Pemilihan species tanaman, ketersediaan lahan, pengelolaan
yang berkesinambungan dan penyerapan produk kayu sebagai bahan bakar biomasa
dengan maksimal adalah sejumah faktor yang mendorong terwujudnya dan suksesnya
usaha suplai bahan bakar biomasa dalam jumah besar dan berkesinambungan. Untuk terciptanya faktor pengelolaan lahan
yang baik sejumah instrument dibuat sehingga praktek pengelolaan hutan tersebut
bisa sesuai yang diharapkan. Instrument tersebut yang paling banyak digunakan
adalah pemberian sertifikasi. Sertifikasi diberikan apabila pengelolaan lahan
tersebut telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan dievauasi secara berkala. Ketika
pengelolaan lahan, hutan atau perkebunan telah mendapatkan sertifikasi
tersebut, maka produk kayu sebagai bahan biomasa yang dihasilkan juga lebih
mudah diterima oleh pengguna. Saat ini juga hampir semua pengguna bahan bakar
biomasa dalam jumlah besar membutuhkan syarat pengakuan berupa sertifikasi
tersebut.
Pembibitan Kaliandra Untuk Kebun Energi Seluas 1200 ha |
Optimalisasi tanah atau lahan adalah hal penting sehingga
manfaatnya benar-benar bisa dirasakan bagi kehidupan manusia. Tanah-tanah yang
semula hanya dibiarkan dan tidak dimanfaatkan akan bermanfaat dengan adanya
tumbuhan berupa tanaman penghasil kayu untuk energi tersebut. Manfaat tersebut
bisa lebih ditingkatkan lagi dengan mengintegrasikan hutan atau kebun energi
dengan peternakan sapi atau kambing atau bahkan lebah madu. Ketika siklusintegrasi tersebut bisa terjadi maka usaha menyuplai bahan bakar biomasa daam
jumlah besar dan berkesinambungan tersebut akan mampu bertahan cukup lama. Berbagai
manfaat dari semua aktifitas usaha tersebut dalam arti inti maupun sampingannya
juga bisa dirasakan nyata.
Seiring meningkatnya kesadaran lingkungan banyak pembangkit listrik
biomasa dibangun. Banyak juga yang sedan transisi menuju 100% menggunakan
biomasa yang pada awalnya menggunakan batubara 100%, dengan teknologi
diantaranya adalah co-firing biomasa dengan batubara. Pembangkit listrik adalah
pasar utama untuk bahan bakar biomasa jumlah besar dan berkesinambungan. Secara
perhitungan karbon juga bahan bakar biomasa adalah karbon netral sehingga tidak
menambah konsentrasi gas CO2 atau gas rumah kaca di atmosfer. Selain itu kebun atau hutan energi yang dibuat
juga merupakan upaya untuk menyerap CO2 diatmosfer ke dalam tanaman. Apabila
kecepatan pemanenan biomasa masih lebih rendah daripada pertumbuhan tanaman
atau selalu masih ada kebun yang cukup luas dari sebagian yang dipanen maka
penyerapan karbon oleh tanaman masih efektif.
Bahan
bakar biomasa tersebut umumnya diolah terlebih dahulu sebelum digunakan. Produk
bahan bakar biomasa tersebut bisa berupa batang kayu (log), wood chip, wood pellet/briquette,
dan torrified pellet/briquette. Wood
chip merupakan olahan kayu yang populer dan umum dalam penggunaan di pembangkit
listrik biomasa. Wood pellet juga tidak kalah populer tetapi dari sisi teknologi
dan produksi lebih mudah untuk menghasilkan wood chip. Wood chip juga biasa digunakan
sebagai bahan baku pabrik kertas (pulp and paper). Sedangkan dari sisi
transportasi maka wood pellet lebih efisien karena memiliki kepadatan (density)
yang besar. Faktor-faktor itulah yang perlu diperhatikan produsen maupun
pengguna bahan bakar biomasa sehingga baik kualitas dan kuantitas bisa dipenuhi
dan menjadi kegiatan yang menguntungkan secara ekonomi serta bermanfaat bagi
lingkungan.