|
Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros) |
Saat ini diperkirakan jutaan hektar perkebunan sawit perlu segera diremajakan kembali (replanting). Potensi puluhan juta ton batang sawit bisa didapat sebagai limbah biomasa dari perkebunan tersebut. Pengolahan batang sawit untuk menjadi bahan bakar biomasa seperti
pellet (OPT pellet) dan
pellet arang adalah suatu ide positif yang seharusnya dilakukan. Limbah cair pabrik sawit atau POME (palm oil mill effluent) dapat digunakan sebagai sumber energi atau sumber listrik untuk pengolahan batang sawit tersebut. Tetapi apabila batang sawit tidak dibersihkan dari kebun sehingga lapuk dan membusuk, maka batang sawit akan menjadi media larva. Larva itu lalu menjadi kumbang yang merusak tidak hanya perkebunan sawit itu sendiri tetapi juga perkebunan kelapa atau palem-paleman (palmae) pada umumnya. Ada sejumlah daerah yang memiliki perkebunan sawit yang berdampingan atau berdekatan dengan perkebunan kelapa misalnya di Riau, sehingga kumbang tersebut merusak perkebunan kelapa. Urgensi pengolahan batang sawit tua di lokasi tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya.
|
Batang sawit yang ditinggal begitu saja di kebun menjadi tempat berkembang biak kumbang tanduk |
|
Kebun kelapa rusak karena kumbang tanduk |
Usia produktif pohon sawit sekitar 25 tahun, sedangkan pohon kelapa bisa mencapai 80 tahun. Hal itu berarti bisa dikatakan bahwa umur pohon kelapa lebih dari 3 kali pohon sawit, sehingga hal yang patut disayangkan apabila aktivitas replanting tersebut malah merusak kebun kelapa yang usia produktifnya lebih lama. Hal itu juga berarti bahwa ketika menanam pohon kelapa seharusnya manfaatnya bisa dirasakan 2-3 generasi ke depan, sedangkan sawit hanya 1 generasi saja. Faktor menjaga kelestarian ekosistem seharusnya juga diperhatikan dalam replanting kebun kelapa sawit apalagi yang berdekatan dengan kebun kelapa. Replanting kebun kelapa sawit seharusnya dimaknai juga sebagai panen biomasa sebagai bahan baku potensial untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah seperti
pellet batang sawit (OPT pellet) dan
pellet arang (OPT charcoal pellet) tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar