Tampilkan postingan dengan label green powerplant. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label green powerplant. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Agustus 2015

Masuk ke Pasar Global Wood Pellet




Pada kenyataannya pertumbuhan bisnis yang massif dari wood pellet  saat ini berasal dari dorongan sejumlah kebijakan di Eropa, lebih khusus lagi terutama bisnis listrik di Inggris. Pada tahun 2020 konsumsi wood pellet diperkirakan sebesar 22 juta ton.  Dua pembangkit listrik di Inggris saja yang 100% menggunakan wood pellet yakni Drax dan Eggborough, membutuhkan 10 juta ton setiap tahunnya. Kebutuhan besar wood pellet besar lainnya adalah dari negara-negara Eropa Barat terutama Italia. Sedangkan di Asia, Jepang dan Korea adalah dua negara yang paling banyak mengkonsumsi wood pellet. Sedangkan pada tahun 2024 diprediksi produksi wood pellet akan mencapai 50 juta ton secara global.




Kanada adalah salah satu produsen utama wood pellet yang menyuplai kebutuhan sejumlah negara diatas. Luasnya hutan sehingga melimpahnya sumber bahan baku yang menjadikan Kanada sebagai salah satu produsen wood pellet. Rusia adalah negara besar lainnya yang mulai memproduksi wood pellet. Luasnya hutan dan melimpahnya sumber bahan baku menjadikan Rusia sebanding dengan Kanada dalam produksi wood pellet tetapi masalah infrastruktur terutama yang masih menjadi penghalang  utama perkembangan industri wood pellet di Rusia. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia juga mempunyai peluang besar untuk ikut berkecimpung pada bisnis wood pellet tersebut. Walaupun luas hutan yang bisa dijadikan sebagai sumber bahan baku tidak seluas Kanada maupun Rusia, tetapi iklim di Indonesia di daerah tropis yang membuat matahari bersinar sepanjang tahun adalah berkah tersendiri. Alhamdulillah, inilah salah satu kenikmatan dari Allah SWT yang harus kita syukuri.  Hutan-hutan atau kebun energi dengan tanaman rotasi cepat (SRC) seperti Kaliandra bisa dibudidayakan dengan produktivitasnya 4 kali lipat dibandingkan daerah subtropis seperti Kanada atau Rusia untuk tanaman sejenis seperti Willow atau Poplar.  Selain itu pengguna wood pellet di Asia seperti Korea dan Jepang juga akan mencari wood pellet dari kawasan Asia sebelum ke Kanada atau Rusia.



Masalah kelestarian alam atau lingkungan adalah hal penting yang harus diperhatikan, sehingga keberlangsungan usaha dan kelestarian lingkungan adalah dua hal yang secara simultan terus dijaga. Pembangkit listrik adalah pasar utama wood pellet dengan kebutuhan besar dan jangka panjang untuk itulah kerberlangsungan lingkungan tersebut perlu menjadi perhatian serius. Hampir semua pembeli wood pellet untuk pembangkit listrik juga akan mensyaratkan adanya sustainable forest management practice dan sertifikasi (semacam FSC atau SVLK)  tentang asal bahan baku yang bisa dipertanggungjawabkan artinya tidak merusak hutan. Secara khusus untuk kondisi Indonesia, dengan kebun atau hutan energi tanaman Kaliandra dengan diintegrasikan dengan kegiatan peternakan kambing atau sapi nantinya siklus kerberlangsungan dan kelestarian alam akan terjaga.

Pembangkit listrik tenaga uap dengan bahan bakar batubara adalah salah satu penyumbang CO2 terbesar di atmosfer, sehingga apabila bisa digantikan sampai 100% atau full dengan wood pellet sebagai bahan bakar karbon netral akan mengurangi emisi CO2 secara signifikan. Pembangkit listrik Rodenhuize 180 MW di Ghent, Belgia adalah salah satu contohnya. Pada awalnya Rodenhuize adalah PLTU batubara selanjutnya pada tahun 2011 menggunakan 100% wood pellet. Sebelumnya pada tahun 2005 pembangkit tersebut dimodifikasi sehingga bisa bekerja dengan co-firing coal dan wood pellet dan pada tahun 2011 pembangkit tersebut beralih 100% dari batubara (coal) dengan wood pellet. Beralihnya ke wood pellet dari batubara (coal) telah membuat pembangkit listrik Rodenhuize mengurangi 1,6 juta ton emisi CO2. Pola seperti Rodenhuize sepertinya bisa menjadi referensi dan akan diikuti oleh pembangkit-pembangkit listrik batubara lainnya terutama pada negara-negara yang telah menerapkan kebijakan lingkungan pada sektor energinya untuk berlomba-lomba menurunkan suhu bumi.

Rabu, 11 Februari 2015

Memilih Pembangkit Listrik Energi Biomasa



Sejumlah daerah di Indonesia masih banyak yang belum teraliri listrik terutama daerah terpencil atau pelosok, padahal listrik adalah bentuk energi yang sangat banyak pemanfaatannya sehingga memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan di sisi lain dengan luasnya daerah dan iklim tropis, Indonesia adalah sumber biomasa melimpah baik berupa limbah-limbah agroindustri/pertanian ataupun yang diusahakan dengan cara ditanam. Biomasa ini bisa digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik.


