Hampir semua bahan kimia yang dibuat dari minyak bumi (petroleum based chemical) juga bisa dibuat
dari biomasa (bio-based chemical). Itulah mengapa biomasa punya peran strategis
ketika terjadi kelangkaan minyak bumi (fossil
fuel). Masalah teknologi dan keekonomian umumnya yang menjadi kendala
implementasi produksi bahan kimia dari biomasa. Walaupun produksi bahan kimia
dari biomasa belum sesiap produksi bahan bakar (biofuel) dan sudah banyak
terimplementasi saat ini tetapi diprediksi produksi bahan kimia dari biomasa
akan mencapai kemajuan lebih cepat daripada biofuel, hal ini karena bahan kimia
memiliki nilai tambah atau kentungan lebih besar daripada biofuel.
Tantangan terbesar untuk bahan
kimia dari biomasa adalah biaya produksi lebih rendah tetapi memiliki kualitas setara bahan
kimia minyak bumi atau memberikan keunggulan lebih dengan biaya yang sama. Ada
dua rute yang digunakan untuk produksi bahan kimia dari biomasa saat ini, yakni
rute biologi (bio-process) dan rute
thermal (thermochemical). Rute biologi dengan mikroorganisme dan fermentasi memiliki kecepatan proses lebih lambat daripada
rute thermal. Saat ini sebagian besar produksi bahan kimia menggunakan rute
biologi dan beberapa menggunakan rute thermal.
Asam asetat, ethyl asetat dan
etanol adalah beberapa bahan kimia telah diproduksi dari biomasa. Bahan kimia
khusus seperti succinic acid yang banyak digunakan pada plastics, fibers,
polyesters and pigments,
diproduksi dengan rute biologi. Dengan
kapasitas sekitar 15.000 ton/tahun pabrik succinic acid dibuat di Lousiana,
US. Sedangkan levulinic ketal adalah bahan kimia khusus yang dibuat
melalui rute thermochemical, yang akan
diproduksi kurang lebih 5.000 ton/tahun pada tahap awal di Golden Valley Minnesota. Levulinic ketal sebagai alternatif
petroleum-based plasticizers, polyols dan
solvent.