Selasa, 09 Januari 2018

Ketika Menggembala Sebagai Mas Kawin

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". (QS Al Qashash : 26)

Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik". (QS Al Qashash : 27)

"Dan yang menumbuhkan rumput-rumputan" (QS Al A'laa :4)


Kisah Musa yang menolong dua orang perempuan lalu diajaklah Musa menemui ayah dari kedua perempuan tersebut.  Kemudian  karena Musa memiliki tubuh yang kuat dan sifat amanah (dapat dipercaya) salah seorang perempuan itu menyarankan ayahnya yakni Nabi Syuaib AS, untuk diambil sebagai pekerja. Nabi Syu'aib tidak hanya menerima Musa untuk dijadikan pekerjanya, bahkan bermaksud menikahkan salah seorang putrinya dengan Musa dengan syarat bekerja dengannya sebagai penggembala domba selama 8 atau 10 tahun. Kisah inspiratif sekaligus teladan sepanjang zaman.
Ketika di zaman ini para orang tua gelisah untuk mencari menantu, maka inspirasi dari kisah di atas sungguh memberi pencerahan. Para orang tua saat ini bisa membuat penggembalaan domba sehingga menjadi cara untuk mendapatkan menantu terbaiknya. Dan jika orang tuanya masih bingung, maka anak-anak perempuannya juga sebaiknya meminta pada orang tuanya untuk membuat penggembalaan domba-domba tersebut. Allah SWT telah menumbuhkan berbagai rerumputan untuk pakan binatang ternak yang digembalakan khususnya domba-domba tersebut. 


“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10)

Di Indonesia dengan luas perkebunan sawit yang mencapai sekitar 12 juta hektar, tentu bisa dijadikan untuk penggembalaan domba tersebut, bahkan akan menjadi tempat terbaiknya (QS 16:10). Alangkah sayangnya jika kebun seluas jutaan hektar tersebut tidak dioptimalkan, malah harus mengeluarkan biaya besar untuk membersihkan rerumputan dibawah pohon sawit. Padahal rumput-rumput tersebut adalah pakan untuk domba-domba yang digembalakan tersebut. Kotoran dari domba-domba tersebut juga menjadi pupuk bagi pohon sawit yang pada akhirnya akan menyuburkan tanah dan meningkatkan produktivitas panen sawitnya. Ketika penggembalaan domba dalam perkebunan sawit tersebut telah menjadi konsep terintegrasi, maka menjadi semakin menarik. Karena kebun-kebun sawit tersebut sebagian besar atau 80% berada di Sumatra dan Kalimantan, maka area-area penggembalaan bisa juga diantara kebun buah-buahan bahkan pada kebun energi yang multipurpose.
Semua Nabi dan Rasul pernah menjadi penggembala domba/kambing, hal ini mengindikasikan bahwa pekerjaan menggembala domba/kambing adalah sesuatu hal yang penting. Allah SWT memperlihatkan bahwa salah satu cara terbaik untuk mendidik utusan-utusan-Nya yang merupakan manusia-manusia terbaik adalah dengan menggembala domba tersebut, sehingga mencontohnya juga akan memberikan hasil terbaik. Sayangnya pelajaran menggembala tidak diajarkan secara terperinci pada perguruan-perguruan tinggi pertanian kita, begitu juga di perguruan-perguruan tinggi Islam baik jurusan atau fakultas Al Qur'an maupun Hadist. Padahal menggembala ini merupakan sunnah seluruh Nabi dan juga secara spesifik Ada tuntunannya dalam Al Qur'an.
Profesi menggembala bagi wanita juga hal yang baik, hal itu bisa dirujuk dari 2 ayat Al Qur'an Surat Al Qashash diatas. Putri-putri Nabi Syu'aib berprofesi menjadi penggembala bahkan untuk membantu ayahnya yang sudah tua. Hari ini ketika wanita-wanita di Jabodetabek berdesakan ke tempat kerjanya baik di bus maupun kereta sehingga rawan bersentuhan dengan bukan mahram dan berbagai pelecehan seksual, maka kembali merujuk kedua ayat Al Qur'an diatas akan memberi inspirasi, motivasi dan sekaligus bisa diimplementasi. Para wanita di daerah bahkan tidak perlu urbanisasi ke kota-kota besar yang padat penduduknya, berdesakan untuk ke tempat kerja maupun dari tempat kerja, macet lalu lintasnya dan sebagainya, tetapi cukup kembali menghidupkan sunnah Nabi berupa penggembalaan tersebut. 
Tentu banyak sekali hikmah dari penggembalaan tersebut. Ketika kebun-kebun sawit telah ramai oleh domba-domba gembalaan tersebut, maka kesuburan tanah semakin meningkat dan produksi daging dalam negeri juga meningkat, bersama itu juga sebagai media pendidikan terbaik. Produksi sawit Indonesia yang rendah juga bisa meningkat pesat sejalan dengan peningkatan kesuburan tanahnya. Domba-domba tersebut juga akan menjadi harta terbaik bagi muslim, yang bisa dibaca lebih rinci di sini, sini dan sini. Konsumsi daging dalam negeri yang saat ini hanya 1/4 rata-rata dunia juga bisa ditingkatkan. Rendahnya konsumsi daging dalam negeri juga akibat kita-kita tidak punya atau kurangnya minat terhadap penggembalaan tersebut. Ketika para orang tua sadar akan pentingnya penggembalaan tersebut, maka tentu tidak segan-segan mereka membuat usaha penggembalaan tersebut, yang juga sebagai sarana mendapatkan menantu terbaiknya. Ketika waktu itu mas kawin (mahar pernikahan) menjadi seperangkat alat sholat dan penggembalaan domba. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...