Kamis, 10 September 2020

Produksi Arang Kayu Akasia Sebagai Solusi Pemanfaatan Kayu Akasia Dalam Era Pandemi dan Juga Jangka Panjang

Wabah korona diprediksi masih lama bahkan di Indonesia kasusnya terus bertambah dan sampai saat ini belum terlihat adanya penurunan kurve. Puncak wabah bahkan diprediksi masih tahun 2021, hal ini membuat wabah ini semakin banyak memakan korban jiwa. Untuk mengurangi korban berjatuhan juga menurunkan angka kasus tersebut maka sejumlah aktivitas pendidikan dari usia dini sampai pendidikan tinggi dilkukan secara online, demikian juga aktivitas perkantoran dari berbagai perusahaan. Kondisi tersebut mengurangi kebutuhan jumlah kertas secara signifikan, karena semua aktivitas tersebut bisa dikatakan tidak membutuhkan kertas (paperless). Pabrik-pabrik kertas menjadi mengurangi produksi kertasnya bahkan ada sampai menutupnya. 

Kebun atau hutan akasia sebagai hutan kawasan industri atau hutan rakyat adalah sumber utama produksi kertas (pulp and paper) tersebut. Dengan adanya penurunan produksi kertas tersebut maka kebutuhan bahan baku juga otomatis terjadi penurunan. Produksi kayu akasia menjadi tidak laku sehingga perusahaan pengelola hutan tersebut juga menderita karena tidak ada pemasukan atau income. Kondisi ini harus segera diatasi sehingga perusahaan bisa berjalan normal lagi. Pemanfaatan kayu akasia sehingga menjadi produk yang bernilai tambah adalah solusi masalah tersebut. 

 Produksi arang adalah solusi jitu untuk mengatasi hal tersebut. Dengan produksi secara modern maka kualitas dan kuantitas arang yang diproduksi akan standar dan stabil dan juga tidak mencemari lingkungan dalam proses produksinya. Produk arang akasia berkualitas banyak dibutuhkan sejumlah industri. Teknologi produksi arang kami bahkan mampu menghasilkan kualitas arang yang lebih tinggi dari standard Eropa yakni NF EN 1860-2. Selain itu aspek pemasaran produk arang tersebut juga bisa kami bantu. 

Dibandingkan dengan produksi wood pellets yang sebagian besar untuk pembangkit listrik, maka kebutuhan investasinya juga jauh lebih besar sehingga banyak perusahaan yang kurang tertarik. Volume pengapalan wood pellet setiap kali sebanyak 10 ribu ton adalah jumlah yang banyak sehingga aspek logistik dan prasarannya juga tidak mudah dan murah. Kebutuhan listrik untuk produksi wood pellets juga besar sehingga mungkin akan sulit dilakukan di sejumlah daerah tertentu.

Tentu saja semua berharap bahwa wabah korona ini segera hilang. Tetapi melakukan antisipasi sekaligus solusi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang tentu hal yang baik, sehingga diharapkan menjadi usaha yang berkelanjutan (sustainable).  Produksi arang kayu akasia bisa dilakukan dengan skala menengah dengan kebutuhan investasi juga tidak terlalu besar. Kebutuhan listrik untuk pabrik produksi arang tersebut juga kecil saja. Bagi perusahaan pengelola hutan akasia yang tertarik untuk produksi arang akasia, silahkan kontak eko.sbs@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...