Biomasa menempati peringkat keempat dalam jumlah sebagai
sumber energi di dunia dan satu-satunya sumber energi berbasis karbon. Seiring
terbatasnya jumlah energi fossil dan efek pemanasan global (carbon positive) peran energi terbarukan
khususnya biomasa (carbon neutral) semakin
besar dan diperhitungkan. Dtinjau dari ketersediannya, biomasa terutama kayu
tersebar hampir di seluruh penjuru dunia dan hal ini yang membedakan dengan sumber
energi fosil yang persebarannya hanya diberbagai daerah tertentu.
Salah satu kekurangan biomasa sebagai sumber energi adalah
nilai kalornya yang rendah, higroskopis dan fiber/serat dalam kayunya sulit
dihancurkan. Dengan teknologi torrefaksi (torrefaction)
berbagai kelemahan biomasa tersebut dapat diatasi. Unit torrefaksi (torrefaction) JF BioCarbon kapasitas mulai 60 ton/hari hingga 200 ton/hari sangat cocok
untuk kapasitas menengah pengolahan biomasa kayu di Indonesia. Masalah lainnya yang dihadapi dengan biomasa
pada skala besar adalah bidang logistiknya. Membawa barang bulky sangat memakan
tempat sehingga boros dan tidak ekonomis. Hal ini perlu diatasi dengan
densifikasi atau pemadatan produk torrefaksi biomasa kayu yang dihasilkan.
Bentuk pellet dan briket adalah produk ideal yang populer untuk mengatasi
keterbatasan transportasi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar