Perbesaran luas permukaan akibat semakin banyaknya pori-pori
mikro sehingga memiliki kemampuan penjerapan / adsorbsi yang besar adalah
tujuan utama produksi arang aktif. Karakteristik pori-pori itupun bervariasi
tergantung dari aplikasi atau penggunaan arang aktif tersebut sebagai contoh
pori-pori arang aktif yang digunakan pada zat cair, akan berbeda yang digunakan
pada zat gas. Karakteristik pori-pori tersebut bisa dirancang dan dibuat
sewaktu proses produksinya. Pada dasarnya pembuatan arang aktif akan melibatkan
suhu tinggi dan bahan pembantu pengaktivasi yang bisa berupa uap air (steam), CO2 atau bahan kimia, tergantung karakteristik arang aktif atau lebih spesifik pada
pori-pori arang aktif tersebut yang secara umum dihitung luas permukaan
(surface area) arang aktif tersebut. Selain itu kekerasan (hardness) arang
aktif juga merupakan faktor kualitas penting lainnya dari arang aktif tersebut.
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang produksi arang dari tempurung kelapa dan cangkang sawit secara kontinyu. Alhamdulillah bisa
terlaksana penulisannya.
Produksi arang aktif membutuhkan bahan baku arang sebagai
bahan bakunya. Arang tersebut bisa diproduksi secara tradisional maupun modern.
Kualitas arang akan berpengaruh pada kualitas produk akhir arang aktif.
Produksi arang modern secara kontinyu akan bisa membuat seluruh proses produksi
arang aktif menjadi efisien apabila keduanya diintegrasikan menjadi satu. Pada
proses pembuatan arang yang biasanya perlu didinginkan terlebih dahulu supaya
menjadi arang, maka hal tersebut tidak perlu dilakukan apabila produksi arang
secara kontinyu. Hasil dari karbonisasi atau pengarangan langsung masuk ke unit
aktivasi dengan hanya sedikit menaikkan suhunya, yakni kalau pada karbonisasi
berkisar 600 C dan pada aktivasi berkisar 900 C. Apabila menggunakan bahan baku
arang dari proses tradisional, maka butuh energi yang jauh lebih besar untuk
mencapai suhu aktivasi sekitar 900 C tersebut.
Setelah keluar dari proses aktivasi maka arang aktif
tersebut didinginkan dengan melepas sejumlah panas yang cukup besar. Panas yang
dilepas dalam jumlah yang cukup besar tersebut dapat digunakan untuk
pengeringan tempurung kelapa atau cangkang sawit, sehingga secara khusus proses
karbonisasi /pengarangan menjadi lebih efisien demikian juga secara keseluruhan
dengan aktivasinya. Bahan pembantu untuk aktivasi dimasukkan dalam proses
aktivasi tersebut yang diatur kondisi operasinya baik suhu, tekanan maupun
waktu tinggal (residence time) untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas arang
aktif yang dikehendaki. Dalam kondisi aktivasi tersebut arang diibaratkan
seperti bahan yang dilubangi oleh bahan aktivasi tersebut pada panas tinggi.
Ada banyak varian arang aktif yang bisa dirancang secara spesifik sesuai
kegunaannya, sehingga kondisi operasi dan bahan-bahan pembantu aktivasi juga
ada variasi.
Penggunaan arang aktif terutama pada industri pangan (food) termasuk minuman dan obat-obatan, pemurnian logam mulia (favor) dan industri migas (fuel). Begitu luas dan besarnya penggunaan arang aktif ini sehingga merupakan peluang besar juga bagi Indonesia yang memiliki bahan baku terbaik yang juga kuantitasnya terbesar di dunia yakni tempurung kelapa dan cangkang sawit. Akankah ini juga akan kita sia-siakan? Semestinya tidak. InsyaAllah.