Kondisi perang Rusia-Ukraina yang terjadi memiliki dampak pada industri wood pellet yakni terjadinya kekurangan suplai di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Upaya untuk menambah pasokan telah mereka lakukan untuk mengamankan ketersediaan wood pellet tersebut. Kekurangan wood pellet tersebut baik untuk penggunaan industri maupun rumah tangga (pemanas ruangan). Produksi wood pellet dari Rusia menjadi tidak bisa diterima oleh pasar Eropa padahal jumlahnya besar (Rusia mengekspor lebih dari 870.000 ton ke Denmark saja tahun lalu) dan kondisi diperkirakan terjadi minimal sampai 12 bulan mendatang. Kekurangan pasokan wood pellet diperkirakan mencapai 3,4 juta ton yang merupakan produksi dari Rusia, Ukraina dan Belarus. Konflik Rusia-Ukraina telah menyebabkan harga wood pelet yang tinggi karena berbagai alasan, terutama karena kelangkaan wood pelet dan bahan bakar lain yang masuk ke Eropa dan harga listrik yang tinggi.
Kebutuhan wood pellet juga terus meningkat seiring program dekarbonisasi (subtitusi bahan bakar fossil ke energi terbarukan). Menurut data Hawkins Wright, dari 2020-’21, permintaan wood pellet untuk industri global tumbuh sebesar 18,4%, dengan produksi hanya tumbuh 8,4%. Apalagi saat ini dengan menghilangnya Rusia membuat harga wood pellet lebih tinggi yang mencapai $300 per ton, tetapi dengan harga tinggi pun pasokan wood pellet tetap terkendala. Tingginya harga bahan bakar fossil juga telah menciptakan kenaikan permintaan wood pellet, terutama rumah tangga-rumah tangga di Eropa yang beralih ke wood pellet untuk pemanas ruangan dan diperkirakan peningkatan permintaan itu mencapai 2,5 juta ton pada tahun 2022 ini, menurut laporan proPellets Austria. Di Austria—dan sebagian besar representatif dari mereka di seluruh Eropa — harga wood pellet memecahkan rekor dengan meningkat lebih dari 53% dibandingkan tahun sebelumnya tanpa tanda-tanda turun dalam waktu dekat. Bahkan survei bulan Juni 2022 yang diselesaikan oleh proPellets Austria menghasilkan harga rata-rata wood pellet naik 66% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, terlepas dari peningkatan itu, wood pellet masih menawarkan keunggulan harga 82,7% dibandingkan untuk minyak pemanas dan 18,3% dibandingkan dengan gas alam. Adapun wood pellet kemasan (bagged pellets) naik 52,8% dibandingkan dengan tahun lalu.
ProPellets Austria juga melaporkan untuk merespon permintaan wood pellet tersebut khususnya untuk memastikan kebutuhan jangka panjang, industri wood pellet Austria membangun 11 pabrik wood pellet baru dengan percepatan pemanfaatan residu kayu. Energi internasional pasar berada dalam keadaan pergolakan, paling tidak karena invasi Rusia ke Ukraina, dan ini juga mempengaruhi pasar wood pellet secara global khususnya di Eropa. Sedangkan Inggris juga telah menghadapi kekurangan 200.000 ton wood pellet di pasar pemanas domestik / rumah tangga dan bahwa jalan rantai pasokan baru sedang dieksplorasi, import dengan volume lebih besar adalah salah satu solusi. Dengan pasar yang sangat ketat, pasokan kemacetan rantai, inflasi dan efek riak perang yang sedang berlangsung, maka strategi, kreativitas dan fleksibilitas rantai pasokan akan dibutuhkan dari wood pellet stakeholder. Adapun apakah pasokan wood pellet global diperkirakan akan menjadi lebih dekat untuk dapat memenuhi permintaan, itu kemungkinan tidak akan ada dalam waktu dekat, menurut kepada Matthews, konsultan biomasa dari Hawkins Wright. . Kekuatan ekonomi akan memiliki efek dari waktu ke waktu — harga tinggi adalah kekuatanpendorong investasi pabrik wood pellet baru. Industri wood pellet saat ini sedang berinvestasi ratusan juta Euro jadi bahwa pasokan dijamin dalam jangka panjang, tetapi mereka juga membutuhkan dukungan dari pengambil keputusan politik.
Indonesia dengan luas wilayahnya dan beriklim tropis sangat potensial mengembangkan produksi wood pellet kapasitas besar termasuk penggunaan kebun energi. Produksi wood pellet Indonesia yang saat ini masih kecil atau diperkirakan hanya 200 ribu ton per tahun perlu digenjot sehingga merespon kebutuhan Eropa tersebut. Walaupun selama ini untuk Asia, Jepang dan Korea adalah target pasar wood pellet, tetapi perkembangan terbaru kondisi Eropa juga menjadi daya dorong baru. Tingginya harga wood pellet di Eropa akibat perang Rusia-Ukraina membuat suplier-suplier di Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada) juga mulai menyuplai ke Eropa. Bahkan peluang tersebut juga ditangkap oleh sejumlah supplier dari Asia. Vietnam adalah negara pengeksport terbesar kedua di dunia untuk wood pellet. Volume dan nilai ekspor wood pellet terus meningkat sejak Oktober 2021 dan harga ekspor melonjak hingga mencapai rata-rata hampir US$150 per ton, naik lebih dari 27% dibandingkan dengan harga rata-rata yang tercatat tahun lalu. Itu kenaikan tajam dalam volume dan harga ekspor dapat dikaitkan dengan peningkatan permintaan yang tiba-tiba dari Uni-Eropa. Dengan kapasitas produksi yang luar biasa tersebut industri wood pellet Vietnam ternyata mulai memdapat sejumlah tantangan yakni keterbatasan bahan baku dan persyaratan yang lebih ketat yang diminta oleh importir seperti sertifikasi keberlanjutan. Kondisi ini seharusnya bisa dilihat sebagai peluang bagi industri wood pellet di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar