Rabu, 27 September 2017

Di Biomasa-pun, Sejarah Kembali Terulang Bagian 2

Pasca revolusi industri manusia berlomba-lomba mengeksploitasi tambang batubara dan migas untuk bahan bakar berbagai mesin-mesin produksi dan pabrik-pabrik. Dengan "dugaan" ilmiahnya manusia beranggapan dan berargumentasi bahwa hanya dengan bahan bakar tersebut mesin-mesin produksi dalam berbagai industri bisa berjalan dan manusia bisa merasakan kesejahteraaan dengan berbagai sarana dan fasilitas hidupnya. Konsumsi bahan bakar tersebut digenjot, sehingga cadangannya semakin menipis. Disamping itu,  saat ini dalam rentang yang tidak terlalu lama, ternyata dampak dari "dugaan" ilmiah manusia tersebut sudah terasa, berbagai masalah lingkungan yang ditimbulkan ternyata tidak kalah hebatnya, yang bahkan bisa mengancam kehidupan manusia itu sendiri. 
Gambar diambil dari sini
Karena alasan itulah manusia sampailah pada kesimpulan bahwa konsumsi bahan bakar fossil harus dibatasi dan bahkan dihentikan, karena tidak ramah lingkungan dan tidak berkesinambungan (sustainable). Fenomena tersebut mirip dengan penggunaan pupuk kimia untuk pertanian. Pupuk kimia mulai marak digunakan di seluruh dunia pasca perang dunia II, karena juga menggunakan bahan-bahan sisa perang tersebut. Tidak sampai  70  tahun,  kini  pupuk-pupuk  kimia  banyak  sekali  ditentang karena  berbagai  alasan  seperti  dampak  terhadap  kesehatan
maupun dampak terhadap lingkungan.

Hal lain yang mirip lagi adalah rekayasa genetika yang menghasilkan tanaman  yang  dimodifikasi  secara  genetis (Genetically Modified  Crops). Pada kemunculan  pertamanya  tahun  1994  dipandang  sebagai  solusi pangan bagi dunia  – kini  belum juga berusia dua  dasawarsa sudah ditentang di mana-mana, karena muncul "dugaan" baru bahwa bisa jadi GM  Crops  ini  membawa  potensi  resiko  yang  sangat  besar  bagi kesehatan manusia dalam jangka panjang.

Berbagai upaya dilakukan untuk melepaskan dari jerat bahan bakar fossil tersebut, yang tentu juga tidak mudah dan menghadapi berbagai masalah, sehingga perlu dibuat tahapan yang sistematis dan realistis. Tidak kurang 23 konferensi iklim telah dilakukan dan diikuti oleh hampir semua negara di dunia. Prakteknya berbagai negara memiliki strategi yang berbeda-beda menyesuaikan dengan kondisi setempat. Energi terbarukan atau clean energy juga telah menjadi target PBB untuk direalisasikan bersama 17 target lainnya dalam Sustainable Development Goals (SDGs).

Padahal Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur'an sekitar 14 abad silam, tentang penggunaan bahan bakar dari pepohonan sebagai sumber energi.QS Yaasiin : 80, QS Al Waqi'ah : 71-72, dan QS An Nuur : 35 dan untuk penjelasan lebih rinci bisa dibaca disini. Hanya dengan kembali kepada petunjuk-Nya dan meyakini Al Qur'an sebagai jawaban atas segala persoalan (QS 16 :89) maka dipastikan manusia akan selamat dan bahagia dunia akhiratnya. Pepohonan akan menjadi sumber energi masa depan. Kebun atau hutan energi menjadi salah satu skenario untuk penyediaan bahan bakar biomasa tersebut, terutama untuk produksi wood pellet. Konsumsi bahan bakar dari pepohonan tetapi mengabaikan aspek lingkungan itu sendiri juga akan mengakibatkan malapetaka lingkungan. Jangan sampai karena keserakahan manusia dengan eksploitasi berlebihan melampaui daya dukung lingkungan itu sendiri maka kerusakan alam malah semakin parah. Selain memberikan petunjuk penggunaan pepohonan sebagai sumber energi, Allah SWT juga memerintahkan kita sebagai pemakmur bumi-Nya (QS 11:61). Betapa lengkap dan indahnya petunjuk dari Allah SWT tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...