Ada sejumlah teknologi melalui proses thermal untuk menghasilkan listrik tersebut. Teknologi gasifikasi paling populer untuk tujuan tersebut dibandingkan dengan pembakaran (combustion) dan pirolisis. Hal ini karena teknologi gasifikasi bisa dirancang untuk kapasitas relatif kecil dan masih ekonomis, sedangkan pembakaran (combustion) khususnya pada jenis steam powerplant  hanya ekonomis dan efisien pada kapasitas pembangkit listrik cukup besar yakni lebih dari  1 MW, sedangkan pembakaran (combustion) pada sistem Organic Rankine Cycle (ORC) mampu untuk produksi listrik skala lebih kecil. Perbedaan steam powerplant  yakni menggunakan fluida berupa kukus atau steam sedangkan pada ORC memanfaatkan fluida organik yang mampu menguap pada temperatur rendah. Jenis fluida organik tersebut saat ini masih mahal dan teknologi ini  tergolong masih baru sehingga belum banyak dikenal sehingga belum tentu cocok untuk digunakan di daerah terpencil atau pelosok Indonesia. Sedangkan pirolisis lebih cocok untuk produksi material seperti arang, torrefied biomass atau biooil, yang dipakai sebagai bahan bakar atau bahan kimia, atau arang bisa diolah lanjut sebagai arang aktif

Teknologi gasifikasi inilah yang saat ini paling populer dan banyak digunakan untuk membangkitkan listrik dari biomasa. Dan apabila ditinjau lebih spesifik maka gasifikasi tumpukan tetap (fixed bed) dengan aliran udara downdraft –lah yang paling banyak digunakan karena terutama operasional lebih mudah dan syngas yang dihasilkan lebih bersih sehingga mudah dikondisikan sebagai bahan bakar generator untuk menghasilkan listrik.  Sedangkan gasifikasi fluidized bed banyak digunakan pada kapasitas pembangkit lebih besar dan bahan bakar limbah agroindustri/pertanian, karena alasan salah satunya kandungan klorin yang tinggi limbah agroindustri/pertanian yang korosif terhadap logam. 

Selasa, 19 Februari 2013

Konsep Kebun Energi Untuk Pengembangan Industri Wood Pellet


Ketersediaan bahan baku kayu energi yang berkualitas dan berkesinambungan adalah kunci sukses untuk industri  wood pellet yang berkesinambungan. Upaya penyediaan bahan baku tersebut dilakukan dengan pembuatan kebun energi dengan melibatkan masyarakat. Aspek peningkatan sosial ekonomi  akan simultan dengan upaya mitigasi bencana akibat perubahan iklim. 

Kaliandra adalah tanaman kayu energi yang dipilih sebagai bahan baku wood pellet karena memiliki nilai kalor yang tinggi. Pertimbangan lainnya adalah tanaman ini termasuk kategori tanaman perintis / pioneer sehingga bisa menghijaukan lahan marjinal atau lahan kritis sebelum bisa ditanami tanaman jenis lain.  Jutaan hektar lahan marjinal dan kritis di Indonesia bisa dihijaukan dengan tanaman kaliandra tersebut, sehingga pengembangan industri wood pellet sangat terbuka lebar. Model tanaman trubusan seperti kaliandra adalah pilihan bijak untuk tanaman kebun energi.  Kajian silvikultur hutan kayu energi (kalori tinggi, cepat tumbuh dan trubusan) penting untuk menentukan jenis tanaman terbaik sebagai penghasil energi. Model SRC atau Short Rotation Coppices dengan rotasi berkisar 1-2 tahun selama 20-25 tahun menjadi pilihan terbaik untuk tanaman kebun energi.  Beberapa jenis tanaman trubusan lain yang bisa dikembangkan seperti pada table dibawah ini :


Puluhan bahkan ratusan “green powerplant” dibangun saat ini dengan mengganti bahan bakarnya dengan biomasa, sebagai contoh Amerika Serikat telah menutup lebih dari 9.000 MW PLTU batubara pada tahun 2012. Biomasa atau kayu hanya bisa dikatakan sebagai bahan bakar terbarukan apabila diproduksi secara berkesinambungan (sustainable), salah satunya dengan konsep kebun energi tersebut. Standar kualitas wood pellet seperti nilai kalor, kadar air, kadar abu, kimia abu dan ukuran wood pellet itu sendiri adalah parameternya dengan mengacu pada sejumlah standar internasional seperti CEN (Eropa), DIN (Jerman), PFI (Pellet Fuel Institute) dan sebagainya.



Saat ini adalah era-nya bertanam dan memanen kebun energi. Mari kita buat sebanyak-banyaknya kebun energi untuk mendukung kedaulatan energi.

AI untuk Pabrik Sawit atau Pengembangan Produk Baru dengan Desain Proses Baru ?

Aplikasi AI telah merambah ke berbagai sektor termasuk juga pada pabrik kelapa sawit atau pabrik CPO. Aplikasi AI untuk pabrik kelapa sawit ...