Senin, 18 September 2017

Ketika Keberkahan Menjadi Lebih Penting!

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat per­umpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35)

Bagaimana jika ada ayat Al Qur'an yang menginformasikan tentang pohon yang diberkahi sehingga dengan menanamnya juga menjadi keberkahan tersendiri? Bagaimana jika pohon yang diberkahi tersebut juga telah dibuktikan atau teruji secara empiris memberi banyak manfaat bagi manusia salah satunya sisi ekonomi? Pohon tersebut adalah pohon zaitun (olive), yakni dalam Al Qur'an An-Nur :35. Dan pohon zaitun adalah satu dari sejumlah tanaman yang namanya disebut didalam Al Qur'an. Selain itu yang terpenting bagi orang beriman akan meyakini Al Qur'an sebagai firman Allah SWT yang pasti benar, Maha Benar Allah atas segala firman-Nya, sehingga adanya pembuktian atau uji empiris akan semakin menambah atau mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Perkebunan Zaitun di Spanyol
Kitab Al Filaha, Kitab Pertanian Fenomenal Dari Kekhalifahan Umayyah  di Andalusia
yang  Menjadi Rujukan Eropa dan Dunia Selama Berabad-abad
Pohon zaitun ternyata ada dalam urutan ketiga, pepohonan yang paling banyak ditanam manusia, setelah kelapa sawit dan kelapa. Bahkan untuk kelapa sawit Indonesia menempati urutan pertama dalam luas kebun dan produksi minyaknya, sedangkan untuk kelapa Indonesia menempati peringkat kedua dari sisi produktivitas buahnya setelah Philipina. Lalu dimana kita bisa menemukan pohon zaitun? Spanyol adalah produsen terbesar minyak zaitun dengan luas kebun 2,3 juta hektar dengan produksi minyak 7 juta ton/tahun. Spanyol mulai menanam zaitun sejak kekhalifan Umayyah di Andalusia, dan menjadi pusat revolusi pertanian di abad pertengahan. Pohon tersebut juga bukan asli Spanyol tetapi berasal dari Syam, yakni perbatasan Suriah dengan Turki. Pertanian dan perkebunan Andalusia sangat maju pada revolusi pertanian abad pertengahan tersebut yang menjadi rujukan Eropa bahkan dunia saat itu. Pohon ini juga bisa berusia hingga ribuan tahun. Selain itu dari tinjauan ilmiah kualitas minyak zaitun juga lebih baik daripada minyak sawit. Rendemen minyak zaitun juga hampir sama dengan minyak sawit yakni sekitar 20%. 
Kandungan Monounsaturated pada Olive oil tertinggi diantara sejumlah minyak dan lemak.
Hal tersebut mengindikasikan oilve oil sangat baik untuk kesehatan

Pohon sawit juga bukan asli Indonesia. Pohon sawit berasal dari Afrika Barat dan  dibawa oleh penjajah Belanda. Awalnya hanya 4 bibit saja dan ditanam di kebun raya Bogor, bahkan saat ini dibuat monumen berupa tugu sawit disana. Saat ini luas perkebunan sawit di Indonesia sekitar 9 juta hektar dan terbesar di dunia. Memang umum dijumpai di dunia pertanian dan perkebunan bahwa tempat asal lokasi pohon atau tanaman tersebut tidak menjadi produsen terbesarnya, seperti contoh zaitun dan kelapa sawit.

Tugu Sawit di Kebun Raya Bogor
Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Apakah bisa pohon zaitun tersebut menggantikan perkebunan sawit ini? InsyaAllah bisa. Bahkan pembibitan zaitun bisa dilakukan dengan stek sehingga bisa dilakukan dengan cepat. Berbeda dengan kelapa sawit yang membutuhkan pabrik besar untuk mengekstrak minyaknya, maka pohon zaitun hanya membutuhkan sarana sederhana untuk mengekstrak minyaknya, sehingga bisa dilakukan siapa saja dan mulai kapasitas kecil, seperti skala rumah tangga. Hal tersebut seperti kelapa, yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia dan untuk mendapatkan minyaknya juga mudah dan sederhana. Penanaman zaitun juga nantinya sebaiknya seperti kelapa yang dikelola masyarakat dan ditanam diseluruh pelosok negeri Indonesia. 

Minyak zaitun sama seperti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang bisa dijadikan minyak makan seperti minyak goreng, tetapi juga bisa dijadikan bahan bakar baik langsung, maupun diolah dulu menjadi biodiesel. Urusan pangan tentu lebih diprioritaskaskan daripada urusan energi, untuk mengkaji lebih lanjut masalah ini bisa dibaca disini. Berdasarkan kaidah tersebut juga bisa saja nanti minyak kelapa sawit diarahkan ke bahan bakar, sedangkan minyak zaitun dan minyak kelapa diarahkan untuk minyak pangan yang di konsumsi manusia.

Tetapi mengapa kita menganggap penting zaitun ini ? pertama tentu karena keberkahannya yang disebutkan di Al-Qur’an tersebut di atas. Kedua karena keberkahan  tersebut  juga  terbukti  secara  ilmiah.  Bila  minyak  sawit  banyak diperdebatkan  dampaknya  pada  kesehatan  misalnya,   minyak  zaitun sebaliknya begitu banyak diberitakan manfaatnya, yakni bisa untuk pangan, farmasi hingga bahan bakar.

Sementara bahan bakar cair diera bioeconomy bisa didapatkan dari paparan diatas, bahan bakar padat bisa didapatkan dari kayu-kayunya. Kayu-kayu tersebut bisa secara khusus diusahakan untuk memenuhi kebutuhan yang besar yakni dengan membuat kebun energi. Al Qur'an lagi-lagi memberi petunjuk yakni QS  36:33  ;  QS  6:99. Kebun-kebun energi tersebut dari pohon kelompok leguminoceae yang selain biji-bijinya bisa dimakan, ternyata juga cepat panen, sangat mudah tumbuh, memperbaiki ekosistem dan bahkan memperbaiki serta menghidupkan tanah mati, yakni tanah tandus dan gersang. Kayu-kayu tersebut selanjutnya bisa diolah menjadi wood pellet untuk kemudahan mendistribusikan, pemakaian dan penyimpanan. Jadi dengan membuat kebun energi tersebut akan didapat keberlangsungan pasokan kayu-kayu untuk sumber energi tersebut, bukan dengan menggunduli hutan. Bagaimana merancang produksi wood pellet dari kebun energi tersebut? Silahkan dibaca disini untuk lebih jelasnya. Ketika produksi wood pellet dari kebun energi telah banyak dilakukan diberbagai tempat, maka pembangkit-pembangkit listrik biomasa kecil bisa berjalan dengan pasokan wood pellet tersebut, bahkan pembangkit listrik tersebut hanya seukuran kulkas.


Daun-daun leguminoceae yang kaya protein, selanjutnya bisa digunakan untuk pakan domba atau kambing. Kotorannya bisa dikumpulkan untuk diolah menjadi biogas dan pupuk organik. Pohon-pohon tanaman leguminoceae akan menyuburkan tanahnya dengan kemampuan akarnya mengikat nitrogen (N), maka pupuk organik dari kotoran domba yang kaya phosphor (P) dan kalium (K), akan semakin menyuburkan tanahnya sehingga mempertinggi produktivitas kayu pada kebun energi tersebut.

Lalu apa keberkahan itu? Dalam Qur'an Surat Al Qadr (97) : 1, Al Qur'an diturunkan di malam yang diberkahi yakni malam Lailatu Qodar, yang beribadah pada malam itu pahalanya sama seperti seribu bulan atau 30 hari x 1000 bulan atau sangat banyak.  Sehingga keberkahan bisa diartikan sebagai kebaikan yang sangat banyak. Lalu bagaimana mendapatkan keberkahan tersebut? Allah berfirman dalam Qur'an surat Al A'raf : 96
“Jika  sekiranya  penduduk  negeri-negeri  beriman  dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS 7:96)
 Sehingga jawabannya supaya keberkahan terus ada dan tidak hilang adalah dengan beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...