Senin, 09 Desember 2019

Menghidupkan Industri Kelapa Terpadu

Ketiadaan pasar menyebabkan industri kelapa tidak berkembang, stagnan bahkan cenderung mati. Walaupun aneka produk bisa dihasilkan dari kelapa tetapi dengan serapan produk yang kecil tidak mampu menghidupkan industri perkelapaan. Hal ini membuat kondisi hulu atau perkebunan kelapa juga mengalami kemerosotan baik kualitas maupun kuantitas, bahkan ada ratusan ribu hektar perkebunan kelapa yang perlu diremajakan yang saat ini masih terlantar. Ketika produk yang dimaui pasar telah didapat seperti halnya CPO pada industi kelapa sawit maka tidak mustahil industri perkelapaan menggeliat dan bangkit serta diperhitungkan. Modernisasi teknologi juga perlu dilakukan sehingga industri perkelapaan menjadi industri modern walaupun kapasitas produksi tidak sebesar industri kelapa sawit. Faktor lain yang dibutuhkan untuk menghidupkan industri kelapa terpadu dan ini hampir sama dialami oleh semua industri pada umumnya yakni adalah ketersediaan energi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut seharusnya tidak semua buah kelapa diolah, tetapi sebagian digunakan untuk menghasilkan energi misalnya sabut kelapa, karena nilai ekonominya paling rendah.

Activated carbon (arang aktif) adalah produk yang memiliki potensi pasar sangat bagus dan dengan teknologi pirolisis kontinyu diikuti aktivasi maka produk tersebut bisa dihasilkan tanpa harus membutuhkan energi tambahan dari luar. Dengan demikian pabrik activated carbon bisa berdiri sendiri dengan menggunakan limbah tempurung kelapanya. Tetapi untuk mendapatkan tempurung kelapa tersebut maka harus ada yang mengolah buah kelapa tersebut. Produk seperti VCO, dessicated coconut, maupun santan bisa sebagai produk utama sehingga pengolahan buah kelapa tersebut. Air kelapanya bisa diolah menjadi minuman isotonik atau nata de coco. Penggunaan boiler berbahan bakar sabut (kalau di pabrik sawit,boiler efisien hanya menggunakan fiber) atau bahkan pelepah dan daun bisa digunakan untuk produksi listrik dan steam. Mirip dengan operasional di pabrik sawit juga, yakni listrik bisa untuk menggerakkan berbagai peralatan mekanik pengolahan kelapa dan steam juga sebagai sumber panas, jika proses pengolahan buah kelapa tersebut memang membutuhkannya.

Dengan pola diatas maka industri kelapa bisa dijalankan walaupun lokasinya di daerah terpencil sekalipun yang tidak ada jaringan listrik, tempat dimana perkebunan kelapa berada. Indonesia sebagai negeri rayuan pulau kelapa dengan luas kebun hampir 4 juta hektar dan terluas di dunia atau setara 1/3 kebun sawit seharusnya juga memimpin di industri kelapa dunia.InsyaAllah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...