Dengan pertumbuhan cepat populasi manusia di dunia dan sejalan dengan kebutuhan pangan atau lebih khusus protein berupa daging dan telur, maka industri peternakan ayam menjadi mendapat beban yang berat. Proyeksi kebutuhan protein pada tahun 2050 diperkirakan meningkat 69% dan hampir setengahnya akan berasal dari peternakan ayam. Fokus utama riset dan pengembangan pada peternakan ayam saat ini adalah bagaimana memenuhi kebutuhan protein di atas. Dan hal itu hanya memungkinkan dengan cara mengembangkan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi pakan pada ayam-ayam tersebut.
Pada tahun 2017 produksi pakan ternak global telah melampaui 1 milyar ton untuk pertama kalinya dan sektor industri peternakan dengan prosentase hampir separuhnya yakni 44% dari total produksi pakan tersebut atau berarti lebih dari 440 juta ton sendiri. Dengan pertumbuhan populasi dunia maka tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan pakan juga akan terus meningkat. Selain itu ada dampak lingkungan riil tentang ketergantungan kedelai dari Amerika Serikat dan Brazil sebagai sumber protein bagi unggas atau peternakan ayam tersebut. Masalah lingkungan juga semakin besar dengan adanya limbah senyawa nitrogen dari peternakan tersebut pada aliran air dan polusi emisi gas amonia (NH3). Selain itu penggunaan pakan dengan kandungan protein berlebihan mempertinggi kecenderungan timbulnya penyakit dan meningkatkan kebutuhan air oleh ayam-ayam tersebut yang menyebabkan masalah kotoran menjadi basah dan lembek.
Memang juga terjadi peningkatan penggunaan sumber protein lain sebagai bahan pakan ayam tersebut, seperti leguminocea, kacang polong dan sebaginya. Tetapi saat ini pemakaiannya masih terbatas karena kompatibilitas asam amino, mycotoxin dan kemudahan dipelletkan. Teknologi pellet pakan adalah penemuan abad 20 yang spektakuler yang terus berkembang hingga saat ini, untuk lebih detail baca disini. Penggunaan pakan rendah protein dan tingginya keterserapan yang tinggi nutrisi tersebut menjadi bisa solusi terhadap masalah pencemaran amonia tersebut. Biochar bisa ditambahkan sebagai supplemen pakan (feed additive) untuk meningkatkan efisiensi konversi pakan tersebut. Biochar dalam internal tubuh ayam akan bisa menonaktifkan sejumlah toxin dan mengaktifkan mikroba baik di usus ayam atau memperbaiki sistem pencernaan ternak tersebut. Hal tersebut bisa ditandai dengan vitalitas ternak yang meningkat secara cepat.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan dan produktivitas ayam adalah kebersihan kandang. Faktor pakan, dan higienitas kandang termasuk sirkulasi udara sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup dan level produktivitas peternakan ayam tersebut. Semakin banyak populasi dengan kepadatan tinggi peternakan ayam tersebut maka tekanan terhadap penyakit akan semakin besar. Tingginya kandungan nutrisi atau protein pada kotoran ayam ditambah kondisi yang lembab menjadi lokasi ideal bagi sejumlah kuman penyakit berkembang biak. Selain itu emisi amonia juga sangat merusak lingkungan karena akan membentuk dinitrogen oksida (N2O) atau nitrous oxide, pengasaman tanah dan eutrofikasi perairan.
Penggunaan biochar sebagai feed additive dan treatment pada kotorannya akan meminimalisir dua masalah utama di atas, yakni kesehatan ternak dan pencemaran lingkungan. Pada akhirnya dengan kesehatan ternak yang terjaga maka level produktivitas peternakan juga tetap terjaga dengan baik. Kualitas biochar untuk feed additive juga berbeda dengan treatmen kotoran. Hal ini tentu saja karena penggunaan dan tujuan utamanya berbeda. Biochar untuk feed additive tersebut perlu dirancang sedemikian rupa sehingga grade sebagai feed additive terpenuhi seperti dengan penggunaan bahan baku biomasa terpilih, teknologi pirolisis modern sehingga kontrol proses produksi bisa dilakukan dengan baik hingga handling sampai pengemasannya. Sedangkan untuk penggunaan untuk treatmen kotoran ternak maka kualitas biochar lebih rendah termasuk penggunaan bahan baku biomasa, teknologi pirolisis dan sebagainya. Untuk lebih jelas seperti diagram dibawah ini.
Menurut sejumlah studi, bahwa penambahan sampai 0,6% biochar dalam pakan meningkatkan pertumbuhan ayam rata-rata 17% dan direkomendasikan untuk mencampur 0,4-0,6% biochar pada pakan hariannya. Ayam broiler yang diberi suplemen biochar tersebut dilaporkan meningkatkan berat badannya 5-10%. Jika 0,5% biochar digunakan sebagai sumber feed additive ayam terhadap produksi pakan ayam atau unggas dunia, maka potensi kebutuhan biochar adalah 220.000 ton setiap tahunnya. Dan jika kotoran ayam tersebut digunakan untuk produksi energi dalam unit biogas, penambahan biochar tersebut meningkatkan produksi metana (CH4) dan kualitas kompos dari digestate tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar