Jumat, 12 Januari 2018

Permintaan Wood Pellet Merangkak Naik?

Terpuruknya pasar wood pellet beberapa waktu lalu juga sangat dipengaruhi harga minyak bumi. Rendahnya harga minyak bumi yang menyentuh harga $30/barrel pada awal 2016 silam juga menurunkan harga jual serta permintaan wood pellet. Kondisi ini bahkan sampai menggeser posisi wood pellet sebagai bahan bakar termurah untuk sektor pemanas. Pada saat tersebut harga energi per kalori dari minyak yang merupakan bahan bakar cair yang kualitasnya lebih baik dan banyak diminati murah, sehingga bahan bakar padat yang kualitasnya lebih rendah dan kurang diminati juga menjadi semakin murah. Bahkan ada banyak industri beralih menggunakan bahan bakar minyak dari sebelumnya menggunakan bahan bakar padat seperti batubara. Wood pellet sebagai salah satu bahan bakar padat (walaupun dari sumber terbarukan) juga terimbas oleh harga minyak dunia tersebut, karena basis perhitungan harga perkalori atau panas bahan bakar tersebut.

Setelah hampir 3 tahun harga minyak turun secara bertahap, saat ini harga minyak telah naik secara drastis di harga $70/barrel. Sejumlah analisis menyatakan jika harga minyak mentah lebih dari $63/barrel maka permintaan wood pellet akan kembali meningkat dengan harga yang juga lebih menarik. Harga minyak menjadi satu dari tiga penyebab turunnya pasar wood pellet di pasar dunia pada 3-4 tahun terakhir. Dua penyebab lainnya adalah pertama, karena sejumlah kebijakan untuk pemakaian wood pellet belum efektif dilaksanakan karena pembangkit-pembangkit listriknya belum selesai dibuat atau dalam tahap pembangunan, dan sejumlah pembangkit listrik juga masih dalam tahap ujicoba co-firing dengan wood pellet, Dan yang kedua, akibat perubahan iklim maka musim-musim dingin di Eropa tidak dalam beberapa tahun terakhir lebih hangat atau tidak sedingin waktu-waktu sebelumnya. Logikanya ketika kondisi diatas bisa berubah menjadi sebaliknya tentu pasar wood pellet akan membaik. Dan yang kita saksikan hari ini adalah terjadinya kenaikan harga minyak bumi yang signifikan, karena telah melebihi $63/barrel.
Ketika industri wood pellet mulai menggeliat dan bergairah, seharusnya juga memacu produksi wood pellet di Indonesia. Pasar export atau pasar wood pellet dunia yang lebih siap dan harga yang menarik perlu segera diisi, hingga kalau perlu didominasi. Lahan-lahan kosong yang tidak dimanfaatkan bahkan yang tandus sekalipun bisa dihijaukan dengan kebun energi. Tahapan merancang kebun energi untuk produksi wood pellet bisa dibaca disini. Selanjutnya pasar dalam negeri juga segera dibuat dan dikembangkan, karena dalam jangka tidak terlalu lama lagi minyak bumi kita juga akan habis, dengan kondisi saat ini telah menjadi nett importir minyak bumi tersebut. Bagaimana kalau kita hanya diam saja seperti penonton? Tentu akan memperburuk kondisi energi kita. Seharusnya kita ikut berpartisipasi mendorong kedaulatan energi negeri kita khususnya dengan energi terbarukan seperti wood pellet karena memberi banyak manfaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...