Berbeda dengan wood pellet yang digunakan untuk bahan bakar sehingga kualitas atau karakteristiknya ditinjau dari sisi pembakaran seperti nilai kalor, kadar abu hingga kimia abu, wood pellet yang digunakan untuk animal bedding memiliki persyaratan kualitas yang berbeda. Pada wood pellet untuk bahan bakar faktor performa dan efisiensi pembangkit listrik menjadi tolok ukurnya, sedangkan pada wood pellet pada animal bedding faktor kesehatan hewan ternak menjadi tolok ukurnya. Penggunaan animal bedding terutama pada daerah-daerah subtropis atau daerah dengan empat musim dan kebutuhannya semakin meningkat pada musim dingin. Penggunaan wood pellet untuk animal bedding memang tidak sepopuler wood pellet untuk bahan bakar sehingga juga penggunaannya juga tidak sebanyak penggunaan untuk bahan bakar. Untuk animal bedding kualitas wood pellet yang dipersyaratkan adalah kemampuan menyerap air, tidak terlalu keras (kepadatan rendah), tidak mengandung bahan berbahaya dan tekstur yang lembut. Tidak hanya wood pellet yang biasa digunakan sebagai animal bedding tersebut tetapi juga biomass block.
Dengan dipadatkan (densification) seperti pellet dan block tersebut maka biaya transportasi lebih murah, memudahkan penyimpanan dan penggunaannya. Dalam sejarahnya animal bedding yang mula-mula digunakan adalah jerami (straw) karena mudah didapatkan dan banyak tersedia. Kekurangan jerami seperti penyerapan air rendah sehingga urine lebih banyak mengalir keluar daripada terserap dan juga setelah tercampur urine dan kotoran ternak juga masih bisa dimakan oleh hewan ternak tersebut sehingga sering menyebabkan sakit perut mendorong inovasi untuk animal bedding tersebut. Selain itu jerami juga sering mengandung cukup banyak debu dan membutuhkan ruangan luas untuk penyimpanan. Serutan kayu (wood shaving) adalah material animal bedding selanjutnya yang lebih baik daripada jerami.
Wood shaving dalam bentuk bal biasa diperjualbelikan untuk animal bedding ini. Debu-debu juga dipisahkan sebelum wood shaving dibuat bal, sehingga tidak menjadi masalah pernafasan pada hewan tertentu seperti kuda dan sapi perah. Kemampuan penyerapan air wood shaving juga lebih baik daripada jerami yakni berkisar 260% sampai 420% sedangkan jerami dikisaran 200% saja. Sejumlah produsen bahkan memperkaya wood shaving tersebut dengan enzyme dan bakteri untuk mengikat amonia sehingga tidak lepas ke udara. Produk ini membuat masa pakai animal bedding lebih lama dan setelah itu bisa menjadi pupuk kompos yang bagus. Tetapi karena kepadatan bal dari wood shaving tersebut cukup rendah yakni kurang dari 200 kg/m3 sehingga kurang ekonomis untuk transportasi dan penggunaan jarak jauh. Hal tersebut sehingga pemadatan biomasa (biomass densification) menjadi wood pellet atau biomass pellet dan biomass block menjadi solusi masalah tersebut.
Sejumlah produk pemadatan biomasa di atas sudah digunakan untuk animal bedding. Di sejumlah negara empat musim seperti kuda, sapi perah dan ayam menggunakan animal bedding sehingga secara tidak langsung produk ini mendukung ketahanan pangan khususnya sumber protein hewani seperti daging dan susu. Faktor penting lainnya bahwa produk-produk animal bedding tersebut bukan berasal dari biomasa yang mengandung bahan berbahaya atau harus berasal untreated wood jika berasal dari biomasa kayu, sehingga bahan baku dari kayu yang dicat, dipelitur, didempul atau mengandung bahan kimia lainnya tidak bisa digunakan. Sedangkan untuk bahan baku di atas, albasia atau sengon adalah jenis kayu lunak, EFB (empty fruit bunch) atau tandan kosong kelapa sawit, OPT atau batang sawit biasa didapat saat replanting perkebunan sawit dan cocopeat adalah sideproduct dari industri cocofiber atau pengolahan sabut kelapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar