Pada tahun 2050 populasi penduduk bumi diperkirakan mencapai 9 milyar manusia. Kebutuhan pangan khususnya protein juga pasti akan meningkat. Dengan jumlah populasi manusia mencapai 9 milyar tersebut kebutuhan protein diperkirakan mencapai 250 juta ton per tahunnya atau 50% lebih banyak dari produksi protein hari ini. Serangga adalah kandidat kuat untuk mencapai target kebutuhan protein, yang aplikasinya bisa untuk pakan dan pangan. Promosi sumber protein dari serangga tersebut dilakukan oleh sejumlah negara di Eropa. Kelebihan serangga sebagai sumber protein terutama karena dengan jumlah pakan lebih sedikit serangga tersebut dapat menghasilkan jumlah protein yang sama dengan peternakan tradisional. Menurut FAO, serangga sejenis jangkrik butuh pakan enam kali lebih sedikit daripada sapi, empat kali lebih sedikit daripada domba, dan dua kali lebih sedikit dari babi dan ayam broiler untuk menghasilkan jumlah protein yang sama.
Jenis serangga yang diijinkan untuk dikembangbiakkan oleh komisi Eropa untuk maksud tersebut meliputi hanya 7 spesies serangga yakni 3 jenis jangkrik, 2 jenis ulat dan 2 jenis lalat. Sejumlah perusahaan peternakan serangga (produsen serangga) juga banyak bermunculan di Eropa dan diperkirakan dua pertiga serangga tersebut untuk pakan ternak dan sepertiganya untuk pangan atau konsumsi manusia. Protein adalah salah satu unsur penting dalam pangan manusia. Islam mengatur masalah pangan atau makanan ini, sehingga hanya makanan halal yang bisa dikonsumsi oleh muslim di seluruh dunia. Dan akan lebih baik lagi adalah kelompok makanan yang halalan thayibban. Makan serangga seperti jangkrik tersebut sebaiknya dihindari oleh Muslim dan mengupayakan pangan atau makanan lebih baik seperti domba, kambing dan sapi.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan protein tersebut ada sejumlah cara bisa dilakukan untuk antisipasi kebutuhan yang terus meningkat. Indonesia adalah pemilik perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas mencapai lebih dari 15 juta hektar atau lebih dari satu setengahnya pulau Jawa dan ini bisa jadi potensi besar apabila bisa memanfaatkannya. Integrasi peternakan sapi di perkebunan sawit telah banyak dilakukan dan hal tersebut bisa dioptimalkan dengan integrasi domba-sawit. Bahkan kedua aktivitas tersebut bisa saling melengkapi karena kedua aktivitas tersebut tidak dilakukan bersamaan pada kebun sawit yang sama. Ketika kebun sawit dilakukan replanting (peremajaan tanaman) maka pada umur pohon sawit kurang dari 3,5 tahun, sapi tidak bisa digembalakkan di lahan tersebut dan lahan yang sama bisa digunakkan untuk peternakan atau penggembalaan domba. Replanting (peremajaan tanaman) kebun sawit tersebut dilakukan secara bergiliran di area kebun sawit, sehingga peternakan atau penggembalaan domba juga mengikutinya.
Domba adalah makanan yang halalan thayibban bahkan digunakan dalam ibadah yakni untuk aqiqah dan qurban. Produksi protein berbasis domba ini tentu sangat dianjurkan sehingga selain memenuhi kebutuhan protein dalam makanan yang halalan thayibban juga untuk menunjang praktek ibadah tersebut. Dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia dan luasnya perkebunan kelapa sawit, mengusahakan peternakan domba sebagai sumber protein tentu akan jauh lebih baik. Dengan luas kebun kelapa sawit mencapai lebih dari 15 juta hektar maka potensi produksi daging dari domba ini juga sangat besar.