Produksi biodiesel / green diesel dengan bahan baku RBD PO terlalu bagus (overspec) dan terlalu mahal, sehingga perlu diganti dengan bahan baku yang lebih murah, yakni IVO (industrial vegetable oil). Untuk maksud tersebut maka perlu merancang ulang (redesign) pabrik sawit sehingga sejumlah produksi ekstraksi TBS menjadi CPO yang dilakukan di pabrik sawit sawit perlu dimodifikasi alur prosesnya. Proses sterilisasi bisa dihilangkan sehingga tidak perlu air untuk produksi kukus demikian juga boiler dan turbine uap untuk produksi listriknya. Unit pengolahan air (water treatment) juga bisa tidak dibutuhkan lagi ataupun bisa tetap dibutuhkan tetapi untuk proses yang berbeda.
Salah satu hal lain yang penting adalah penyediaan energi khususnya listrik bagi pabrik sawit tipe baru tersebut. Hal ini karena sebagian besar alat yang digunakan di pabrik sawit adalah alat mekanik yang bekerja dengan mengkonsumsi listrik. Sebagai pabrik yang memiliki banyak limbah biomasa tentu bukan hal sulit untuk dilakukan, bahkan selama ini pabrik sawit memproduksi sendiri listriknya dengan membakar fiber dan cangkang sawit di boiler. Tetapi pada pabrik sawit tipe baru dengan konfigurasi berbeda maka bisa saja boiler tidak dibutuhkan atau tetap dibutuhkan tetapi ada perbedaan dengan sebelumnya. Pada dasarnya tentu saja bagaimana mencapai tingkat efisiensi tertinggi dengan proses baru tersebut.
Faktor lainnya adalah bagaimana proses produksi yang baru tersebut juga memberikan manfaat lebih besar bagi industri sawit tersebut misalnya juga dihasilkan produk biochar. Produk biochar tersebut nantinya digunakan pada perkebunan sawit untuk memperbaki kesuburan tanah dan juga sebagai carbon sink dan menyerap gas N2O, yang merupakan gas rumah kaca. Carbon credit dari aplikasi biochar sebagai carbon sink tersebut juga akan memberi penghasilan tambahan bagi industri sawit yang nilainya juga tidak sedikit. Saat ini banyak perkebunan sawit yang berada pada tanah masam atau ber-pH rendah membuat produktivitas sawit rendah sehingga perlu dinaikkan dan juga pada operasional perkebunan sawit biaya pupuk adalah komponen biaya tertinggi, dan untuk itu biochar adalah solusi mengatasi problem tersebut. Dengan tingginya produktivitas TBS dengan treatment tersebut maka pembukaan lahan sawit menjadi tidak diperlukan lagi, sehingga sorotan perkebunan sawit yang membuat deforestasi juga berkurang.
Untuk produksi listrik selain dengan membakar fiber dan cangkang sawit di boiler, lalu kukus yan dihasilkan menggerakkan steam turbine, cara lain adalah pirolisis dan gasifikasi biomasa. Dengan pirolisis (slow pyrolysis) produksi biochar lebih banyak atau sebagai produk utama. Sedangkan dengan gasifikasi produk biochar lebih sedikit dengan produk gas lebih utama. Biogas dari limbah cair (POME) adalah sumber energi lain yang bisa digunakan. Pada dasarnya tergantung pada tujuan dan kebutuhan, seberapa besar listrik yang dibutuhkan, seberapa besar kebutuhan biochar dan sebagainya. Tetapi dengan luasnya perkebunan sawit yang mencapai puluhan ribu hektar, maka kebutuhan biochar akan sangat besar, sehingga pirolisis akan lebih cocok diterapkan. Dan jika kebutuhan listrik cukup besar, maka listrik dari biogas juga bisa sebagai tambahan selain listrik dari pirolisis.
Bahkan dengan pirolisis tersebut juga akan dihasilkan produk lain yang bermanfaat untuk perkebunan sawit seperti asap cair (liquid smoke). Liquid smoke ini bisa sebagai biopestisida yang aplikasinya bisa menggunakan drone pertanian dengan kecepatan 16 hektar/jam bahkan lebih. Produk biooil dari pirolisis juga bisa digunakan untuk bahan bakar langsung dengan menggunakan burner maupun dimurnikan lebih lanjut menjadi bahan bakar kendaraan. Pembakaran bahan bakar gas ataupun cair akan memberikan emisi lebih bersih pada pabrik sawit dibandingkan pembakaran bahan bakar yang dilakukan selama ini.
Digestate dari biogas bisa digunakan bersamaan biochar sehingga bisa memberikan hasil maksimal di perkebunan sawit. Dengan stuktur biochar yang berpori maka digestate plus biochar akan menjadi pupuk organik lepas lambat (slow release fertilizer) sehingga penggunaan pupuk akan lebih efisien. Selain itu dengan banyaknya potensi limbah biomasa di industri kelapa sawit juga memungkinkan sejumlah pengembangan usaha terutama apabila ada pasokan energi yang memadai. Sebagai contoh adalah produksi arang aktif (activated carbon) dari cangkang sawit (PKS/palm kernel shell) ataupun pengolahan kernel menjadi minyak kernel (palm kernel oil). Dengan mengoptimalkan semua potensi khususnya limbah biomasa sehingga bisa memberi manfaat ekonomi dan lingkungan, maka industri sawit akan semakin menarik.