Kamis, 22 Oktober 2015

Berebut Limbah Biomasa Tankos Sawit : Untuk Kertas atau Pellet ?

Dalam upaya optimalisasi seluruh potensi sejumlah perusahaan sawit berencana untuk mengolah limbah-limbah yang dihasilkan dari proses produksi CPO salah satu diantaranya adalah tandan kosong (tankos) sawit atau empty fruit bunch (EFB). Dua alternatif yang sedang hangat diperdebatkan adalah untuk energi dengan dibuat pellet dan untuk kertas. Ditinjau dari sisi bisnis apabila menguntungkan tentu tidak bukan masalah untuk memproduksi dari kedua produk tersebut. Ketersediaan bahan baku menjadi salah satu faktor penting dari sisi produksi dan bisnis pada umumnya.

Analisa lebih mendalam bisa dilakukan dengan melihat lebih detail pada teknologi proses produksi, besarnya investasi, ROI, aspek lingkungan, kerberlangsungan bisnis inti (minyak sawit) dan kemanfaatan produk yang dihasilkan adalah sejumlah faktor yang akan memudahkan untuk pada akhirnya memilih salah satu. Selanjutnya mengetahui lebih detail mengenai karakteristik bisnis masing-masing produk tersebut juga akan semakin menambah kemantapan dari kedua produk tersebut. Pada akhirnya skor yang lebih tinggi menentukan pilihan atau prioritas dari keduanya, dan apabila ternyata skor analisa dari keduanya sama maka juga tidak masalah apabila keduanya dijalankan secara bersamaan apabila sumberdaya-nya juga mampu.
Walaupun kualitas produk pellet maupun kertas dari bahan baku limbah sawit juga bukan merupakan grade terbaik apabila dibandingkan dengan produk kertas atau pellet dari bahan baku kayu, tetapi sekali apabila secara bisnis menguntungkan maka itu bagus untuk diproduksi juga. Dilema seperti ini juga dialami pabrik berbasis agro (agro-industri) seperti pabrik gula tebu, dimana baggase bisa diolah menjadi kertas maupun pellets.        

Senin, 05 Oktober 2015

Wood Briquette Tertinggal 25 Tahun dari Wood Pellet

Kawasan-kawasan atau daerah-daerah yang biasa dengan membakar kayu (wood burning application) maka akan cocok menggunakan wood briquette dan kurang cocok apabila menggunakan wood pellet. Berbagai kawasan di berbagai belahan dunia menggunakan kayu untuk pemanas ruangan (wood burning stove atau boiler) ataupun untuk memasak.  Apabila rasio pengguna kayu sebagai bahan bakar lebih banyak maka usaha atau produksi wood briquette akan lebih menarik daripada wood pellet. Secara global wood briquette memang kalah populer dibandingkan wood pellet, sehingga produksi wood briquette juga jauh dibawah wood pellet. Wood briquette juga punya karakteristik tersendiri dibandingkan wood pellet.






Secara umum produksi wood briquette juga lebih mudah dibandingkan wood pellet. Ukuran partikel, bahan baku, kadar air dan operasional sedikit lebih longgar dibandingkan persyaratan untuk produksi wood pellet. Semua wood pellet memiliki bentuk silindris yang hanya dibedakan diameter silinder tersebut, dan yang umum digunakan yakni diameter 6 mm dan 8 mm, sedangkan pada wood briquette selain bentuknya bisa bermacam-macam dari segi ukuran juga bermacam-macam, misalnya dari yang diameter 50 mm (5 cm) hingga 90 mm (9 cm). Wood pellet hampir semua menggunakan mechanical compression pada produksinya sedangkan pada wood briquette ada beberapa pilihan compression, yakni mechanical, hydraulic dan extrusion (screw). Teknologi kompresi pada pembriketan yang berbeda juga akan menghasilkan karakteristik produk yang berbeda, misalnya perbedaan pada mechanical compresssion (ram/piston briquette) dengan extrusion (screw briquette).  Bahan baku yang bisa dibuat pellet hampir bisa dipastikan bisa dibuat briquette, tetapi semua bahan baku yang bisa dibuat briquette belum tentu sukses untuk dibuat pellet. Density atau kepadatan wood briquette juga lebih tinggi dibandingkan wood pellet, yakni berkisar 1.000 - 1.400 kg/m3 (62,4 - 87,4 pound/ft3) sedangkan pada wood pellet berkisar 700 - 800 kg/m3  (43,7 - 50 pound/ft3).
Screw (extrusion) Wood Briquette

Sedangkan apabila dibandingkan dengan kayu (round wood/log) yang biasanya mampu menyala (burning time) sekitar 30 menit maka dengan kepadatan (density) yang tinggi pada wood briquette membuatnya memiliki waktu nyala sekitar 6 – 7 kalinya. Faktor lain yang menyebabkan tingginya waktu nyala tersebut adalah kadar air yang rendah dibandingkan kayu. Dalam banyak hal proses produksi wood briquette memiliki banyak kesamaan dengan wood pellet atau dalam kelompok teknologi pemadatan biomasa (biomass densification). Walaupun sama-sama karbon netral karena sama-sama bahan bakar biomasa, tetapi pada proses pembakaran wood briquette menghasilkan emisi 60% lebih sedikit daripada menggunakan kayu bakar. Untuk daerah-daerah dingin yang banyak membakar kayu untuk perapian (penghangat ruangan), maka pilihan wood briquette adalah tepat.

