Jumat, 08 Desember 2017

Kebun Energi Yang Multipurpose

Pengalaman adalah guru terbaik, begitu pepatah mengatakan. Begitu juga dalam masalah energi terbarukan khususnya yang berbasis biomasa, yakni program produksi biodiesel dari jarak pagar yang kandas karena mengalami kegagalan, serta bioetanol dari singkong (ubi kayu) dan tebu yang juga tragis karena juga mengalami kegagalan. Perlu kita kaji dan analisa penyebab kegagalan tersebut supaya kegagalan tersebut tidak terulang lagi. Pada kebun energi jarak pagar untuk bahan baku biodiesel ternyata produktivitas biji jarak pagar kecil dan tidak bisa bersaing dengan minyak diesel (solar) di pasaran. Selain itu daun jarak pagar juga tidak bisa digunakan untuk pakan ternak, sedangkan apabila diambil kayunya untuk sumber energi selain jumlahnya tidak banyak juga jelas akan mengganggu produktivitas biji jaraknya, sebagai produk utamanya. 
Jarak Pagar 
Singkong
Sedangkan pada produksi bioetanol dari ubi kayu dan tebu ternyata ada konflik kepentingan antara sektor pangan dan energi. Kembali petunjuk Al Qur'an harus dijadikan rujukan dan pegangan untuk masalah tersebut, yang bisa dibaca disini. Import gula Indonesia saat ini masih 1,3 juta ton sedangkan untuk tapioka masih import dengan kisaran 1 juta ton. Artinya untuk memenuhi sektor pangan saja yang prioritasnya lebih penting masih kekurangan apalagi untuk sektor energi. Tetapi masih mendingan bahwa konflik kepentingan antara pangan dan energi tersebut tidak sampai menimbulkan huru-hara seperti yang terjadi di Mexico beberapa waktu yang terkenal dengan huru-hara Tortila. Belajar dari kasus kegagalan tersebut, seharusnya bukan membuat kita mundur ke belakang apalagi era bioeconomy akan semakin besar porsi energi dari tumbuh-tumbuhan baik pepohonan maupun tanaman semusim. 
Lantas bagaimana solusinya untuk bisa bangkit dari kegagalan masa lalu dan punya peran signifikan dalam era bioeconomy ini? Kembali Al Qur'an memberi petunjuk bahwa energi itu berasal dari pepohonan dan buah-buahan. Lebih jelas mengenai hal tersebut bisa dibaca disini dan disini. Contoh praktisnya kebun energi multipurpose yang berasal dari pepohonan adalah solusi tersebut. Pepohonan tersebut termasuk kelompok leguminoceae yang mampu berproduksi dalam waktu singkat dengan produktivitas kayu yang tinggi yakni 1 tahun saja, dan tidak perlu replanting atau penanaman ulang hingga 20 tahun. Selain pepohonan tersebut juga menghasilkan daun yang kaya protein sehingga sangat bagus untuk pakan ternak juga akarnya mampu mengikat nitrogen sehingga menyuburkan tanah. Tahapan produksi wood pellet dari kebun energi bisa dibaca disini


Wood pellet yang dihasilkan bisa juga multipurpose, yakni selain digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik dan boiler, juga bisa sebagai bahan bakar rumah tangga untuk memasak. Selain masalah lingkungan berupa perubahan iklim karena konsentrasi CO2 di atmosfer yang telah melampaui ambang batas, ternyata masalah kelangkaan bahan bakar khususnya LPG (Propane) banyak terjadi di sejumlah daerah. Masalah kelangkaan LPG tersebut memicu masalah sosial karena masyarakat yang sudah tergantung dengan bahan bakar tersebut, menjadi tidak siap dengan bahan bakar selain itu. Tungku-tungku kayu sudah ditinggalkan, kalau pun masih ada ketersediaan kayu bakar juga terbatas, apalagi untuk musim penghujan. Wood pellet bisa menjadi solusi masalah tersebut, apalagi telah banyak kompor-kompor wood pellet yang efisien dengan hampir tidak ada polusi asap. 

Apabila dihitung dengan harga LPG maka harga wood pellet juga lebih murah, yakni dengan nilai kalori yang sama dua setengah kg wood pellet (nilai kalor 4.400 kkal/kg) dengan harga Rp 3750,- sementara satu kilo LPG (nilai kalor 11.000 kkal/kg) Rp 6000,- Penghematan yang bisa dilakukan Rp 2250/kg atau 37,5% yang berarti lebih dari sepertiganya. Selain itu penggunaan wood pellet juga lebih aman, tidak akan meledak seperti halnya LPG. Selang yang rusak lalu terjadi kebocoran gas banyak menyebabkan terjadinya ledakan. Penyimpanan wood pellet juga mudah seperti menyimpan beras. Dengan kemasan-kemasan kecil misalnya 5 kg atau 10 kg, maka penggunaan wood pellet semakin praktis dan mudah didistribusikan. Kesimpulannya : kebun energi yang multipurpose dengan pohon-pohon leguminoceae akan memberikan banyak manfaat, utamanya energi, lalu peternakan domba hingga kesuburan tanah. Bahkan lebih jauh lagi Al Qur'an dalam Surat  Yaasiin ayat 33 menyebut pohon-pohon leguminoceae tersebut merupakan tanaman perintis yang bisa menghidupkan tanah-tanah yang mati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...