Saat ini sebagian besar pembangkit listrik di dunia menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Batubara adalah bahan bakar padat yang ditambang / berasal dari perut bumi sehingga ketika dibakar akan menghasilkan emisi karbon positif. Saat ini didasari oleh kesadaran lingkungan yang meningkat maka bahan bakar biomasa khususnya wood pellet digunakan sebagai bahan bakar tambahan (cofiring) bahkan tidak sedikit yang telah seluruhnya menggunakan biomasa atau wood pellet. Segmen pasar pembangkit listrik adalah pasar besar yang menghendaki kapasitas besar dan kontinuitas pasokan, untuk itulah pasokan bahan baku wood pellet harus sangat diperhatikan. Prasyarat itu juga biasanya juga akan sulit apabila hanya dipenuhi dari bahan baku yang mengandalkan limbah-limbah penggergajian atau pengolahan kayu. Kebun energi adalah solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Kebun energi bukan hal baru sebagai upaya memproduksi biomasa kayu untuk energi. Kondisi Indonesia yang beriklim tropis dan tanah yang luas dan subur adalah hal yang patut kita bersyukur kepada Allah SWT. Ketika negara-negara sub-tropis mengeluarkan jutaan dollar dan berupaya keras untuk bisa mendapatkan hasil optimal dari kebun energi karena kondisi iklim dan tanah mereka, maka di Indonesia sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan. Banyak daerah di daerah sub-tropis yang tidak bisa ditanami sekaligus minimnya kuantitas dan kualitas cahaya matahari membuat tanaman terkendala untuk proses photosintesa. Sedangkan di Indonesia yang rata-rata 11 jam setiap hari mendapat sinar matahari sepanajang tahun maka proses photosintesis tidak bermasalah dan optimal. Konsekuensi hal tersebut adalah butuh waktu sekitar 4 tahun untuk menghasilkan produktivitas kayu menyamai kondisi di Indonesia. Mensyukuri nikmat Allah SWT salah satunya dengan menyadari kondisi tersebut dan mampu memanfaatkan kondisi tersebut untuk kemanfaatan yang besar.
Kebun Kaliandra di Sebuah Lereng Bukit di Jawa Tengah |
Ada banyak manfaat dengan membuat kebun energi kaliandra, terutama manfaat lingkungan bisa menghidupkan tanah mati dan tidak terjadinya penggurunan (desertifikasi) hingga orientasi ekonomi yakni produktivitas biomasa kayu untuk produksi wood pellet. Tingginya kebutuhan wood pellet dunia seharusnya juga menjadi daya dorong untuk pembuatan kebun energi tersebut.