Kamis, 01 Oktober 2015

Italia, Pengguna Wood Pellet Untuk Pemanas Ruangan Terbesar di Eropa

Berbeda dengan kawasan Asia pada umumnya yang menggunakan wood pellet untuk bahan bakar pembangkit listrik atau boiler pada sejumlah industri, kawasan Eropa dan Amerika menggunakan wood pellet sebagai pemanas ruangan dalam jumlah besar. Jumlah penggunaan wood pellet untuk pemanas ruangan (home heating) di kawasan tersebut tidak terlalu jauh berbeda dengan penggunaan wood pellet untuk pembangkit listrik dan boiler industri. Italia adalah negara di Eropa yang tercatat sebagai pengguna wood pellet terbesar untuk pemanas ruangan yakni 2,5 juta ton pada tahun 2013 dengan proyeksi kenaikan 15% setiap tahunnya atau menurut ekspektasi heating market growth dan pernyataan National Renewable Energy Action Plan, penggunaan wood pellets akan mencapai 3,5 juta ton pada 2015 dan 5 juta ton pada 2020.

Pertumbuhan penggunaan pellet tersebut akibat program insentif unik dari pemerintah Italia tentang energi terbarukan, yakni Conto Termico (Feed-in-tarrifs for heating and cooling), yang dilakukan oleh Kementrian Pengembangan Ekonomi pada akhir 2012.  Insentif Conto Termico tersebut didasarkan pada nominal power (kW), estimasi jam operasi (berdasar pada zone iklim), koefisien insentif, dan level emisinya. Insentif tersebut diberikan pada setiap 2 tahun untuk stove dan 5 tahun untuk boiler. Potongan pajak (tax deduction) juga diberikan dalam 10 tahun untuk 50% pengeluaran biaya pembelian dan pemasangan pellet stove. Keputusan tersebut menganggarkan 700 juta Euro untuk proyek-proyek yang diimplementasikan pihak-pihak swasta (individual, blok apartement dsb). Italia sebagai salah satu negara di Eropa maka upaya-upaya tersebut diatas adalah bagian dari EU Renewable Directive, yang menginstruksikan pemakaian energi terbarukan hingga 20% dalam bauran energi mereka pada tahun 2020.  



Saat ini sekitar 2 juta stove dan 200.000 boiler terpasang di rumah-rumah di Italia, dan pemasaran kedua produk tersebut cukup stabil dan kuat. Salah satu produsen pellet stove bahkan telah membuat suatu aplikasi yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan berinteraksi jarak jauh dengan pellet stove tersebut menggunakan smart phone. Untuk menghidupkan dan mematikan, mengeset temperature, memprogram jam operasi, atau bahkan mendengarkan proses pembakaran dalam pellet stove tersebut. Aplikasi tersebut juga bisa memberitahu ketika stove kehabisan pellet, atau jika pembakaran yang terjadi tidak sempurna atau bahkan memanggil penyedia layanan purna-jualnya. Adanya kaca yang mampu melihat nyala api dan peningkatan efisiensi hingga 94% dengan konveksi alamiah adalah keunggulan lain dari pellet stove tersebut.



Besarnya permintaan pellets tersebut ternyata tidak bisa dipenuhi sepenuhnya oleh produksi dalam negeri, atau hanya satu bagian kecil saja yang masih bisa dicukupi dari produksi dalam negeri, sehingga Italia mengandalkan import pellet untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.  Kondisi produksi wood pellet dari kawasan Eropa sendiri juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga import dari dari benua lain juga meningkat. Produksi wood pellets Italian diperkirakan hanya 300.000 ton/tahun sedangkan kebutuhan mencapai lebih dari 3.000.000 ton untuk tahun ini.



Kualitas wood pellets untuk pemanas rumah tangga pada umumnya lebih tinggi daripada wood pellets industri. Kualitas premium ENplus A1 pellets adalah kualitas standar yang digunakan untuk pemanas ruangan. Premium A1 pellets adalah level kualitas tertinggi wood pellet khususnya untuk private end user. Selain itu hampir 60% dari supplier pellet tersebut juga telah mendapatkan sertifikat ENplus. Sejumlah distributor juga mengatakan bahwa sertifikat ENplus bagus untuk sejumlah perusahaan Italia tetapi tidak dibutuhkan oleh mayoritas. Hal ini karena sertifikat Enplus tersebut membutuhkan biaya tambahan ekstra yang dampaknya berpengaruh pada harga pasar wood pellet yang sensitif.        

Wood pellet didatangkan ke Italia dengan menggunakan 3 cara. Bulk shipment yang datang dengan kapal adalah biaya termurah tetapi dengan hampir semua distributor di Italia dengan kapasitas kecil, mereka tidak mampu menangani volume besar tersebut. Pilihan kedua adalah menerima pellet yang telah dikantongi (bagged) atau bulk containers, tetapi sebagian besar distributor lebih menyukai dengan dikantongi (kemasan plastik). Cara ketiga adalah dengan truk, yang bisa setiap hari datang dengan kemasan plastik 15 kg atau ukuran besar (jumbo bag). Italia juga bisa dikatakan konsumen wood pellet dalam kemasan terbesar di Eropa.

Memaksimalkan Kecepatan Penyerapan CO2 dari Atmosfer Berbasis Biomasa

Memaksimalkan kecepatan penyerapan CO2 dari atmosfer adalah hal sangat penting mengingat kecepatan penambahan konsentrasi CO2 ke atmosfer ya...