Judul tentang pemanfaatan energi terbarukan dan ramah
lingkungan, telah ramai menghiasi berbagai media cetak maupun elektronik pada
saat ini. Ketersediaan energi fossil yang semakin menipis dan tidak
berkelanjutan (sustainable) menjadi daya dorong utama untuk
memberikan perhatian terhadap energi terbarukan. Seiring waktu dengan
meningkatkan kebutuhan energi, maka tidak bisa dielakkan lagi energi terbarukan
akan menjadi kebutuhan wajib pada waktunya. Biomasa ligno-celullose seperti
kayu-kayuan adalah sumber berlimpah yang mudah didapat sekaligus juga mudah
dibudidayakan untuk keberlanjutan pasokannya. Fakta tentang rendahnya
penggunaan energi terbarukan seperti biomasa bisa ditinjau dari sejumlah
faktor, antara lain kesadaran lingkungan yang masih rendah termasuk membiarkan
tanah-tanah produktif tanpa hasil bahkan cenderung terjadi penggurunan (desertifikasi),
rendahnya kesadaran untuk mandiri atau berdaulat di sektor energi sebagai salah
satu kebutuhan vital, kurangnya atau lemahnya penguasaan teknologi untuk
produksi energi terbarukan maupun pemanfaatannya sehingga berakibat tidak
mampunya melihat potensi biomasa yang sangat besar di wilayah tropis seperti
negeri kita.
Wood briquette adalah produk pemadatan (densifikasi) biomasa. Dibanding wood pellet, wood briquette kalah populer dan produksinya
juga tidak sebanyak wood pellet. Secara teknis kualitas wood briquette tidak
kalah dengan wood pellet, karena pada umumnya kepadatan (densitas) wood
briquette lebih tinggi daripada wood pellet. Selain itu pada kulit wood
briquette juga terjadi pengarangan sebagian yang membuatnya mudah dinyalakan.
Ukuran wood briquette yang besar membuatnya tidak mudah mengalir atau
dicurahkan seperti halnya wood pellet, yang bisa jadi faktor inilah yang
membuat wood briquette kurang diminati. Pada dasarnya wood briquette mirip
dengan kayu batangan seperti kayu bakar yang digunakan untuk memasak, dengan
kepadatan kurang lebih 2 kali kayu keras sehingga untuk membakarnya juga bukan
hal yang sulit. Sejumlah tungku yang biasa menggunakan kayu bakar akan mudah
mnyesuaikan dengan wood briquette.
Wood briquette juga kurang publikasi dibandingkan wood
pellet, sehingga wajar wood pellet lebih populer. Penggunaan wood pellet untuk
berbagai industri juga sudah mulai marak seperti di industri teh untuk proses pelayuan dan pengeringan
daun teh itu sendiri. Kandungan antrakuinon juga akan sangat rendah apabila
menggunakan wood pellet sebagai bahan bakar proses tersebut sehingga bisa
diterima dengan baik produk teh tersebut untuk pasar Eropa khususnya.
Karakteristik wood pellet yang bisa curah inilah inilah yang membuatnya banyak
dipilih.
Pada dasarnya wood briquette juga memiliki kegunaan yang
sama, hanya sedikit modifikasi tungku mungkin dibutuhkan karena ukuran yang
besar tersebut. Resume pemakaian biobriquette atau wood briquette bisa dibaca
disini. Penggunaan wood briquette berikut penguasaan teknologi produksinya
seharusnya lebih mudah dilakukan. Wood briquette telah lebih lama diproduksi di
berbagai daerah di Indonesia, lebih dari 20 tahun lalu sebagai produk antara
pada produksi sawdust charcoal briquette. Fabrikasi atau pembuatan peralatan
produksinya untuk wood briquette juga telah 100% telah mampu diproduksi di
dalam negeri, berbeda dengan wood pellet yang sebagian peralatan produksinya masih
import.
Briket tankos bisa sebagai sumber energi refinery atau pemurnian CPO tersebut.
Sebuah operasi pabrik sawit yang efisien dan zero waste dengan pemanfaatan optimal
limbah-limbahnya untuk sumber energi bisa dilakukan dengan baik dengan
mekanisme tersebut diatas. Abu dari pembakaran briket tersebut yang kaya akan kalium (K) juga bisa dipungut yang nantinya digunakan untuk pupuk organik pada
perkebunan sawitnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar