Sekitar 20 tahun lalu, apabila memiliki minat besar pada go green atau energi terbarukan, efisiensi energi dan lingkungan berkelanjutan (sustainable environment) maka itu adalah sesuatu hal aneh dan membuat peminatnya "terisolir". Tetapi setelah 20 tahun berlalu ternyata minat tersebut sekarang malah menjadi bagian cara berpikir dan hidup dalam keseharian, dan bukan mustahil tidak lama lagi akan menjadi mainstream. Indikasinya pasar untuk energi dan teknologi ramah lingkungan semakin berkembang. Listrik juga merupakan bentuk energi yang sangat fleksibel dalam penggunaannya sehingga bisa bisa menjadi dikonversi ke bentuk lain, seperti mekanik, panas, cahaya dan sebagainya.
Sebagai muslim ketika kita membaca dan mengimplementasikan Al Qur'an maka biomasa khususnya kayu-kayuan adalah jawaban sumber energi tersebut. Petunjuk Al Qur'an tersebut dalam QS Yaasiin : 80, QS Al Waqi'ah : 71-72, dan QS An Nuur : 35 dan untuk penjelasan lebih rinci bisa dibaca disini. Faktor lainnya yakni kesadaran masyarakat global untuk menurunkan suhu bumi dengan tidak menambah CO2 di atmosfer, sehingga biomasa sebagai solusi jitu. Wood pellet sebagai produk biomasa kayu-kayuan untuk sektor energi sangat populer dan menjadi perhatian dunia saat ini. Termasuk juga untuk pembangkit listrik, bahkan penggunaan untuk pembangkit listrik ini sangat mendapat perhatian serius. Dengan menjadi produk wood pellet tersebut maka sisi transportasi, pengemasan hingga penggunaannya menjadi lebih mudah. Harga wood pellet pun sangat bersaing dan menjadi produk energi paling murah ditinjau dari kandungan kalorinya atau nilai panasnya.
Biomasa kayu-kayuan berasal dari pepohonan atau tanaman yang bisa tumbuh hampir di semua tempat di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut seharusnya pembangkit listrik juga bisa disebarkan di seluruh lokasi yang berdekatan dengan sumber biomasa tersebut, bahkan pembangkit listrik kecil untuk rumah tangga juga bisa dibuat. Sebuah pembangkit listrik hanya seukuran kulkas seperti gambar dibawah ini telah digunakan di sejumlah negara di Eropa dengan bahan bakar wood pellet. Sedikit modifikasi bisa dilakukan di Indonesia, karena iklimnya tropis yang tidak pernah mengalami musim dingin hingga dibawah 0 C, sehingga selain untuk pembangkit listrik juga bisa untuk memasak, sedangkan di Eropa selain listrik juga menyediakan panas untuk pemanas ruangan atau biasa dengan sebutan CHP (Combine Heat and Power). Stirling engine banyak digunakan dalam CHP engine tersebut karena ukurannya kecil dan efektif hingga kapasitas 100 KW. Gasifikasi dan ORC (Organic Rankine Cycle) juga banyak digunakan untuk kapasitas menengah. Baik Stirling engine, maupun ORC mendapatkan panas dari pembakaran biomasa, sedangkan pada gasifikasi ada pembatasan udara/oksigen dimasukkan dan bertujuan untuk memaksimalkan produk gasnya. Selain pembakaran (combustion) dan gasifikasi, ada lagi route thermal biomasa yang juga banyak diaplikasikan yakni pirolisis. Bedanya pirolisis lebih banyak digunakan untuk produksi bahan bakar, baik bahan bakar padat berupa arang terutama dengan karbonisasi atau slow pyrolysis, maupun bahan bakar cair atau biooil terutama dengan fast pyrolysis. Ada lagi satu varian proses pirolisis yang terutama untuk menghasilkan bahan bakar biomasa yang memiliki karakter hidropobik seperti batubara, yakni torefaksi (torrefaction) atau mild pyrolysis. Bahkan juga sebelumnya pembangkit listrik dengan kapasitas yang lebih kecil hanya bisa untuk elektronik daya kecil seperti gadget telah dibuat dan dipasang pada kompor-kompor masak.
Jangan sampai kondisinya terlambat ketika krisis energi telah terjadi lalu secara panik mengambil apa saja yang bisa dijadikan energi dan berdampak buruk bagi lingkungan. Tetapi bukankah Indonesia masih memiliki sumber energi yang melimpah seperti gas dan batubara? Menurut estimasi gas baru habis dalam kurun waktu 30 tahun lagi dan batubara 80 tahun lagi. Ya tetapi bahan bakar diatas adalah carbon positif dan tidak sustainable. Padahal saat ini secara bertahap sedang diusahakan untuk dikurangi oleh banyak negara untuk menurunkan suhu bumi. Tentu akan lebih baik berpartisipasi sebagai bagian dari solusi untuk menurunkan suhu bumi dengan energi dari biomasa tersebut. Motivasi besar lainnya kita dapat dari hadist Nabi Muhammad SAW :
"Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia tidak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR.Muslim).
Bumi sekali lagi akan menjadi makmur sebelum kiamat. Secara umum kebun-kebun dan hutan-hutan seperti itu juga menjadi penyebab munculnya mata-mata air (QS 36 : 34) yang pada waktunya akan mengalir ke sungai-sungai (QS 19 : 24-25) dan juga menjadi kesenanganmu dan binatang ternakmu (QS 79 : 31). Solusi kebun energi dan peternakan domba/Kambing juga ibarat sekali dayung, 2-3 pulau terlampaui, yakni energi dan pangan. Indonesia saat ini baru menggenjot salah satu unsur pangan, yakni karbohidrat terutama beras karena juga sebagai makanan pokok dan disektor itupun saat ini belum swasembada dengan import beras mencapai jutaan ton. Padahal selain karbohidrat komposisi makananan kita meliputi protein, lemak, vitamin dan mineral. Logikanya ketika di sektor yang pokok saja masih kedodoran, apalagi unsur-unsur penunjang yang lain. Peternakan domba/kambing sebagai penyedia unsur penunjang tetapi sangat penting peranannya yakni protein. Pada kesempatan lain insyaAllah bisa kita bahas keterkaitan energi dan pangan lewat kebun energi dan peternakan domba/kambing ini secara lebih rinci.
Kapan pembangkit listrik kita hanya seukuran kulkas? Tidak lama lagi, ketika bumi kembali hijau, kebun energi dan produksi wood pellet bertebaran dimana-mana. InsyaAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar