Senin, 27 Juli 2020

Produksi Pakan Ternak Dunia Sekitar 1 milyar ton/tahun dan Potensi Pellet Pakan Daun Gliricidia

Produksi pakan ternak dunia saat ini diperkirakan mencapai 1 milyar ton per tahun. Sebagai mata rantai pemenuhan kebutuhan pangan manusia khususnya daging, maka produksi pakan ternak sangat penting dan strategis. Negara-negara besar produsen pakan ternak dunia yakni China dengan porsi mencapai 19,6% disusul sejumlah negara yakni Amerika dengan 17,4%, Brazil 6,8% lalu negara-negara seperti Mexico, Spanyol, India, Russia, Jepang dan Jerman juga merupakan produsen-produsen besar pakan ternak. sisanya oleh negara-negara seluruh dunia. Atau dengan gabungan China, Amerika Serikat, Eropa dan Brazil mengambil porsi lebih dari 60% produksi pakan ternak dunia dengan hampir separuh produksi pakan adalah pakan unggas. Diperkirakan ada lebih dari 8.550 pabrik pakan di China dengan produksi 179 juta ton, 6.012 pabrik pakan di Amerika dengan produksi 173 juta ton, 1.556 pabrik pakan di Brazil dengan produksi 68 juta ton. Dengan perkiraan populasi manusia pada tahun 2050 mencapai 9,6 milyar maka diperkirakan kebutuhan pakan menjadi sangat besar.

Daging adalah sumber protein penting bagi manusia. Tetapi bagi muslim mengkonsumsi daging tidak hanya tergantung pada kadar protein daging tersebut, tetapi jenis hewan ternak, penyembelihan, dan pengolahannya hingga siap dikonsumsi harus sesuai syariat Islam. Binatang ternak yang diharamkan tidak boleh diternakkan apalagi dikonsumsi karena hukumnya haram bagi muslim. Berdasarkan produksi pakan ternak suatu negara juga bisa diketahui jenis binatang ternak dan daging apa yang mereka konsumsi. Sebagai contoh Belanda dengan sekitar 75 pabrik pakan produksi pakan ternak mencapai 12,2 juta ton per tahun, distribusinya 5 juta ton pakan babi, 3,7 juta ton sapi potong dan sapi perah, 3,1 juta ton unggas dan 0,4 juta ton ternak lainnya. Sedangkan Turki tercatat produksi pakan ternak mencapai 10,5 juta ton dengan komposisi 4,2 juta ton pakan sapi perah dan sapi potong, 4,6 juta ton unggas, dan ternak lainnya 1,5 juta ton. Sedangkan secara global komposisinya sebagai berikut produksi pakan unggas diperingkat pertama dengan porsi 45% disusul urutan kedua pakan babi 11%, ketiga ruminansia 10% dan sisanya lain-lain seperti pakan ikan, binatang peliharaan dan kuda. Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam juga sudah  seharusnya memprioritaskan untuk mengembangkan industry pakan ternak  berbasis industri halal sehingga sehingga sejalan dengan syariat Islam. Masalah kehalalan adalah masalah penting dan mendasar bagi muslim untuk urusan pangan.

Sumber pakan khususnya ketersediaannya adalah hal vital untuk produksi pakan ternak. Sejumlah negara bahkan harus mengimport berbagai bahan baku untuk pakan ternak tersebut. Bahkan di Eropa dan Amerika sisa makanan juga digunakan untuk sumber bahan baku pakan ternak yang jumlahnya diperkirakan mencapai 60% di Eropa dan 50% di Amerika Serikat. Walaupun produksi pakan ternak dunia mencapai sekitar 1 milyar ton setiap tahun tetapi pada dasarnya produsen pakan besar dunia yang mendominasi produksi tidak banyak. Saat ini diperkirakan ada sekitar 31 ribu pabrik pakan seluruh dunia, dengan distribusi seribu di Afrika, 13 ribu di Asia, 5 ribu di Eropa, 3 ribu di Amerika latin, 6 ribu di Amerika utara dan 288 di Timur Tengah. Charoen Pokphand (CP) perusahaan yang berbasis di Thailand adalah termasuk 10 besar pabrik pakan dunia dengan produksi sekitar 27 juta ton/tahun. Selanjutnya perusahaan berbasis di China New Hope dengan produksi 20 juta ton/tahun, selanjutnya perusahaan Amerika Cargill menempati urutan ketiga dengan 19,2 juta ton, disusul perusahaan Amerika lagi yakni Purina Animal Nutrition dengan 12 juta ton. Perusahaan-perusahaan besar lainnya, BRF (Brazil) 11 juta ton/tahun, Tyson Foods (USA) 10,3 juta ton/tahun, COFCO (China) 8,3 juta ton/tahun, Ja Zen-Noh (Japan) 7,5 juta ton/tahun, Shaungbaotai Group (China) 6,6 juta ton/tahun, dan Wen’s Food group (China) 6,5 juta ton/tahun.

Era bioeconomy yang semakin dekat dan terlihat semakin mendorong penggunaan material terbarukan untuk berbagai aktivitas manusia seperti energi, kemasan, pakaian dan sebagainya. Tuntutan untuk keberlanjutan (sustainibility) menjadi kewajiban untuk berbagai industri pada era ini, termasuk industri pakan ternak. Sejumlah lokasi di Indonesia telah membuat dan mencanangkan kebun energi untuk menyongsong dan sejalan dengan era bioeconomy tersebut. Kebun energi atau kebun biomasa dengan fokus utama pemanfaatan kayu, tetapi belum memanfaatkan potensi daun, sebagai produk samping kebun tersebut. Gliricidia adalah species tanaman yang banyak digunakan karena merupakan tanaman rotasi cepat dan trubusan sehingga selain waktu panen cepat juga tidak perlu menanam kembali (replanting) sampai waktu tertentu. Daun gliricidia memiliki nutrisi tinggi, tidak kalah kandungan proteinnya dengan bungkil sawit, bungkil kacang hijau dan sebagainya, sehingga potensial untuk produksi pakan ternak, khususnya pellet pakan. Sejumlah penelitian menyebutkan penggunaan daun gliricidia sebagai pakan ternak adalah untuk ruminansia atau ikan, tetapi tidak sesuai untuk jenis unggas.
Ketersediaan pakan aman, berkualitas dan harga terjangkau akan mendorong usaha peternakan yang intensif. Saat ini masih banyak kita temui sejumlah hewan ternak yang diberi pakan berupa sampah kota di lokasi-lokasi pembuangan sampah yang tentu saja hasil daging yang dihasilkan tidak layak untuk konsumsi manusia. Pabrik pakan tersebut juga secara tidak langsung juga mendorong peningkatan kualitas pangan dari daging, dan susu yang dihasilkan dari usaha peternakan. Puluhan ribu bahkan ratusan ribu hektar kebun gliricidia yang dibuat akan menghasilkan limbah daun berlimpah yang bisa digunakan untuk bahan baku pellet pakan tersebut. Tipikal kapasitas pabrik pakan juga sebanding dengan kapasitas peternakan atau konsumennya dan juga ketersediaan bahan baku, sebagai contoh di Turki sekitar 60% pabrik pakan dengan kapasitas kurang dari 10 ton/jam, sekitar 25% kapasitas 11-20 ton/jam dan sisanya dengan kapasitas lebih dari 20 ton/jam. Pada akhirnya diharapkan dengan majunya peternakan maka semakin mudah dan terjangkau mendapatkan daging halal, meningkat kualitas pangan dan bisa dikurangi bahkan dihilangkan peredaran daging haram di pasaran.

Jumat, 17 Juli 2020

Membuat Prototype Pabrik Kelapa Kelapa Terpadu Berbasis Kebun Kelapa Sempit


Industri kelapa terpadu belum banyak ditemukan di Indonesia, padahal dengan mengolah kelapa secara terpadu maka pengolahan tersebut akan menjadi efektif dan efisien. Setiap bagian pohon kelapa bisa dimanfaatkan, termasuk buahnya atau seluruh bagian dari buah tersebut. Dengan memanfaatkan buah kelapa secara menyeluruh juga selain akan menghasilkan sejumlah produk, juga ada bagian buah yang bisa dijadikan sebagai sumber energi untuk proses produksi tersebut. Kondisi ini juga akan meminimalisir bahkan mengeliminasi penggunaan energi dari luar. Selain itu penggunaan energi dari biomasa yang merupakan carbon neutral sehingga ramah lingkungan karena merupakan energi terbarukan dan menghemat biaya produksi. Biaya produksi yang bisa dihemat akibat penggunaan limbah biomasa seperti sabut dan tempurung kelapa akan membuat keuntungan usaha lebih besar.




Pemilik perkebunan kelapa dengan luas beberapa puluh atau ratus hektar bisa membuat pilot project (prototype) industri kelapa terpadu. Dengan membuat prototype dari industri kelapa terpadu tersebut maka bisa menjadi dasar untuk perbesaran kapasitas (scale up) selanjutnya. Karakteristik produk, proses produksi hingga peluang pasar bisa dipelajari lebih baik dengan cara ini. Setelah semua informasi telah didapat dan dikuasai dengan baik selanjutnya menjadi lebih mudah dikembangkan termasuk apabila ingin mencari investor untuk pengembangan usaha tersebut.

Memang rute atau cara diatas memakan waktu lebih lama dan usaha lebih keras dibandingkan apabila hanya menjual buah kelapa dari kebun tersebut, apalagi kelapa muda yang dijual, tentu lebih cepat dan lebih mudah. Tetapi jika visi besar yang dibangun dengan mengoptimalkan potensi tersebut maka rute atau cara di atas menjadi jauh lebih efektif dan lebih aplikatif di sejumlah lokasi sentra-sentra produksi kelapa dimana pun berada. Dengan pendekatan industri kelapa terpadu tersebut selain memaksimalkan keuntungan juga menjadi aktivitas produksi yang zero waste. Berbeda dengan kelapa sawit yang varian produknya lebih terbatas, varian produk kelapa lebih banyak sehingga pendekatan industri kelapa terpadu setiap tempat bisa berbeda-beda dari satu tempat dengan yang lainnya.

Dari Karbon Netral ke Karbon Negatif : Pengembangan Baterai, Wood Pellet, Carbon Capture and Storage (CCS) dan Biochar

Riset untuk pengembangan baterai kapasitas besar terus dilakukan sehingga listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan ...