Kamis, 16 November 2017

Transmigrasi Untuk Menggembala Domba Di Kebun Sawit, Mungkinkah ?

“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10)

“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54) 

“"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya : “Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk Mekah”. (H.R. Bukhari)
Indonesia memiliki sekitar 12 juta hektar perkebunan kelapa sawit saat ini, yang terdiri dari 4,8 juta hektar perkebunan rakyat, 6,2 juta hektar perkebunan swasta dan 0,8 juta hektar perkebunan negara. Perkebunan sawit tersebut membutuhkan sejumlah perawatan sehingga bisa terus berproduksi apalagi dengan target produksi tandan buah segar (TBS) tertentu per hektarnya. Apalagi produktivitas TBS di Indonesia secara umum juga lebih rendah dari Malaysia, yakni hanya sekitar setengahnya. Menjaga kesuburan tanah adalah faktor penting untuk menjaga kelangsungan dan target produksi TBS kelapa sawit tersebut. Upaya menjaga kesuburan tanah yang murah, mudah, efektif dan berkelanjutan adalah hal yang dicari oleh semua petani atau pengusaha kelapa sawit tersebut. Penggembalaan domba di area perkebunan sawit adalah solusi efektif tersebut.
Grafik diambil dari sini
Mengapa penggembalaan domba bisa menjadi solusi efektif tersebut? Domba-domba yang digembalakan di perkebunan sawit tersebut, akan menyebarkan kotoran yang menjadi pupuk bagi perkebunan sawit. Selain memupuk pohon-pohon sawit, penggembalaan domba di perkebunan sawit tersebut juga berarti produksi daging secara masif dan paling ekonomis. Ditinjau dari sisi pangan, minyak sawit yang digunakan sebagai minyak yang di konsumsi manusia atau minyak pangan (edible oil) menyediakan unsur lemak, sedangkan daging domba menyediakan unsur protein, dua hal unsur pangan esential bagi manusia. Perkebunan sawit perlu terus dijaga kesuburan tanahnya, konsumsi daging penduduk Indonesia yang masih rendah hanya 1/4 rata-rata dunia perlu ditingkatkan, domba juga komoditas export, yang Arab Saudi saja membutuhkan minimal 8 juta ekor/tahun, dan aktivitas ekonomi di luar Jawa perlu terus ditingkatkan sehingga lapangan pekerjaan bisa terus dibuka, pemerataan penduduk Indonesia yang saat ini 60% terkonsentrasi di pulau Jawa, adalah sejumlah daya dorong penggembalaan domba di perkebunan sawit. Domba akan menjadi harta terbaik muslim dan memiliki banyak keunggulan dibanding binatang ternak lain, untuk lebih rinci bisa dibaca di sini, sini dan sini.

Allan Savory, seorang biologist dari Zimbabwe telah membuktikan dengan program penggembalaan yang terencana, atau dengan konsep Holistic Planned Grazing, bahkan telah menyelamatkan bumi dengan kembali menghijaukannya dengan luasan yang tidak main-main yakni 16 juta hektar atau hampir 2,5 kali luas kebun sawit Indonesia. Allan Savory menggunakan sapi sebagai binatang gembalaan tersebut. Domba jelas lebih unggul dalam sejumlah aspeknya, seperti penjelasan dalam link-link di atas. Allan Savory saja yang hanya manusia biasa dengan konsepnya bisa membuktikan menyelamatkan bumi dengan luasan jutaan hektar, nah bagaimana jika sunnah para Nabi diterapkan yakni penggembalaan domba diterapkan? Tentu hasilnya akan jauh mengungguli konsep Allan Savory dalam semua aspeknya, apalagi mengatasi sejumlah  masalah di perkebunan sawit dan pangan kita khususnya daging. Selain itu jelas ayat Al Qur'an di atas juga memberi petunjuk dimana sesungguhnya lokasi penggembalaan yang paling cocok bagi hewan ternak. Apakah para petani dan pengusaha sawit muslim di Indonesia khususnya tidak tertarik menerapkan penggembalaan domba di perkebunan sawitnya sebagai solusi efektif usahanya, mengikuti sunnah dan petunjuk ayat Al Qur'an di atas?

Porsi Sumber Protein Hewani Menurut Al Qur'an
Transmigrasi yang dulu pernah digalakkan pada era orde baru, semestinya bisa dilakukan kembali. Ketika transmigrasi saat itu untuk bertani dengan mengolah tanah dan bercocok tanam, bahkan hingga pembukaan sawah sejuta hektar yang saat ini kondisinya mengenaskan, maka transmigrasi saat ini adalah untuk penggembalaan domba di area perkebunan sawit. Hal tersebut akan lebih mudah, karena perkebunan sawitnya juga sudah ada dan sangat luas. Apabila hal tersebut diterapkan maka akan ada ratusan juta ekor domba digembalakkan di perkebunan sawit dan sangat banyak lapangan pekerjaan tersedia. Al Qur'an juga mengindikasikan sumber protein dari ternak besar menempati porsi terbesar dibanding unggas dan ikan. Sumber protein hewani yakni dari ternak besar terungkap dalam setidaknya 7 ayat atau 64%, dari ikan terungkap dalam 3 ayat atau 27% dan dari unggas terungkap dalam 1 ayat atau 9%. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan protein prioritasnya adalah dari ternak besar, khususnya yang digembalakan, karena selain menghasilkan protein yang murah, juga menyuburkan lahan-lahan untuk berbagai kebutuhan manusia. 
Ditinjau dari sisi energi, pohon sawit juga sebagai sumber energi terbarukan. Minyaknya selain untuk pangan juga untuk untuk energi yakni biodiesel, sabut dan cangkang juga sebagai bahan bakar. Cangkang sawit bahkan telah menjadi komoditas export yang sangat dicari oleh berbagai negara di dunia. Bahkan ketika cangkang sawit ini habis akibat tingginya permintaan baik untuk pasar export maupun penggunaan dalam negeri, maka tandan kosong sawit (EFB) juga akan bisa digunakan untuk bahan bakar seperti dibuat EFB pellet. Ketika tandan kosong sawit biasa dibuat kompos, dan selanjutnya dibuat pellet, maka kesuburan tanah kembali menjadi masalah maka penggembalaan domba sebagai solusinya, untuk lebih detail bisa dibaca disini. Penggunaan pohon sawit sebagai sumber pangan dan energi sejalan dengan era bioeconomy yang akan segera kita masuki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...