Sabtu, 21 April 2018

Mencari Harta Terbaik Dari Implementasi Kebun Energi Bagian 8

“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10)

“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54)

"Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)". (HR. Sunan Abu Daud).
Setelah kebun energi dibuat untuk produksi wood pellet selanjutnya membuat peternakan domba (atau domba dengan sapi) untuk pemanfaatan daun-daun dari pohon kebun energi tersebut atau keduanya juga bisa dibuat secara parallel. Pembuatan peternakan domba (atau domba dengan sapi) saja juga bisa sebagai entry point sebelum integrasi dengan kebun energi pada saatnya nanti atau bahkan model bioeconomy yang lebih luas. Peternakan domba (atau domba dengan sapi) dengan cara penggembalaan rotasi adalah cara terbaik, karena memaksimalkan pemanfaatan lahan, pengelolaan padang gembalaan lebih mudah dan terencana, serta produktivitas dan kualitas daging dari hewan ternak juga lebih tinggi. Dalam penggembalaan rotasi, hewan ternak tersebut diputar pada area padang gembalaan yang telah disekat-sekat. Area padang gembalaan yang digunakan sebaiknya memiliki ketinggian rumput sekitar 25-30 cm dan ditinggalkan ketika rumput memiliki ketinggian sekitar 8-10 cm. Apabila rumput dihabiskan (overgrazed) maka pertumbuhan selanjutnya menjadi kurang optimal bahkan bisa mati, karena tidak mampu tumbuh lagi. 
Setidaknya ada 4 hal fisik yang perlu diperhatikan untuk pembuatan penggembalaan rotasi berjalan baik, yakni : supplai pakan, sistem pagar atau sekat-sekat, supplai air dan tempat teduhan. Supplai pakan atau ketersediaan rumput adalah faktor penting keberlangsungan penggembalaan tersebut. Pada musim penghujan rumput atau bulan-bulan tertentu akan berlimpah sedangkan pada musim kemarau berkurang. Untuk menyesuaikan dengan jumlah pakan tersebut, populasi hewan ternak juga bisa disesuaikan. Ketika pakan berlimpah populasi ternak lebih banyak daripada ketika pakan berkurang. Untuk menjaga pakan lebih tersedia, padang gembalaan bisa dilengkapi dengan sistem irigasi yang baik sehingga rumput bisa terus tumbuh pada musim kemarau sekalipun.

Sistem pagar atau sekat-sekat juga merupakan faktor suksesnya penggembalaan rotasi. Sistem pagar tersebut memungkinkan pengelolaan padang gembalaan secara terencana. Pengaturan penggunaan area untuk penggembalaan maupun area yang harus diistirahatkan sehingga rumput tumbuh kembali merupakan fungsinya sistem pagar tersebut. Selanjutnya supplai air, jelas ini merupakan faktor penting karena Allah SWT menciptakan sesuatu yang hidup dari air (QS 21:30) dan setiap yang hidup pasti membutuhkan air khususnya hewan-hewan ternak tersebut. Setiap sekat atau kamar area penggembalaan harus dilengkapi supplai air tersebut. Semakin banyak pakan atau rumput yang dikonsumsi semakin banyak air yang dibutuhkan. Kekurangan supplai air juga akan menurunkan konsumsi pakan. Air sejuk dan tidak panas lebih disukai hewan ternak dibandingkan dengan air yang panas. Ketika siang hari yang panas, tempat air dalam kolam atau wadah tertentu akan menjadi panas, mengakibatkan konsumsi air berkurang dan juga konsumsi pakan menjadi berkurang yang akhirnya pertumbuhan berat badan menurun. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa jarak maksimal hewan ternak gembalaan tersebut ke sumber air maksimal sekitar 250 meter untuk hasil optimal. 
Tempat teduhan juga merupakan hal penting bagi penggembalaan. Hewan-hewan ternak cenderung mencari tempat teduh supaya bisa merumput lebih lama. Ketika cuaca panas, maka hewan ternak tidak bertahan lama merumput. Tempat teduhan terbaik adalah pepohonan sehingga pohon-pohon perlu ditanam di area padang gembalaan tersebut. Pohon buah-buahan adalah salah satu pilihan menarik untuk itu. Setiap area yang disekat-sekat (paddock) tersebut dapat ditanami satu jenis pohon buah, misalnya satu paddock untuk pohon durian, paddock lainnya untuk klengkeng, lainnya lagi untuk pohon kurma, tin, jambu dan sebagainya. Suhu di Indonesia yang beriklim tropis juga lebih tinggi dibandingkan daerah subtropis, yakni siang hari rata-rata mencapai 25 C sedangkan di daerah subtropis hanya 10 C. Hal ini semakin menunjukkan bahwa lokasi terbaik adalah penggembalaan adalah padang rumput dengan pepohonan yang rindang diantaranya. Banyaknya curah hujan seperti di Indonesia membuat pepohonan cepat besar dan berbuah sehingga bisa cepat digunakan untuk tempat teduhan. 

Salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan bagi peternak yang hendak memulai penggembalaan rotasi (rotation grazing) adalah berapa banyak paddock yang harus dibuat ? Pada dasarnya semakin banyak paddock akan semakin baik karena Padang gembalaan bisa termanfaatkan untuk sumber pakan hewan ternak secara maksimal. Pada umumnya untuk memulainya bisa dengan 5 hingga 10 paddock dengan setiap paddock untuk penggembalaan 3 hingga 7 hari selanjutnya diistirahatkan 25-30 hari. Dari hampir semua praktek penggembalaan rotasi, jumlah 4 paddock adalah jumlah paling minimum apabila hendak memulainya. Bentuk bujur sangkar adalah bentuk terbaik untuk paddock tersebut, sehingga semaksimal mungkin diusahakan mendekati bentuk tersebut. Bentuk paddock kecil memanjang maupun lingkaran kurang baik karena lebih sulit untuk mencapai hasil pemanfaatan rumput yang merata oleh hewan ternak. Untuk penentuan area padang gembalaan sekaligus pembagiannya akan lebih baik pada tahap awalnya untuk melakukannya dengan photo udara.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...