Produksi plywood atau kayu lapis Indonesia diperkirakan lebih dari 10 juta meter kubik setiap tahunnya yang diproduksi dari ratusan pabrik plywood bahkan Indonesia pernah merajai industri kayu dunia pada periode 1980 hingga 1995. Ada lima provinsi sebagai produsen plywood terbesar di Indonesia yakni Jawa Timur, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Dan enam provinsi lain yang mulai berkembang yakni Banten, Papua, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Riau dan Jambi. Sebagian besar plywood tersebut untuk pasar export.
Volume
limbah kayu pada industri plywood cukup besar mencapi hampir 55% atau
jumlahnya lebih dari 5 juta ton per tahun terhadap produksi plywood nasional tersebut. Potensi
limbah tersebut cukup besar dan memiliki potensi besar untuk diolah
menjadi wood pellet grade premium. Mengapa wood pellet menjadi pilihan
dan kenapa juga mesti grade premium? Wood pellet menjadi pilihan untuk
solusi masalah limbah plywood tersebut karena selain proses produksi
lebih mudah, juga investasi mesin lebih murah. Hal ini karena limbah
kayu pabrik plywood sudah kering sehingga tidak membutuhkan proses
pengeringan. Alat pengering atau dryer selain cukup mahal juga biaya
operasionalnya. Kualitas premium juga sangat mungkin didapat karena
kadar abu yang rendah, karena kayu untuk produksi plywood tersebut telah
dikupas kulitnya (debarking) sehingga kandungan bisa diturunkan hingga
dibawah 1%.
Pengecilan ukuran (size reduction / down sizing) adalah hal
pertama yang perlu dilakukan dengan limbah plywood atau tripleks
tersebut. Setelah ukuran partikelnya sudah sesuai yakni seukuran serbuk
gergaji (~3-5 mm) selanjutnya dilakukan proses pembasahan (wetting)
hingga kadar air mencapai sekitar 10%. Hal ini karena limbah kayu pabrik
plywood ini biasanya terlalu kering yakni dengan kadar air 4-5%
sehingga kurang memenuhi syarat untuk dipellet. Bahan baku yang terlalu
kering membuat perekatan pellet tidak optimal, sehingga pellet menjadi
rapuh bahkan pellet tidak terbentuk sama sekali. Proses pembasahan
(wetting) tersebut dilakukan dengan water sprayer untuk mencapai kadar
air tersebut. Setelah kadar air mencapai sekitar 10% selanjutnya bahan
baku tersebut masuk ke pelletiser untuk dipress atau dicetak menjadi
pellet.
Segmen pasar wood pellet dengan grade premium berbeda dengan
wood pellet grade standard atau utility sesuai tabel di atas. Penggunaan
wood pellet grade premium adalah untuk pemanas ruangan yakni terutama
pada musim dingin di daerah-daerah dengan empat musim. Alasan utama
penggunaan wood pellet grade premium untuk keperluan tersebut adalah
karena kadar abu yang sangat rendah. Dengan kadar abu yang rendah
tersebut pembersihan abu menjadi tidak terlalu sering dilakukan.
Produksi wood pellet grade premium lebih sulit dibandingkan dengan grade
standard atau utility, tetapi khusus pada industri plywood dengan
kondisi bahan baku seperti di atas maka jauh lebih mudah dan lebih siap
untuk produksi wood pellet grade premium tersebut. Sebuah kesempatan
emas bagi yang menyadari dan memahaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar