Senin, 22 Mei 2017

Kebun Energi Gamal Pilihan Korea?

Ada banyak persamaan antara kaliandra dan gamal, antara lain keduanya merupakan kelompok leguminoceae, kayunya memiliki nilai kalor tinggi, mudah tumbuh, cocok dibudidayakan untuk kebun energi dengan kemampuan trubus cepat setelah dipanen kayunya, dan bisa diintegrasikan dengan usaha peternakan dengan memanfaatkan hijauan daunnya. Tetapi gamal (gliricidae sepium) lebih mudah dan banyak dijumpai di berbagai tempat. Hal ini karena gamal memiliki beberapa kelebihan dibanding kaliandra yakni sebagai pohon naungan, tanaman pagar dan tiang bangunan sederhana. Gamal juga bisa tumbuh diberbagai tempat dan jenis tanah, terbukti dari pinggiran laut sampai pegunungan tinggi. Sedangkan untuk sektor energi, kayu kaliandra memiliki kelebihan lebih cepat kering sehingga bisa segera dimanfaatkan atau lebih mudah untuk diproses lebih lanjut.
Sebagai kelompok leguminoceae baik gamal maupun kaliandra mampu menyuburkan tanah karena akarnya yang mampu mengikat nitrogen dari atmosfer, meningkatkan bahan organik tanah, perbaikan karakteristik fisik tanah, aerasi dan drainase, mengurangi erosi permukaan tanah, menurunkan temperatur tanah dan mengurangi penguapan air tanah. Tanah-tanah kritis, marjinal maupun lahan tidur akan bisa diperbaiki dengan tanaman leguminoceae tersebut. Masalah materi essential manusia seperti air, energi dan pangan juga bisa dicukupi dengan perkebunan tersebut. Seperti halnya kaliandra, untuk optimalisasinya gamal juga bisa diintegrasikan pada program 5F projects for the world!

Ketersediaan bahan organik pada berbagai tanaman perkebunan




Sejak menerapkan RPS  (Renewable Portofolio Standard)  tahun 2012 Korea berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan khususnya biomasa dan lebih khusus lagi wood pellet pada sektor energinya. Berdasar RPS tersebut Korea mensyaratkan PLTU batubara untuk minimum menggunakan 2% energi terbarukan pada 2012, dengan peningkatan 0,5% /tahun sampai 2020.  Pada tahun 2020 mereka akan membutuhkan minimum 10% energi terbarukan dengan komposisi diharapkan 60% energi terbarukan berasal dari biomasa kayu, sedangkan 40% sisanya dari sumber lain. Cangkang sawit (palm kernel shell) juga menjadi solusi jangka pendek dan menengah, dan wood pellet untuk jangka panjangnya. Sejak beberapa tahun lalu beberapa kebun energi gamal telah dibuat dengan bekerja sama dengan Korea. Walaupun sampai saat ini produksi wood pellet dengan gamal secara komersial belum terealisasi, tetapi nampaknya tidak akan lama lagi direalisasikan. Beberapa daya dorongnya antara lain ketersediaan cangkang sawit (palm kernel shell) terbatas, wood pellet dari bahan baku limbah-limbah kayu juga terbatas, dan biomass pellet dari berbagai limbah pertanian kualitasnya rendah serta sering membutuhkan berbagai treatment / proses sebelum dipelletkan. Nampaknya gamal akan segera dibudidayakan secara massif untuk memenuhi energi terbarukan di Korea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...