Nilai kalor, kadar abu dan kimia abu adalah tiga parameter
penting dalam penentuan kualitas pellet. Tiga parameter diatas sangat
dipengaruhi oleh bahan baku untuk produksi pellet. Nilai kalor tinggi, kadar
abu rendah dan kimia abu yang ramah
terhadap pipa-pipa boiler adalah kondisi ideal yang dicari oleh pengguna
pellet. Pemilihan bahan baku untuk produksi pellet adalah kata kunci untuk
mencapai kondisi ideal tersebut.
Permintaan wood pellet untuk eksport dalam skala besar yang
rata-rata diatas 5000 ton/bulan membutuhkan suplai bahan baku serbuk gergaji
ataupun kayu-kayu limbah penggergajian kayu dalam jumlah besar. Hal tersebut sulit dipenuhi. Produsen wood pellet skala kecil dengan
kapasitas kurang dari 1000 ton/bulan
mungkin bisa mempertahankan kelangsungan usahanya. Masalah suplai bahan
baku inilah salah satu faktor kunci keberlangsungan dan kesuksesan usaha wood pellet tersebut.
Limbah-limbah agroindustri seperti tandan kosong sawit,
kulit kopi, sekam padi, tongkol jagung dan sebagainya sangat potensial sebagai
bahan baku pellet. Secara kuantitas memang bahan baku dari limbah tersebut
melimpah sehingga lebih bisa diandalkan pasokan bahan bakunya, tetapi secara
kualitas memang masih dibawah bahan baku biomasa kayu berdasarkan tiga
parameter tersebut di atas.
Cara yang ideal untuk mendapatkan bahan baku
berkualitas dan jumlahnya memadai walaupun
membutuhkan waktu lebih lama adalah dengan membuat kebun energi atau hutan tanaman industri energi (HTIE). Biomasa berkayu bisa dihasilkan dalam waktu relatif cepat dan
jumlah pasokannya lebih terjamin. Tanah Indonesia yang luas dan subur karena
banyaknya gunung berapi dan beriklim tropis karena berada di katulistiwa sangat memungkinkan untuk hal
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar