Indonesia diyakini sebagai negeri tropis surga biomasa sehingga hal ini perlu diterjemahkan dalam bentuk yang lebih konkrit sehingga bisa dipahami, dieksekusi sehingga terbukti dan bisa dimanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Ada begitu besar potensinya yang semestinya untuk mendukung kesejahteraan rakyatnya. Diagram sederhana dibawah ini menggambarkan begitu banyak hal bisa dilakukan di negeri tropis “surga biomasa”.
Faktor ketersediaan bahan baku adalah hal yang vital dan mutlak dilakukan supaya berbagai pengolahan biomasa tersebut bisa dilakukan dan berkelanjutan. Di lain sisi ada sangat banyak potensi lahan yang bisa dimanfaatkan untuk maksud tersebut yang jumlahnya mencapai puluhan juta hektar yakni lahan kritis / lahan marjinal, lahan kering dan lahan pasca tambang (tambang batubara, tambang timah, tambang nikel, tambang tembaga, tambang emas dan sebagainya). Lebih detail diperkirakan bahwa untuk lahan kritis / marjinal mencapai 24,3 juta hektar (Times Indonesia, 2017 sedangkan lahan kering mencapai 122,1 juta ha yang terdiri dari lahan kering masam seluas 108,8 juta ha dan lahan kering iklim kering seluas 13,3 juta ha dan lahan rusak pasca tambang mencapai 8 juta hektar. Kebun energi atau kebun biomasa perlu dibuat di area lahan-lahan tersebut bahkan bisa juga untuk berbagai tanaman pangan. Bahkan untuk saat ini ada yang spesies tanaman yang hanya bisa ekonomis di lahan-lahan tersebut.
Kebun energi maupun kebun biomasa tersebut bisa ditanami dengan berbagai tanaman yang mendukung bioekonomi berkelanjutan yang sejalan dengan dekarbonisasi antara lain kaliandra, gliricidia, bambu, nyamplung, kelapa bahkan sawit, termasuk juga tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai. Pemilihan spesies tanaman akan disesuaikan dengan produk yang akan dibuat, kondisi lahan, serta kesiapan teknologi dan bisnisnya.
Sedangkan limbah biomasa yang saat ini sudah dihasilkan setiap tahun terutama dari sektor pertanian dan kehutanan yang jumlahnya juga mencapai jutaan ton bisa dioptimalkan sehingga selain akan mengurangi atau menghindari terjadinya pencemaran lingkungan juga akan memberi nilai tambah ekonomi, manfaat lingkungan dan sosial. Pemanfaatan biomasa tersebut baik dari limbah-limbah pertanian dan kehutanan ataupu dari kebun energi maupun kebun biomasa tersebut akan menjadi aktivitas bioekomi yang berkelanjutan dan sejalan dengan trend dekarbonisasi global yang sejalan dengan solusi iklim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar