Selasa, 12 Januari 2016

Pengolahan Limbah Planer : Ketika Ukuran Menjadi Masalah


Limbah planer (wood shaving) dari pabrik barecore memiliki ukuran partikel yang cukup besar tetapi memiliki kadar air yang kecil (MC=4-6%) atau kering. Selain itu limbah planer yang berupa serutan-serutan kayu tersebut juga memiliki tingkat kepadatan (bulk density) yang rendah, yakni berkisar  150 kg/m3 atau sekitar setengahnya dari serbuk kayu. Teknologi densifikasi (pemadatan) cocok digunakan untuk mengolah limbah tersebut. Briket dan pellet adalah dua produk teknologi densifikasi yang sangat populer saat ini.


Karakteristik limbah planer seperti tersebut diatas membuatnya perlu beberapa penyesuaian untuk bisa digunakan secara langsung pada teknologi densifikasi. Keuntungan dari limbah planer yang kering sehingga tidak membutuhkan lagi proses pengeringan dengan alat pengering (dryer), bahkan karena terlalu kering sehingga malah butuh diturunkan kadar airnya (dibasahi). Sedangkan di lain sisi karena besarnya ukuran partikel dan kecilnya kepadatannya sehingga menyulitkan untuk densifikasi (pemadatan) untuk beberapa alat densifikasi yakni yang mengharuskan bahan tersebut masuk ke cetakan (die) yang kecil misalnya wood pellet atau wood briquette tipe screw (extruder).

Dalam banyak kasus limbah planer bisa digunakan untuk pembuatan wood pellet ataupun wood briquette (tipe screw extruder) secara langsung dengan cara limbah planer tersebut digunakan sebagai campuran (mixed material) dengan prosentase yang terbatas, misalnya 10% limbah planer dan 90% serbuk kayu. Hal tersebut bisa berjalan karena ukuran partikel rata-rata pada bahan baku masuk dalam kisaran toleransi pada pencetakan (densifikasi) untuk ukuran die yang kecil.
Type Hydraulic Briquette

Secara khusus pada pembriketan (briquetting) tekanan tinggi dikenal ada 3 kelompok teknologi yang saat ini digunakan, yakni :
1. Teknologi screw press (extruder)
2. Teknologi piston/ram mechanical press
3. Teknologi piston hydraulic press


Pada teknologi piston /ram mechanical press dan piston hydraulic press, limbah planer bisa langsung dicetak (press) menjadi briket secara langsung dan tanpa campuran atau 100% limbah planer tersebut (single material). Hal ini karena pada alat pembriket tersebut tidak mendorong bahan baku pada ukuran cetakan (die) yang kecil, tetapi bahn baku tersebut hanya mengisi ruangan tertentu lalu dipadatkan. Sedangkan pada briket tipe screw (extruder) bahan baku didorong dan dipress sekaligus / simultan dan masuk pada cetakan (die) ukuran kecil, sehingga besarnya ukuran partikel dan kecilnya tingkat kepadatan bahan baku membuat briket gagal terbentuk. Pada alat pembriket tipe screw (extruder) apabila akan menggunakan limbah planer 100% maka perlu beberapa modifikasi mesin dari tipe standarnya sehingga bisa menyesuaikan dengan karakteristik limbah planer tersebut. Perbandingan antara briket tipe piston dengan screw juga bisa dibaca disini.

Pada akhirnya kualitas atau spesifikasi produk briket yang diminta pembeli (pasar) dan biaya produksi dari penggunaan teknologi densifikasi akan menjadi faktor pendorong usaha atau pemanfaatan limbah planer tersebut. Pola pikir manajemen limbah adalah tahap awal adalah bagaimana mengatasi limbah tersebut, yakni tidak menganggu lingkungan dan sebagainya sedangkan tahap selanjutnya bagaimana limbah tersebut juga memberi keuntungan.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...