Allah SWT mengisyaratkan dalam Al Qur'an Surat Yaasiin (36)
: 80 dan Surat Waqi'ah (56) : 71-72 bahwa energi berasal dari pohon hijau. Dari
sini sudah sangat jelas kemana arah pengembangan energi tersebut sehingga,
yakni berasal dari pepohonan, sehingga tidak perlu bingung dengan sumber
lainnya misalnya rerumputan, tanaman merambat, tanaman yang mengapung atau
melayang di perairan dan sebagainya. Tentu banyak hikmah dan keunggulan tentang
sumber energi dari pohon hijau karena Allah SWT Maha Pencipta, Penguasa,
Pengatur dan Pemelihara alam semesta ini yang mengisyaratkan. Energi fossil
yang kita gunakan saat ini juga berasal dari tumbuh-tumbuhan – jutaan tahun
lalu. Petunjuk dari Allah SWT yang mengiringi masalah menanam pohon ini adalah
masalah penggembalaan diantara pepohonan tersebut yakni dalam Al Qur'an Surat
An-Nahl (16) : 10-11, A'basa (80) : 24-32 dan QS Thaahaa (20) : 54). Dalam Al
Qur'an Surat Al An'am (6) : 143-144 diantara delapan delapan ekor hewan yang
berpasangan (4 pasang) tersebut adalah dua ekor ( sepasang) domba, sepasang
kambing, sepasang unta dan sepasang sapi dan domba disebutkan di urutan
pertama, tentu domba ini memiliki keistimewaan tersendiri antara lain domba
dipilih sebagai hewan qurban terbaik (QS Ash Shaaffaat (37):107) dan hewan yang
digembalakan oleh seluruh nabi. Dengan menggembala diantara pohon kayu-kayuan
tersebut maka peternakan domba menjadi murah karena memakan rumput-rumput yang
ada diantara pohon-pohon tersebut, kotoran dari domba tersebut akan menyuburkan
tanah tempat pohon-pohon itu ditanam berikut rumput yang menjadi makanan domba
tersebut, pohon-pohon juga akan menyerap CO2 dan mengeluarkan O2 untuk bernafas
manusia, akar pohon-pohon tersebut mencegah terjadinya erosi, menurunkan suhu
permukaan bumi, membangun kembali ekosistem dan sebagainya. Penyerapan CO2 oleh
pohon-pohon tersebut akan menurunkan konsentrasi CO2 di bumi, sebagai gas rumah
kaca yang menyebabkan perubahan iklim, dan saat ini konsentrasi sudah melebih
400 ppm. Manusia dengan keterbatasan ilmunya sangat mungkin tidak mampu
menangkap seluruh hikmah yang terkandung dari ayat-ayat Allah tersebut.
Untuk energi, ranking kita hanya berada pada urutan 63 dari
124 negara menurut World Economic
Forum. Hal yang tidak
menggembirakan dan ini artinya menuntut upaya keras juga dari berbagai pihak
untuk bisa mencapai kecukupan energi yang memadai. Pada tahun 1980-an produksi
minyak kita diangka sekitar 1700 Barrel Per Hari (BPH) sedangkan konsumsi hanya
berada di kisaran 400 BPH, sedangkan saat ini produksi minyak dikisaran 800 BPH
sementara konsumsi 1400-an BPH. Indonesia menjadi nett importer minyak dengan
volume sekitar 600 BPH. Sangat besar, sehingga dalam waktu tidak lama lagi
volume yang produksi akan menyamai volume import-nya, hingga akhirnya bisa jadi
seluruh kebutuhan minyak berasal dari import. Diprediksi sekitar 10 tahun lagi
Indonesia akan kehabisan jenis energi ini sehingga harus membeli (import) dari
nengeri-negeri exportir minyak. Bisa saja pada tahun-tahun mendatang tersebut
Indonesia akan membeli seluruh kebutuhan minyaknya, tetapi perlu diingat juga
seiring peningkatan jumlah penduduk negara-negara exportir minyak tersebut juga
akan membutuhkan minyak lebih banyak sehingga sehingga digunakan untuk konsumsi
dalam negerinya, dan bisa jadi tidak bisa diexport ke negara lain. Gas bumi
Indonesia diperkirakan akan habis dalam rentang 30-an tahun dan batubara 80-an
tahun dari sekarang. Apakah kita akan terus menguras sumber daya alam seperti
yang dilakukan saat ini hingga akhirnya menjadi kelimpungan karena tidak
memiliki sumber energi yang memadai ? Sementara di sisi lain ratusan juta
hektar lahan terbengkalai, tidak dimanfaatkan dan hanya menyimpan potensi
bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Apakah kita akan mewariskan berbagai
kerusakan alam untuk anak cucu kita? Tentu jawabnya tidak. Tetapi bagaimana
solusinya? Solusinya adalah kembali kepada petunjuk Allah SWT melalui ayat-ayat
Al Qur'an diatas.
