Selasa, 10 Oktober 2017

Menyelami Pasar Cofiring

Cofiring menjadi pintu masuk yang mudah untuk subtitusi batubara ke wood pellet pada pembangkit listrik pulverized system.Proses cofiring tersebut juga bisa dimulai dari prosentase kecil hingga besar, bahkan bisa mengubahnya menjadi 100% menggunakan wood pellet nantinya. Semua pellet baik jenis wood pellet maupun agro-waste pellet bisa digunakan pada cofiring ini. Agro-waste pellet bisa digunakan dalam porsi lebih kecil daripada wood pellet, karena kandungan abu lebih tinggi daripada wood pellet. Selain itu kandungan abu agro-waste pellet atau pellet yang dibuat dari limbah-limbah pertanian juga tinggi kandungan kalium dan silika yang mempunyai titik leleh rendah. Di samping itu beberapa limbah pertanian juga mengandung klorin yang cukup tinggi sehingga korosif bagi pipa-pipa boiler.
Pulverised combustion pada pembangkit listrik


Pembangkit listrik  Korea Southeast Power Co (KOSEP) Yeongheung power station 5.000 MW dengan melakukan cofiring 6% dengan wood pellet tidak membutuhkan modifikasi sama sekali  dan membutuhkan sekitar 10 juta ton batubara dengan 600.000 ton/tahun wood pellet. Pada rasio cofiring 3-10% pada terbukti sukses di berbagai pembangkit listrik listrik  seluruh dunia dan juga belum dibutuhkan modifikasi pembangkit listrik. Sedangkan cofiring dengan agro-waste yakni jerami (straw) telah dilakukan pembangkit Studstrup di Denmark yakni mencapai rasio 10% juga dengan tanpa adanya modifikasi. Rasio tertinggi untuk agro-waste atau limbah pertanian tersebut yakni 20% masih bisa berjalan baik tanpa modifikasi pembangkit listriknya. Tingkat korosi pada cofiring 10% jerami menyamai penggunaan rutin batubara, sedangkan pada cofiring 20% jerami kecepatan korosi lebih tinggi. Bahkan setelah beroperasi 2 tahun cofiring 10% jerami memberikan kinerja yang baik dan bisa diterima dalam operasi harian pembangkit tersebut. Jerami (straw) adalah limbah pertanian yang sangat banyak terdapat di Denmark dan juga sebagai bahan bakar biomasa utama. Konversi hingga 100% (full firing) wood pellet juga telah dilakukan sejumlah pembangkit dan hanya dengan modifikasi minor pada pembangkitnya, yakni Ontario Power Generation (OPG) Atikokan 240 MW.
Shinchi Power Station Jepang 2 x 1000 MW dengan cofiring 3% membutuhkan wood pellet 130.000 ton/tahun 
Drax Power Station Inggris menjalankan 2x650 MW dengan 100% wood pellet membutuhkan sekitar 6,3 juta ton/tahun
Studstrup power station Denmark 700 MW melakukan cofiring hingga 20% dengan jerami (straw)
Saat ini terjadi kecenderungan untuk pembangkit-pembangkit listrik besar batubara dengan pulverized system untuk mulai melakukan cofiring dengan berbagai prosentasenya dan berbagai jenis pellet fuel. Selain itu sejumlah pembangkit listrik yang menggunakan 100% wood pellet juga banyak dibangun, seperti di Jepang. Daya dorong tersebut karena negara atau pemerintah yang bersangkutan memang juga memiliki kebijakan ke arah tersebut. Ada sejumlah negara yang memiliki hutan luas sehingga wood pellet bisa mudah diproduksi misalnya Amerika Serikat dan Kanada, sebaliknya ada yang kawasan hutannya terbatas tetapi melimpah limbah pertaniannya, misalnya China dan Denmark. Diprediksi konsumsi wood pellet dunia pada tahun 2024 mencapai 50 juta ton (minus China), dengan Korea Selatan dan Jepang saja mencapai 20 juta ton pada 2020. Sebuah proyeksi untuk penggunaan cofiring di China apabila 16% saja dari pembangkit listrik disana melakukan cofiring dengan rasio 5%, maka kebutuhan wood pellet untuk negara itu saja mencapai hampir 40 juta ton. Walaupun dengan limbah pertanian yang sangat banayak tetapi dengan luas hutan yang terbatas China akan mengimport untuk kebutuhan wood pelletnya sesuai proyeksi tersebut.




Berdasarkan pasar wood pellet untuk cofiring yang terus meningkat tentu menjadi peluang besar bagi Indonesia yang beriklim tropis, dengan tanah yang luas, dan subur untuk menjadi pemain utama wood pellet untuk ramai-ramai memasok pasar cofiring tersebut. Tentu ini adalah peluang usaha yang menarik dan seharusnya kita tidak hanya menjadi penonton saja di era bioeconomy atau biomasa ini. Dengan iklim tropis maka kebun energi di Indonesia hanya membutuhkan 1 tahun untuk menghasilkan biomasa kayu setara 4 tahun kebun energi di Eropa. Penggunaan kayu-kayu dari pepohonan (syajara) untuk sumber energi juga sesuai petunjuk Al Qur'an untuk lebih detail bisa dibaca disini. Tanah-tanah luas tersebut kembali hijau tambah subur dan menghasilkan kayu-kayu untuk wood pellet, serta dengan penggembalaan domba sebagai harta terbaik dan produksi daging yang terutama untuk meningkatkan konsumsi daging kita yang baru 1/4 rata-rata dunia atau 10 kg/tahun/kapita . Tahap produksi wood pellet dari kebun energi bisa dibaca disini. Sekali dayung 2-3 pulau terlampaui, menjadi produsen wood pellet, produsen daging sekaligus menyuburkan tanahnya. Terakhir sesama muslim harus bersyirkah untuk mewujudkan atau menangkap peluang tersebut hal tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...