Tampilkan postingan dengan label wood pellet standar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wood pellet standar. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Februari 2013

Konsep Kebun Energi Untuk Pengembangan Industri Wood Pellet


Ketersediaan bahan baku kayu energi yang berkualitas dan berkesinambungan adalah kunci sukses untuk industri  wood pellet yang berkesinambungan. Upaya penyediaan bahan baku tersebut dilakukan dengan pembuatan kebun energi dengan melibatkan masyarakat. Aspek peningkatan sosial ekonomi  akan simultan dengan upaya mitigasi bencana akibat perubahan iklim. 

Kaliandra adalah tanaman kayu energi yang dipilih sebagai bahan baku wood pellet karena memiliki nilai kalor yang tinggi. Pertimbangan lainnya adalah tanaman ini termasuk kategori tanaman perintis / pioneer sehingga bisa menghijaukan lahan marjinal atau lahan kritis sebelum bisa ditanami tanaman jenis lain.  Jutaan hektar lahan marjinal dan kritis di Indonesia bisa dihijaukan dengan tanaman kaliandra tersebut, sehingga pengembangan industri wood pellet sangat terbuka lebar. Model tanaman trubusan seperti kaliandra adalah pilihan bijak untuk tanaman kebun energi.  Kajian silvikultur hutan kayu energi (kalori tinggi, cepat tumbuh dan trubusan) penting untuk menentukan jenis tanaman terbaik sebagai penghasil energi. Model SRC atau Short Rotation Coppices dengan rotasi berkisar 1-2 tahun selama 20-25 tahun menjadi pilihan terbaik untuk tanaman kebun energi.  Beberapa jenis tanaman trubusan lain yang bisa dikembangkan seperti pada table dibawah ini :


Puluhan bahkan ratusan “green powerplant” dibangun saat ini dengan mengganti bahan bakarnya dengan biomasa, sebagai contoh Amerika Serikat telah menutup lebih dari 9.000 MW PLTU batubara pada tahun 2012. Biomasa atau kayu hanya bisa dikatakan sebagai bahan bakar terbarukan apabila diproduksi secara berkesinambungan (sustainable), salah satunya dengan konsep kebun energi tersebut. Standar kualitas wood pellet seperti nilai kalor, kadar air, kadar abu, kimia abu dan ukuran wood pellet itu sendiri adalah parameternya dengan mengacu pada sejumlah standar internasional seperti CEN (Eropa), DIN (Jerman), PFI (Pellet Fuel Institute) dan sebagainya.



Saat ini adalah era-nya bertanam dan memanen kebun energi. Mari kita buat sebanyak-banyaknya kebun energi untuk mendukung kedaulatan energi.

Rabu, 10 Oktober 2012

Fokus Pada Industry Wood Pellet

Photo diambil dari sini

Hampir semua industry wood pellet memfokuskan pada konstruksi mesin yang kokoh dan proses produksi yang efisien sehingga membuat kinerjanya bagus. Proses produksi yang baik akan menutup kekurangan-kekurangan  pada bahan baku seperti kemampuan perekatan, kandungan air, friksi dan kebutuhan ruangan. Kualitas produk wood pellet yang standard dan stabil menjadi fokus dalam aktivitas produksinya.
Pan grinder roller dan die adalah komponen paling penting dalam proses produksi wood pellet. Bahan baku diumpankan ke dalam alat press secara vertikal dari atas dan turun secara gravitasi dan didistribusikan secara seragam dalam ruang peletisasi.

Pan grinder head berputar dengan kecepatan sekitar 60 rpm. Berdasarkan alas an kecepatan putaran tersebut dan tingkat kebisingan dari flat die press sangat kecil. Namun demikian jumlah roller tertentu digunakan untuk memastikan kuantitas produk yang tinggi. Rasio antara diameter lubang dan panjang efektif dari lubang disebut rasio peletisasi.

Pellet Fuel Institute (PFI) standard specification for residential/commercial densified fuel


Rasio peletisasi harus secara eksak disesuaikan dengan produk yang diinginkan, untuk mencapai hasil yang optimum terkait kualitas wood pellet dan kuantitasnya. Perlu juga diperhatikan bahwa rasio dari permukaan pellet terhadap volume berubah dengan mengecilnya diameter pellet. Parameter penting lainnya adalah jumlah lubangnya, yang akan member efek langsung terhadap kuantitas produuk dan kebutuhan tenaga penggeraknya. Menjaga kualitas produk stabil diantaranya dengan mengumpankan bahan baku secara kontinyu dan ukuran partikel yang relative homogen. Kadar air juga harus dijaga pada kisaran 12-15 persen.
photo diambil dari sini

Konsumsi energi berbagai bahan baku juga bervariasi. Kayu-kayu keras membutuhkan tekanan yang lebih besar daripada kayu-kayu lunak. Dengan bahan baku kayu kebutuhan energinya berkisar 40-60 kWh/ton produk.  Karena tingginya ketahanan friksi dan rendahnya kemampuan perekatannya pada beberapa jenis kayu, prekondisi dan pretreatment bahan baku sebelum peletisasi menjadi sangat penting.

AI untuk Pabrik Sawit atau Pengembangan Produk Baru dengan Desain Proses Baru ?

Aplikasi AI telah merambah ke berbagai sektor termasuk juga pada pabrik kelapa sawit atau pabrik CPO. Aplikasi AI untuk pabrik kelapa sawit ...