Selasa, 29 Oktober 2019

Urgensi Unit Biogas Pada Pabrik Sawit

Pada pabrik-pabrik sawit yang memiliki visi besar maka pengembangan bisnis merupakan hal penting dan selalu mendapat perhatian khusus. Pabrik-pabrik sawit yang pada umumnya hanya memproduksi CPO saja dan hanya sedikit yang memproduksi PKO. Limbah-limbah biomasa dihasilkan seperti tandan kosong, fiber dan cangkang sawit memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi bisnis. Selain itu kernel (inti sawit) yang selama ini hanya dijual ke pihak lain sebenarnya juga bisa diolah sendiri menjadi PKO. Bahkan CPO sendiri juga bisa dikembangkan menjadi berbagai produk turunan seperti minyak goreng, stearin, olein dan berbagai produk oleokimia lainnya. Untuk mengolah material di atas, dibutuhkan energi dan ketersediaan energi inilah terutama yang menjadi penghalang berbagai pengembangan usaha di pabrik sawit tersebut.

Biogas dari POME atau limbah cair pabrik sawit adalah sumber energi potensial yang bisa dibuat untuk mendukung sejumlah pengembangan bisnis berbasis pabrik sawit tersebut. Limbah cair berupa POME umumnya belum dimanfaatkan dan masih menjadi persoalan bagi pabrik sawit. Dengan mengolahnya menjadi biogas selanjutnya bisa dikonversi ke bentuk energi panas dan listrik sehingga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis tersebut. Dalam kondisi tertentu biogas yang dihasilkan bahkan juga bisa diupgrade menjadi CBG (Compressed Biomethane Gas) dengan penggunaan sebagai subtitusi BBM pada truk-truk yang digunakan di industri kelapa sawit.

Ada dua jenis reaktor biogas yang dikembangkan saat ini yakni dengan menutup kolam dengan bahan karet khusus (covered lagoon) dan reaktor alir tangki berpengaduk (RATB). Walaupun membutuhkan lahan lebih luas, tipe covered lagoon lebih banyak digunakan karena selain lebih sederhana juga bisa menampung volume biogas lebih banyak. Pabrik sawit yang menggunakan centrifugal oil separator akan menghasilkan banyak sludge yang meningkatkan COD (Chemical Oxygen Demand) sehingga meningkatkan jumlah biogas yang dihasilkan. Sedangkan pabrik sawit yang menggunakan decanter maka sludge akan terpisah sehingga COD rendah dan demikian juga produk biogas yang dihasilkan. 
Biogas Water Absorber
Pemanfaatan biogas untuk dikonversi ke energi panas (dalam external combustion engine seperti furnace dan boiler) lebih sederhana dibandingkan dengan konversi ke energi listrik dengan gas engine. Ketika biogas dikonversi menjadi panas, proses pemurnian gas bahkan tidak dilakukan dan langsung dibakar pada gas burner. Tetapi ketika menjadi listrik dengan gas engine (internal combustion engine) maka proses pemurnian biogas menjadi penting, karena kualitas gas sangat berpengaruh pada performa dan durability gas engine serta otomatis produk listrik yang dihasilkan.  Biogas dengan banyak kandungan H2S akan korosif sehingga merusak unit gas engine dan biogas dengan kandungan CO2 tinggi akan menurunkan nilai kalor sehingga performa gas engine akan menurun. Salah satu cara memurnikan biogas yang dihasilkan adalah dengan absorber, untuk lebih detail bisa dibaca disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...