingkat kekeringan bahan baku juga harus diatur sehingga bisa menghasilkan wood pellet berkualitas.



Kebun energi sebagai sumber bahan baku yang diusahakan sendiri memiliki banyak keunggulan, antara lain :

1. Kebun energi bisa dibuat sendiri sehingga kontrol bahan baku internal usaha wood pellet lebih mudah, seperti fluktuasi pasokan, perubahan harga pasar, tidak tergantung sumber-sumber kayu limbah dan sebagainya.

2. Produk samping dari kebun energi berupa hijauan bisa dimanfaatkan untuk peternakan seperti sapi atau kambing, dan peternakan lebam madu yang memanfaatkan bunga dari tanaman kebun energi.

3. Lokasi pabrik wood pellet bisa sangat dekat atau bahkan berada ditengah-tengah kebun energi (raw material oriented), sehingga biaya/harga bahan baku murah.

4. Kebun energi juga menyerap CO2 dari atmosfer (Carbon negative), aplikasi wood pellet merupakan Carbon neutral sehingga bisa masuk dalam perdagangan karbon, kegiatan mitigasi perubahan iklim melalui aforestasi (penanaman/penambahan stok karbon), dan pembangunan unit SFM (Sustainable Forest Management).


Photo-Photo Pembibitan Tanaman Kaliandra Untuk Pembuatan Kebun Energi Seluas 1200 ha


5. Pola penyediaan bahan baku mix (campur) dengan sebagian kebun energi milik perusahaan (inti) dan sebagian yang lain milik masyarakat (plasma) bisa dilakukan. Pola ini akan mengikutsertakan peran masyarakat dan mengembangkannya.

6. Penghasilan tambahan dengan memanfaatkan sela tanaman kebun energi dengan tanaman lain (model agroforestry) sehingga budidaya bersifat polikultur yang lebih tahan penyakit.

7. Lahan tidur atau bahkan lahan marginal yang jumlahnya jutaan hektar bisa dimanfaatkan secara efektif.

8. Menyuburkan dan memperbaiki kondisi tanah termasuk pencegahan erosi. Akar tanaman kaliandra yang berbentuk bintil-bintil mampu mengikat nitrogen sehingga menyuburkan tanah.

9. Tanaman cepat panen dan tumbuh (trubus) lagi, tanpa perlu penanaman ulang. Tanaman kebun energi seperti kaliandra hanya ditanam sekali lalu trubus atau tumbuh lagi setelah ditebang (panen) hingga puluhan tahun, hasil lebih banyak dan perawatan sangat mudah.

10. Pengembangan atau perbesaran kapasitas pabrik wood pellet sangat dimungkinkan selama lahan masih tersedia. Dan saat ini masih ada jutaan hektar yang potensial untuk pembuatan kebun energi tersebut.


Indonesia sebagai negara tropis dan tanahnya subur sangat potensial untuk pengembangan kebun energi dan juga produsen wood pellet terkemuka didunia.     

Dari Karbon Netral ke Karbon Negatif : Pengembangan Baterai, Wood Pellet, Carbon Capture and Storage (CCS) dan Biochar

Riset untuk pengembangan baterai kapasitas besar terus dilakukan sehingga listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan ...