Kamis, 08 Desember 2022

Produksi Wood Pellet : Dengan Rotary Dryer atau Belt Dryer ?

Kualitas udara menjadi faktor penting dalam kesehatan lingkungan. Semakin berkualitas udara semakin baik kualitas lingkungan tersebut. Menjaga kualitas udara tetap bersih kadang bukan sesuatu hal yang mudah dan murah khususnya bagi pelaku industri. Semakin tinggi standar kualitas udara yang digunakan juga semakin besar upaya dan biaya dikeluarkan. 

Pada industri wood pellet sebagai contohnya, khususnya pada penggunaan alat pengering atau dryer. Hampir semua industri wood pellet di Asia menggunakan rotary dryer dan hampir tidak ada yang menggunakan belt dryer. Sedangkan di Eropa belt dryer banyak digunakan karena emisi yang lebih rendah daripada rotary dryer. Selain itu belt dryer juga memiliki efisiensi lebih tinggi dan bisa bekerja dengan suhu lebih rendah dibanding rotary dryer. Dengan sejumlah keunggulan tersebut tetapi memang belt dryer juga lebih mahal dibanding rotary dryer. 

Rotary dryer pada dasarnya juga bisa memiliki performa yang baik khususnya pada aspek emisi apabila dirancang dan dioperasikan dengan tepat. Penggunaan dust collector yang memiliki efisiensi tinggi seperti cyclone dan bag filter bisa untuk mencapai standar kualitas emisi yang tinggi. Tetapi juga semakin tinggi efisiensi dust collector tersebut juga membutuhkan power atau daya listrik lebih tinggi.

Jadi pilihan yang digunakan sebenarnya sangat tergantung pada target emisi udara yang diharapkan. Eropa dan US / Canada pada umumnya memiliki standar kualitas  udara lebih tinggi dibandingkan negara-negara di Asia. Hal tersebut sehingga membuat aspek emisi tersebut menjadi perhatian penting bagi mereka. Sedangkan ditinjau dari sisi produksi wood pellet aspek yang diutamakan adalah efisiensi, sehingga dengan performa yang baik dryer bisa menghasilkan produk serbuk kayu kering yang sesuai untuk umpan pelletiser. Kualitas wood pellet sebagai hasil akhir juga sangat tergantung kualitas produk serbuk kering dari dryer tersebut. Sedangkan ditinjau dari aspek keselamatan (safety) tingginya konsentrasi partikel debu sehingga bisa nenumpuk di sejumlah tempat di pabrik wood pellet juga berpotensi lebih besar terjadinya kebakaran.   

 Peluang Export Wood Pellet
Kurangnya pasokan wood pellet di Eropa akibat perang Rusia – Ukraina, menyebabkan produsen wood pellet dari Asia Tenggara dan juga Amerika Utara mencoba menangkap peluang tersebut. Produksi wood pellet dari Rusia diperkirakan sekitar 3 juta ton/tahun yang sebelumnya mengisi pasar Eropa kini dilarang, sehingga akibat pelarangan tersebut membuat stok wood pellet di Eropa berkurang drastis. Banyaknya permintaan dan kurangnya pasokan secara alamiah akan mendorong naiknya harga, apalagi ditambah dengan naiknya komoditas energi yang lain, sehingga harga wood pellet semakin terkerek naik. Bahkan karena tingginya harga wood pellet di Eropa tersebut, wood pellet dari Vietnam yang sebelumnya mau dieksport ke Jepang, dialihkan ke Eropa. 

Kondisi tidak menentu tersebut juga diprediksi tidak akan pulih dalam waktu singkat. Pada tahun 2021 Eropa memimpin produksi wood pellet dengan produksi mencapai hampir 20 juta ton atau sekitar 48% dari produksi global, sedangkan konsumsi wood pelletnya mencapai 24,5 juta ton. Sedangkan menurut data Hawkin Wright tahun 2020-2021 bahwa pertumbuhan permintaan wood pellet global mencapai 18,4% sedangkan pertumbuhan suplai atau produksi hanya 8,4%. Indonesia seharusnya memiliki peluang besar menjadi pemain utama wood pellet dengan potensinya. Produksi wood pellet tersebut bisa untuk export ke Eropa menutupi kekurangan pasokan tersebut maupun secara umum untuk memenuhi permintaan global tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa

Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...