Rabu, 16 Oktober 2019

Food Energy Water Untuk Masyarakat Dunia

"Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah  ruah,  hingga  seorang  laki-laki  pergi  ke  mana-mana  sambil membawa  harta  zakatnya  tetapi  dia  tidak  mendapatkan  seorangpun  yang bersedia  menerima  zakatnya  itu.  Dan  sehingga  tanah Arab  menjadi  subur makmur  kembali  dengan  padang-padang  rumput  dan  sungai-sungai "  (HR.Muslim).

Bumi sekali lagi akan menjadi makmur sebelum kiamat. Secara umum kebun-kebun dan hutan-hutan seperti itu juga menjadi penyebab munculnya mata-mata air (QS 36 : 34) yang pada waktunya akan mengalir ke sungai-sungai  (QS 19 : 24-25) dan juga menjadi kesenanganmu dan binatang ternakmu (QS 79 : 31). Pada dasarnya bumi ini sangat cukup untuk mencukupi kebutuhan manusia, terutama pada 3 hal pokok yakni pangan (food), energi (energy) dan air (water). Di era bioeconomy yang diyakini sudah didepan mata dan tidak lama lagi kita alami, maka sejumlah teknologi dikembangkan untuk mendukung ketiga sektor pokok tersebut secara berkelanjutan (sustainable). Penekanan pada sesuatu yang berkelanjutan (sustainable) semakin menegaskan untuk semakin meninggalkan atau tidak sama sekali menggunakan sumber fossil (fossil free) khususnya di sektor energi. Aspek keberlanjutan (sustainibility) inilah yang membedakan era fossil economy dengan bioeconomy secara jelas.
Konsep Kebun Energi dan Vertikultur
Kawasan tropis akan menjadi primadona pengembangan bioeconomy karena ketersediaan pancaran sinar matahari sepanjang tahun. Kawasan tropis inilah yang akan rebutan para pengusaha yang bergerak di sektor ini, seperti benua Afrika dan Indonesia. Ketersediaan tanah yang luas di kawasan tersebut menjadi faktor kunci pengembangan kebun energi. Energi adalah kebutuhan vital umat manusia saat ini terutama untuk menggerakan sektor-sektor ekonomi. Dengan kebun energi maka kebutuhan energi yang masif bisa dipenuhi. Tanaman rotasi cepat dan trubusan (coppice) seperti kaliandra dan gliricidae menjadi andalan kebun energi. Selain kebun energi akan mampu mengkonservasi air, usaha peternakan juga bisa dikembangkan dengan memanfaatkan limbah daun dari kebun energi tersebut. Peternakan domba, kambing atau sapi ideal untuk pemanfaatan limbah daun dari kebun energi tersebut. Peternakan lebah madu juga bisa dikembangkan dengan memanfaatkan bunga dari kebun energi tersebut.
Vertikultur dengan bangunan pencakar langit

Kebun energi kaliandra
 Gedung-gedung tinggi dibangun bahkan bukan untuk hunian manusia, tetapi sebagai lahan pertanian tanaman pangan (verticulture). Pertanian verticulture tersebut untuk mencukupi kebutuhan pangan dan memudahkan pengelolaannya. Teknik bertani secara modern digunakan untuk memaksimalkan kualitas dan produktivitas pertanian tersebut. Untuk menunjang keberhasilan pertanian tersebut IOT (internet of things) dengan sejumlah sensor yang bisa dibaca online menjadi bagian tak terpisahkan dalam pengelolaan pertanian. Efektivitas dan efisiensi bertani bisa meningkat pesat sehingga produktivitas dan kualitasnya tinggi bisa dicapai, sementara lahan-lahan yang luasnya terutama untuk kebun energi. Biochar yang bisa digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan bisa diaplikasikan untuk pertanian verticulture tersebut. Selain dibuat kompos limbah-limbah pertanian juga sebagian bisa dikonversi menjadi biochar. Untuk kapasitas besar unit pirolisis kontinyu adalah pilihan terbaik untuk produksi biochar tersebut. Produksi kompos dan biochar juga membuat usaha pertanian tersebut zero waste. Bahkan dengan teknologi pirolisis kontinyu selain dihasilkan biochar juga bisa dihasilkan energi panas dan energi listrik. Bahan bakar cair yakni biooil juga dihasilkan dari teknologi pirolisis kontinyu tersebut.
Dengan mayoritas lahan digunakan untuk kebun energi maka kebutuhan energi insyaAllah bisa dicukupi bahkan kebutuhan daging dari usaha peternakannya demikian juga produksi pangan dengan verticulture. Konsep ideal tersebut bila bisa diimplementasikan seharusnya bisa menjadi solusi masalah kehidupan saat ini. Konsep tersebut bisa diimplementasikan jika umat manusia menyadari pentingnya program tersebut dan mendukungnya. Secara teknis hal tersebut bisa dilakukan bahkan sudah ada yang melakukannya walau pada skala lebih kecil.dan belum terintegrasi sepenuhnya.
Seharusnya era bioeconomy mendatang seharusnya juga sejalan dengan perbaikan sistem ekonomi yang memberi rasa keadilan bagi penduduk dunia. Dengan model ekonomi saat ini membutuhkan 800 tahun bagi milyaran rakyat terbawah untuk mencapai 10% pendapatan global. Akibat liberalisme dan kapitalisme yang terjadi saat ini mengakibatkan 10% orang terkaya menguasai 85% kekayaan global. Tiga orang terkaya dunia memiliki aset lebih dari 47 PDB negara PDB bruto terendah. 1% orang terkaya memiliki lebih dari 50% kekayaan dunia. Ketimpangan yang sangat besar tersebut hendaknya segera bisa segera diatasi dengan ekonomi yang berkeadilan dan menyejahterakan. Transisi dari fossil economy ke bioeconomy bisa sebagai suatu media sekaligus momentum untuk perbaikan sistem ekonomi tersebut. Kawasan tropis yang sebelumnya peran ekonominya tidak seberapa, seharusnya menjadi semakin meningkat dan diperhitungkan atau bahkan menjadi pemain utama di era bioeconomy tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...