Pada kenyataannya pertumbuhan bisnis yang massif dari
wood pellet saat ini berasal dari dorongan sejumlah kebijakan di Eropa, lebih khusus lagi terutama bisnis listrik di Inggris. Pada tahun 2020 konsumsi wood pellet diperkirakan sebesar 22 juta ton. Dua pembangkit listrik di Inggris saja yang 100% menggunakan wood pellet yakni
Drax dan
Eggborough, membutuhkan 10 juta ton setiap tahunnya. Kebutuhan besar wood pellet besar lainnya adalah dari negara-negara Eropa Barat terutama Italia. Sedangkan di Asia, Jepang dan Korea adalah dua negara yang paling banyak mengkonsumsi wood pellet. Sedangkan pada tahun 2024 diprediksi produksi wood pellet akan mencapai 50 juta ton secara global.
Kanada adalah salah satu produsen utama wood pellet yang menyuplai kebutuhan sejumlah negara diatas. Luasnya hutan sehingga melimpahnya sumber bahan baku yang menjadikan Kanada sebagai salah satu produsen wood pellet.
Rusia adalah negara besar lainnya yang mulai memproduksi wood pellet. Luasnya hutan dan melimpahnya sumber bahan baku menjadikan Rusia sebanding dengan Kanada dalam produksi wood pellet tetapi masalah infrastruktur terutama yang masih menjadi penghalang utama perkembangan industri wood pellet di Rusia. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia juga mempunyai peluang besar untuk ikut berkecimpung pada bisnis wood pellet tersebut. Walaupun luas hutan yang bisa dijadikan sebagai sumber bahan baku tidak seluas Kanada maupun Rusia, tetapi iklim di Indonesia di daerah tropis yang membuat matahari bersinar sepanjang tahun adalah berkah tersendiri. Alhamdulillah, inilah salah satu kenikmatan dari Allah SWT yang harus kita syukuri.
Hutan-hutan atau kebun energi dengan tanaman rotasi cepat (
SRC) seperti Kaliandra bisa dibudidayakan dengan produktivitasnya 4 kali lipat dibandingkan daerah subtropis seperti Kanada atau Rusia untuk tanaman sejenis seperti Willow atau Poplar. Selain itu pengguna wood pellet di Asia seperti Korea dan Jepang juga akan mencari wood pellet dari kawasan Asia sebelum ke Kanada atau Rusia.
Masalah kelestarian alam atau lingkungan adalah hal penting yang harus diperhatikan, sehingga keberlangsungan usaha dan kelestarian lingkungan adalah dua hal yang secara simultan terus dijaga. Pembangkit listrik adalah pasar utama wood pellet dengan kebutuhan besar dan jangka panjang untuk itulah kerberlangsungan lingkungan tersebut perlu menjadi perhatian serius. Hampir semua pembeli wood pellet untuk pembangkit listrik juga akan mensyaratkan adanya sustainable forest management practice dan sertifikasi (semacam FSC atau SVLK) tentang asal bahan baku yang bisa dipertanggungjawabkan artinya tidak merusak hutan. Secara khusus untuk kondisi Indonesia, dengan
kebun atau hutan energi tanaman Kaliandra dengan
diintegrasikan dengan kegiatan peternakan kambing atau sapi nantinya siklus kerberlangsungan dan kelestarian alam akan terjaga.
Pembangkit listrik tenaga uap dengan bahan bakar batubara adalah salah satu penyumbang CO2 terbesar di atmosfer, sehingga apabila bisa digantikan sampai 100% atau full dengan wood pellet sebagai bahan bakar karbon netral akan mengurangi emisi CO2 secara signifikan. Pembangkit listrik
Rodenhuize 180 MW di Ghent, Belgia adalah salah satu contohnya. Pada awalnya Rodenhuize adalah PLTU batubara selanjutnya pada tahun 2011 menggunakan 100% wood pellet. Sebelumnya pada tahun 2005 pembangkit tersebut dimodifikasi sehingga bisa bekerja dengan co-firing coal dan wood pellet dan pada tahun 2011 pembangkit tersebut beralih 100% dari batubara (coal) dengan
wood pellet. Beralihnya ke wood pellet dari batubara (coal) telah membuat pembangkit listrik Rodenhuize mengurangi 1,6 juta ton emisi CO2. Pola seperti Rodenhuize sepertinya bisa menjadi referensi dan akan diikuti oleh pembangkit-pembangkit listrik batubara lainnya terutama pada negara-negara yang telah menerapkan kebijakan lingkungan pada sektor energinya untuk
berlomba-lomba menurunkan suhu bumi.