Minggu, 28 Februari 2021

Paradigma Peternakan Ruminansia Modern : Mengurangi Produksi Metana dan Meningkatkan Efisiensi Pakan

Gas-gas di atmosfer yang dapat menangkap panas matahari disebut gas rumah kaca (GRK). Yang termasuk gas rumah kaca yang ada di atmosfer antara lain adalah karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (SF6, HFC dan PFC). Gas Metana (CH4) adalah gas berbahaya untuk atmosfer bumi dan salah satu kelompok gas rumah kaca di atas karena daya rusak gas metana 21 kali gas karbondioksida (CO2). Hal tersebut menuntut upaya untuk mencegah terjadinya gas metana maupun mengurangi produksinya. Sebagai contoh adalah pemanfaatan limbah POME atau limbah cair pabrik sawit untuk produksi biogas. Dengan cara tersebut metana yang terjadi di udara terbuka (aerob) akan bisa dihindari (methane avoidance scenario) dan tidak lepas ke atmosfer dengan unit biogas tersebut. Sektor peternakan juga berpotensi menghasilkan yakni kelompok peternakan ruminansia atau hewan memamah biak. Metana tersebut dihasilkan pada rumen ruminansia tersebut sebagai bagian dari proses pencernakannya. Menurut estimasi bahwa kontribusi metana dari peternakan ruminansia dominan dan tentu saja hal itu perlu dikurangi. Produksi gas metana (CH4) tersebut selain menjadi masalah lingkungan juga menyebabkan banyak kehilangan energi pada ternak. Dan ternyata ada proses mengurangi produksi metana tersebut yang sekaligus meningkatkan kesehatan dan  meningkatan berat badan maupun produksi susu.

Peternakan-peternakan besar ruminansia seharusnya lebih menyadari kondisi ini dan memiliki daya dorong lebih tinggi untuk mengurangi produksi metana tersebut. Biochar adalah suplemen pakan yang bisa digunakan untuk maksud diatas. Penggunaan biochar 1-3% dari bahan kering pakannya terbukti meningkatkan pertambahan berat badan signifikan pada sapi potong, demikian juga produksi susu pada sapi perah. Eksperimen di Australia pada sapi potong selama 2 bulan telah memberikan kenaikan berat badan 10% dibandingkan yang tidak menggunakan biochar. Sedangkan untuk sapi perah telah memberikan keuntungan $ 70.000 per tahun untuk lebih detail baca disini. Sedangkan penurunan emisi gas metana diperkirakan mencapai 29% dari penggunaan biochar. Sekali dayung 2-3 pulau terlampaui, begitu pepatah mengatakan.

Efek lain dari penggunaan biochar sebagai feed additive tersebut adalah kotoran ternak menjadi lebih padat dan kurang berbau. Biochar juga bisa digunakan tersendiri untuk mengatasi bau dan kekentalan kotoran ternak tersebut, sehingga kandang menjadi lebih bersih dan tidak berbau menyengat. Selain itu apabila kotoran tersebut digunakan untuk produksi maka produksi biogasnya juga akan meningkat, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Digestate yang dikomposkan juga akan menghasilkan pupuk organik (kompos) yang lebih baik karena tambahan biochar tersebut. 

Kualitas biochar juga menjadi hal sangat penting khususnya untuk suplemen pakan ternak tersebut. Daging dan susu adalah produksi peternakan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia, sehingga juga akan berimbas pada manusia pada akhirnya. Kualitas biochar ditentukan oleh bahan baku yang digunakan dan proses produksi yang dilakukan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak semua biochar memiliki kualitas yang sama, misalnya biochar dari limbah-limbah pertanian dengan kandungan abu tinggi dengan proses tradisional , dengan bahan baku biomasa kayu dengan kandungan abu kecil dan proses modern, tentu hasilnya berbeda, bahkan misalnya sama-sama menggunakan teknologi modern pun hasilnya akan berbeda. Perbedaan itu terutama terletak pada sifat kimia fisikanya. 

Produksi biochar juga seharusnya dirancang sesuai tujuannya, misalnya biochar suplemen pakan di atas harus menggunakan bahan baku biomasa pilihan dan proses modern sehingga kualitas kualitas stabil dan terjaga. Sedangkan acuan kualitas biochar bisa dengan OMRI, USDA atau IBI. Asosiasi atau organisasi peternakan dunia seperti FEFAC , IFIF dan AFIA saat ini sangat konsern pada safety dan sustainibility, sehingga hal tersebut bisa sejalan dengan biochar sebagai feed additive tersebut. Biochar sebagai feed additive khususnya sapi perah telah diterima oleh hampir semua negara Uni Eropa. Sedangkan untuk tujuan seperti mengurangi bau dan keenceran kotoran maka biochar yang diproduksi dari biomasa apa saja dan dengan menggunakan teknologi sederhana (low tech) sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengolahan Limbah Kelapa Muda : Dibriket atau Dipelletkan saja!

Ketika cuaca sangat panas seperti akhir-akhir ini, minum air kelapa sangat menyegarkan. Hal ini karena air kelapa selain untuk memenuhi kebu...