Berdasarkan wujudnya energi atau bahan bakar dikelompokkan
menjadi 3, yakni padat, cair dan gas. Ketiga macam jenis energi tersebut dapat
dihasilkan dari pohon hijau tersebut. Energi wujud padat atau bahan bakar
padat, jelas berasal dari kayunya yang juga bisa diolah menjadi lebih efisien
dalam transportasi dan penggunaannya dengan menjadi pellet kayu (wood pellet) dan
briquette (wood briquette). Wood briquette (sawdust briquette) ini selanjutnya
juga bisa diarangkan (karbonisasi) menjadi briket arang (sawdust charcoal briquette). Kebutuhan sawdust charcoal briquette semakin meningkat dari tahun
ke tahun terutama di Arab Saudi dan Timur Tengah seiring kebutuhan/konsumsi
domba yang besar disana. Bahan bakar cair seperti bioetanol bisa didapat dari
fermentasi buah-buahan maupun tanaman yang kaya kandungan gula. Kayu-kayuan
dengan proses pyrolysis juga akan dihasilkan bahan bakar cair berupa bio-oil,
disamping bahan bakar gas yang kaya metana dan arang. Bahan bakar cair lainnya
didapat dengan mengekstraksi minyak dari buah-buahan yang dihasilkan seperti
minyak sawit, minyak kelapa dan minyak zaitun yang selanjutnya bisa dijadikan
biodiesel. Sedangkan bahan bakar gas
bisa didapatkan dengan mengolah limbah-limbah organik dari proses pengolahan
buah-buahan tersebut dengan cara fermentasi (rute biologi) sehingga terbentuk
biogas yang kaya gas metana, contoh : produksi biogas dari limbah cair pabrik
sawit atau pome (palm oil mill effluent). Kayu-kayuan juga bisa menghasilkan
gas dengan teknologi terutama gasifikasi (rute thermal). Gas-gas tersebut baik
dari rute thermal maupun rute biologi selain menjadi bahan bakar juga bisa diolah
menjadi produk-produk yang berguna bagi kehidupan manusia seperti bioplastik
dan sebagainya.
Teknologi pemadatan (densification) menjadi wood pellet dan
wood briquette adalah skema atau rute termudah dalam pengolahan kayu-kayuan dan
kebutuhannya saat ini dan masa mendatang
juga sangat besar. Saat ini juga sudah mulai bermunculan produsen-produsen wood
pellet dan wood briquette di berbagai daerah di Indonesia. Pada umumnya
produksi dua komoditas diatas masih menggunakan limbah-limbah kayu sebagai
bahan bakunya yang persediaannya terbatas. Tandan kosong sawit adalah limbah
padat pabrik sawit yang saat ini belum banyak diolah. Sebagai produsen CPO
terbesar di dunia dengan luas kebun sawit hampir 11 juta hektar dan 600 pabrik
kelapa sawit, maka limbah tandan kosong sawit tersebut juga sangat
berlimpah.
Pada akhirnya dengan motivasi atau dorongan dari Al Qur'an
tersebut ditambah dengan hadist Nabi SAW tentang syirkah semestinya setiap
muslim semakin terdorong untuk mengimplementasikan petunjuk tersebut. Aspek ekonomi atau keuntungan financial sebagai motivasi utama berusaha tentu juga akan didapat selain yang utama yakni keberkahan. Hanya
dengan petunjuk-petunjuk tersebut pengelolaan alam akan bisa terus
berkesinambungan (sustainable) dan memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh
manusia. Secara spesifik untuk energi atau bahan bakar dari biomasa kayu-kayuan
bisa dimulai dari pembuatan kebun kaliandra dan selanjutnya diolah untuk
produksi wood pellet, untuk selanjutnya mengisi pasar yang sudah siap seperti
di negara-negara Eropa, Korea, Jepang dan sebagainya, dan sambil
mengedukasi/menyiapkan pasar dalam negeri. Potensi yang kedua yang juga sangat berlimpah tetapi belum banyak dimanfaatkan saat ini adalah tandan kosong sawit, untuk dibuat pellet tankos (EFB pellet).