Photo dari sini |
Kendaraan listrik seharusnya menggunakan sumber listrik dari energi terbarukan sehingga tidak menambah konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, salah satunya bisa dibaca disini. Produksi listrik dari energi terbarukan tersebut seharusnya didorong dan didukung terlebih dahulu sehingga jumlahnya cukup dan setelah itu baru dilanjutkan dengan kendaraan listrik tersebut. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka berapapun banyaknya kendaraan listrik (bus, mobil, dan sepeda motor listrik) tetap saja tidak memberi pengaruh positif bagi iklim. Pemahaman yang komprehensif tentang masalah iklim termasuk solusinya dan khususnya dibidang transportasi dengan kendaraan listrik adalah sesuatu hal penting, sebelum beranjak pada tahap implementasinya.
Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage / CCS) memang sudah mulai diperkenalkan, tetapi implementasinya masih sangat minim dan berbiaya mahal sehingga teknologi ini belum diaplikasikan di Indonesia khususnya pada pembangkit listrik berbahan bakar fossil yang mayoritasnya dengan batubara. Sejumlah teknologi CCS yang mulai diujicoba penyerapan berbasis amina (senyawa organik dan gugus fungsional yang isinya terdiri dari senyawa nitrogen atom dengan pasangan sendiri) adalah teknologi penangkapan karbon paling canggih. Tetapi selain faktor teknis, faktor ekonomi masih menjadi kendala utama.
Jadi pilihan terbaiknya adalah mendorong dan mendukung semaksimal mungkin penggunaan sumber energi terbarukan sebagai sumber energi kendaraan listrik tersebut. Jika kendaraan listrik tersebut beroperasi dengan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan karena tidak menambah konsentrasi CO2 di atmosfer atau merupakan suatu upaya dekarbonisasi di sektor transportasi, maka itulah pada hakekatnya suatu program yang berhasil sempurna sesuai maksud dan tujuan dikembangkannya kendaraan listrik tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar