Sabtu, 14 Maret 2020

Business Model Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit Untuk Memaksimalkan Keuntungan Industri Sawit

Tandan kosong kelapa sawit (tankos sawit) atau EFB (empty fruit bunch) masih menjadi masalah lingkungan pabrik sawit pada umumnya. Skenario pemanfaatan tankos sawit yang menjadi tujuan seharusnya adalah yang bisa mengatasi lingkungan dengan baik dan memberi keuntungan secara ekonomi. Mengatasi masalah lingkungan jelas menjadi prioritas utama dan wajib terpenuhi, tetapi skenario pemanfaatan tankos terbaik seharusnya juga memberi keuntungan atau kemanfaatan lingkungan, baik jangka pendek bahkan untuk jangka panjang. Begitu juga untuk keuntungan ekonomi, seharusnya keuntungan ekonomi juga didapat sejalan dengan manfaat lingkungan tersebut, bukan kontraproduktif. Itulah kaidah skenario terbaik pemanfaatan tandan kosong sawit yang saat ini umumnya masih menjadi problem.
Perkebunan kelapa sawit merupakan basis produksi untuk pabrik kelapa sawit, baik pabrik CPO dan pabrik PKO. Tanpa buah sawit yang dihasilkan dari kebun sawitnya, maka pabrik sawit tidak akan bisa berproduksi. Operasional perkebunan sawit memang bukan hal yang mudah dan murah. Hal ini terutama faktor kebutuhan pupuk yang besar, sehingga mencapai sekitar 60% bagi operasional perkebunan sawit itu sendiri atau dengan luas perkebunan sawit 20.000 hektar maka kebutuhan biaya mencapai lebih dari 70 milyar rupiah, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Faktor untuk mengurangi biaya pupuk dan tetap mempertahankan produktivitas buah sawit atau tandan buah segar bahkan meningkatkannya adalah target utama pemanfaatan atau pengolahan tankos sawit tersebut. Apabila biaya perkebunan sawit bisa dikurangi, maka semakin besar keuntungan yang didapat. Biochar adalah produk pengolahan tankos sawit yang bisa digunakan mengurangi kebutuhan pupuk pada perkebunan sawit tersebut. Produksi biochar dengan menggunakan pirolisis seperti skema dibawah ini.

Pada proses pirolisis selain dihasilkan produk utama berupa biochar, juga dihasilkan biooil dan syngas. Biooil dan syngas tersebut selanjutnya digunakan bahan bakar generator untuk menghasilkan listrik. Pada pabrik sawit atau pabrik CPO juga umumnya banyak ditemui limbah fiber. Limbah fiber tersebut sering hanya ditumpuk dan tidak pernah dimanfaatkan sehingga cenderung mencemari lingkungan. Padahal fiber tersebut bisa dibuat pellet untuk dieksport dan menjadi bahan bakar pembangkit listrik. Selain itu saat ini jutaan hektar kebun sawit tua di Indonesia butuh untuk segera diremajakan kembali (replanting). Jutaan ton batang sawit tua tersebut juga potensial untuk produksi pellet. Apabila batang sawit tua hanya ditinggalkan dikebun sehingga lapuk dan membusuk, maka hal tersebut malah akan menjadi media lava dan selanjutnya menjadi kumbang yang malah mengganggu perkebunan sawit yang produktif demikian juga perkebunan lain, untuk lebih detail dibaca disini. Produksi pellet dari fiber maupun batang sawit tersebut membutuhkan listrik dan ini bisa disuplai dari pirolisis tandan kosong sawit seperti skema diatas. Walaupun pabrik kelapa sawit juga menghasilkan listrik tetapi umumnya hanya untuk keperluan produksi CPO sehingga tidak cukup untuk produksi fibre pellet maupun pellet batang sawit (OPT pellet).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...