Kamis, 02 Januari 2014

Chlorine Corrosion, Hantu Yang Ditakuti Powerplant

Pipa-pipa superheater terkorosi oleh klorin
Ada 3 kelompok biomasa yang digunakan sebagai bahan bakar powerplant di seluruh dunia berdasarkan kualitasnya berupa nilai kalor, kadar abu dan kimia abunya. Pertama, biomasa berkayu meliputi semua pohon berkayu seperti eucalyptus, kaliandra, gamal dan sebagainya. Kelompok kedua adalah limbah-limbah agroindustri seperti sekam, baggase, tempurung kelapa, cangkang sawit dan sebagainya. Sedangkan masuk dalam kelompok ketiga adalah rumput-rumputan.

Meskipun pada umumnya biomasa memiliki konsentrasi klorin yang rendah (kecuali jerami) dibandingkan dengan batubara, korosi berat terjadi pada sejumlah powerplant yang menggunakan bahan bakar biomasa dan menyebabkan kebocoran pada pipa-pipa heat exchanger kurang dari 10.000 jam operasi. Korosi pada alat transfer panas sangat terkait dengan deposit abu pada pipa-pipa. Mekanisme reaksi kompleks korosi klorin dalam pipa-pipa boiler seperti skema dibawah ini:
Mekanisme reaksi kimia korosi klorin

Pipa steam superheater pada umumnya tidak dirancang untuk mengakomodasi klorin dalam bahan bakar biomasa.  Mekanisme korosi diatas telah dipahami secara baik oleh perancang dan pengguna biomass boiler di Eropa, indikasinya adalah pipa-pipa superheater dipasang pada low gas temperature zone. Teknologi lain yang mampu mengakomodasi bahan bakar biomasa dengan kadar klorin tinggi seperti limbah-limbah agroindustri dan rumput-rumputan adalah Circulating Fulidised Bed Combustion (CFBC). Suhu Pulverized Coal (PC) boiler yang beroperasi pada suhu 1400 sampai 1500 C menyebabkan korosi yang hebat pada pipa-pipa superheater, sedangkan operasional CFBC pada suhu lebih rendah berkisar dari 850C sampai 900C.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...