Secara empiris dengan kondisi iklim Indonesia yang berada di khatulistiwa tersebut membuat produksi biomasa kayu-kayuan menjadi lebih cepat secara signifikan. Proses photosintesis dengan pancaran sinar matahari sepanjang tahun tersebut adalah faktor mengakselerasi pertumbuhan dan produksi biomasa kayu-kayuan tersebut. Kebun-kebun energi seharusnya banyak dibuat di berbagai daerah di Indonesia, mengingat banyaknya lahan atau tanah yang tersedia. Berdasarkan pada faktor-faktor diatas tanaman rotasi cepat seperti kaliandra dan gamal dalam waktu 1 tahun sudah bisa dipanen kayunya di Indonesia dengan jumlah yang sama untuk poplar dan willow yang ditanam di negara sub-tropis selama 4 tahun. Sebuah perbedaan yang nyata. Berdasarkan analisis kebun energi juga memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit, lebih jauh bisa dibaca disini.
Di negeri-negeri subtropis, seandainya toh lahan mereka subur, matahari tidak menyinari penunjang sepanjang tahun. Bahkan di musim dingin, tanaman-tanaman berhenti tumbuh dan baru tumbuh kembali di musim berikutnya, maka musim berikutnya ini disebut musim semi. Sedangkan di negeri-negeri gurun , mereka mendapat limpahan sinar matahari yang panjang, tetapi mereka hanya memiliki hujan yang sangat sedikit. Sehingga tidak banyak yang bisa tumbuh di negeri gurun.
Tetapi lahan yang subur, hujan yang melimpah dan matahari sepanjang tahun-pun tidak banyak memberi manfaat bila manusia yang tinggal di dalamnya tidak cerdas. Ketika kita tidak cerdas dalam mengelola bumi, sumber daya yang melimpah tidak menjadikan kita unggul dibandingkan bangsa lain-malah bisa menjadi musibah seperti yang terjadi dengan musibah tahunan asap kita. Lebih utama dari itu semua adalah petunjuk-petunjuk-Nya yang sangat detail dan meliputi segala sesuatu (QS 2:185 dan 16:85). Maka ketika petunjuk ini tidak kita gunakan, kecerdasan kita hanya akan menghasilkan ilmu-ilmu dugaan/prasangka (dzon), dugaan-dugaan tersebut sementara kelihatan benar tetapi baru kemudian hari diketahui kesalahannya.
Indonesia juga sangat potensial sebagai produsen terbesar wood pellet dunia. Produksi wood pellet dengan kebun energi atau pepohonan tersebut juga sangat sejalan dengan konsep Islam. Tercukupinya atau swasembada kebutuhan pangan, energi dan air adalah tujuan jangka panjang 5F Project For The World tersebut. Sekali lagi potensi Indonesia luar biasa sebagai produsen biomasa terbesar di dunia, sehingga bumi yang 'ijo royo-royo' ini menjadi incaran para pengusaha energi terbarukan masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar