Minggu, 07 Mei 2017

Memasyarakatkan Wood Briquette Sebagai Bahan Bakar Terbarukan da Ramah Lingkungan Bagian 2


Salah satu hambatan atau bottle-neck kurang tersosialisasinya wood briquette adalah belum tersedianya kompor wood briquette tersebut. Kompor wood briquette yang dirancang khusus untuk membakar wood briquette sehingga bisa dimanfaatkan untuk memasak adalah faktor pendukung utama supaya wood briquette diterima oleh pasar rumah tangga dan industri kecil menengah. Industri makanan dan farmasi terutama membutuhkan bahan bakar yang 'bersih' berbasis biomasa seperti wood briquette. Aroma maupun citarasa makanan tidak berubah ataupun kontaminan pada industri farmasi bisa diminimalisir.


Supply wood briquette juga lebih mudah dilakukan karena proses produksi dan teknologi juga telah dikuasai. Semua peralatan bahkan telah bisa dibuat atau difabrikasi sendiri di dalam negeri termasuk extruder atau screw press yang merupakan alat ini dari pembriketan. Berbeda dengan wood pellet yang pelletisers masih harus import karena belum bisa dibuat didalam negeri. Investasi untuk mesin produksi atau peralatan wood briquette juga lebih murah dibandingkan wood pellet, bahkan bisa mendekati setengahnya.


Untuk mengumpankan atau memasukkan wood briquette ke dalam kompor dilakukan secara manual, hal ini karena ukuran wood briquette jauh lebih besar dari wood pellet. Pada kompor wood briquette biasanya dipasang pintu pada bagian atas untuk memasukkan briket tersebut. Sedangkan pada wood pellet pemasukkannya bisa dilakukan dengan screw conveyor karena wood pellet ukurannya kecil dan bisa dituang (pourable). Selain itu wood briquette juga memiliki bentuk yang bermacam-macam seperti silinder, heksagonal, balok, dan sebagainya. Bentuk-bentuk briket tersebut terbentuk karena teknologi pembriketannya yang berbeda-beda, seperti bisa dibaca disini. Dan semua bentuk briket tersebut bisa menggunakan kompor briket tersebut asalkan ukuran dan panjangnya sesuai. Pembriketan pada umumnya juga lebih mudah daripada pemelletan. Bahan baku yang berhasil dibriket belum tentu bisa dibuat pellet tetapi tidak sebaliknya.

Contoh kompor briket dari India, photo diambil dari sini 
 

Kompor untuk penghangat ruangan dan memasak di Eropa yang semula menggunakan bahan bakar potongan kayu,bisa digantikan dengan wood briquette
Efisiensi kompor juga bisa tinggi ketika panas dari pembakaran tersebut tidak hilang atau lepas ke lingkungan. Wood briquette memiliki kadar air yang rendah atau kekeringan tinggi sehingga asap yang terjadi dari pembakaran juga minimal. Dengan harga wood briquette lebih murah per-satuan kalori panas dibandingkan LPG, maka menggunakan wood briquette juga akan memberikan penghematan. Operasional kompor yang lebih mudah dan praktis akan lebih mendorong pemakaian wood briquette tersebut. Kompor tersebut juga bisa dilengkapi TEG (thermo-electric generator) untuk mendapatkan listrik kecil.

Tandan kosong kelapa sawit


Briket tankos sawit
Selain limbah-limbah kayu sehingga menghasilkan wood briquette, limbah-limbah pertanian juga bisa dibuat menjadi biomass briquette, seperti sekam padi, kulit kacang, kulit kopi, tandan kosong kelapa sawit (TKKS), tongkol jagung, baggase, pelepah sawit dan sebagainya. Sejumlah limbah tersebut banyak tersedia di sejumlah daerah di Indonesia. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) atau EFB (empty fruit bunch) misalnya banyak terdapat di pabrik-pabrik sawit. TKKS tersebut apabila bisa dibriket akan lebih mudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...