Kamis, 19 Oktober 2017

Export Pellet Fuel Dan Kesuburan Tanah

Ada sejumlah kalangan yang mengkhawatirkan apabila export bioenergi khususnya pellet fuel dilakukan secara massif maka kesuburan tanah akan menurun atau tanah menjadi rusak. Mengapa mereka mengkhawatirkan hal ini? Karena pellet fuel yang dimaksudkan adalah EFB pellet atau pellet tandan kosong (tankos) sawit. Tankos sawit sebagai bahan baku EFB pellet atau pellet tankos sawit tersebut memang saat ini banyak yang diolah menjadi kompos atau pupuk organik padat yang digunakan lagi pada perkebunan sawit tersebut. Apabila tidak ada pupuk atau nutrisi bagi pohon-pohon sawit tersebut maka memang benar bahwa kesuburan tanah akan rusak. Limbah-limbah perkebunan sawit seperti pelepah dan daunnya juga bisa dijadikan kompos tetapi akan lebih sulit pertama, karena memerlukan usaha tambahan untuk mengumpulkannya, sedangkan tankos sawit adalah limbah pabrik sawit yang setiap hari dihasilkan pabrik tersebut dalam jumlah besar sehingga tidak perlu mengumpulkan lagi. Sementara pelepah dan daun sawit adalah limbah perkebunan tersebut yang tersebar atau berserakan di perkebunan itu sendiri. Kedua, tankos dari pabrik sawit memiliki kadar air tinggi karena sebelumnya dilakukan proses pengukusan (steamming) pada produksi CPO. Kadar air yang tinggi dari tankos sawit atau sekitar 60% membuatnya mudah dikomposkan karena material tersebut mudah busuk dan terurai menjadi kompos. Sedangkan pelepah dan daun pada umumnya kering, sehingga lebih sulit untuk dikomposkan.

Masalah diatas bisa diatasi dengan penggembalaan (grazing) ternak, terutama domba. Dengan penggembalaan maka rerumputan diantara pohon sawit menjadi pakan bagi domba-domba tersebut, kotoran ternak menjadi pupuk bagi pohon-pohon sawit dan dagingnya untuk konsumsi manusia. Dengan penggembalaan tersebut manusia bisa memproduksi daging dan memupuk perkebunan sawitnya dengan sangat ekonomis. Sebuah referensi success story tentang penggembalaan ini adalah Allan Savory seorang biologist dari Zimbabwe, yang konsep penggembalaan terencananya (Holistic Planned Grazing) yang telah diaplikasikan saat ini hingga sekitar 16 juta hektar di seluruh dunia atau sekitar dua kali luas perkebunan sawit kita. Ada sejumlah faktor Keunggulan penggembalaan domba dibandingkan sapi, yang bisa dibaca di link ini, ini dan ini.
Lalu bagaimana dengan pellet fuel dari biomasa kayu-kayuan atau wood pellet dari kebun energi? Pohon-pohon yang ditanam sebagai pohon kebun energi pada umumnya berupa leguminoceae yang akarnya mampu mengikat nitrogen (nitrogen fixing trees), sehingga bisa sebagai tanaman perintis dan bisa tumbuh hampir dimana saja termasuk di lahan-lahan tandus atau gersang. Pohon-pohon tersebut bahkan mampu menyuburkan tanah yang awalnya gersang atau bumi yang mati tersebut. Tetapi untuk mendapatkan produktivitas kayu terbaiknya tanah yang subur dan dirawat semestinya (walaupun perawatannya juga sangat mudah) harus dipenuhi. Penggembalaan domba secara terencana dan presisi adalah salah satu perawatan tersebut sekaligus kita akan memproduksi daging paling ekonomis. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...