Minggu, 18 Februari 2018

Pemadatan Biomasa Bagian 2 : Kayu Limbah Rami Untuk Wood Pellet dan Wood Briquette

Limbah rami (Boehmeria nivea) berupa kayu adalah bahan baku berbagai produk olahan biomasa, yang bisa digunakan untuk sektor energi, pulp and paper, dan berbagai produk lainnya. Untuk penggunaan sektor energi, kayu tersebut bisa untuk wood pellet dan wood briquette dengan teknologi pemadatan biomasa (biomass densification). Sedikit berbeda dengan wood pellet yang hanya menghasilkan produk pellets berbentuk silinder dengan diameter pada umumnya 6-8 mm, sedangkan pada wood briquette dengan ukuran lebih besar dan memiliki bentuk yang bermacam-macam seperti silinder, heksagonal, octagonal, balok, kubus dan sebagainya. Teknologi untuk pembriketan juga bermacam-macam, yakni ada dengan hydraulic press, screw press dan piston press, untuk lebih rinci bisa dibaca disini. Pilihan teknologi tersebut tergantung bentuk briquette, kepadatan, kapasitas dan pengolahan lanjut. Briquette tipe screw press dengan lubang ditengah pada umumnya bisa diolah lanjut menjadi briket arang. Wood briquette dari screw press tersebut selanjutnya diarangkan pada tungku karbonisasi untuk menjadi briket arang. 


Proses produksi wood pellet dan wood briquette dari kayu limbah rami tersebut juga sama seperti pengolahan dari bahan baku kayu limbah lainnya. Kayu limbah tersebut selanjutnya dikecilkan ukurannya (size reduction) seukuran serbuk gergaji selanjutnya dikeringkan dan setelah itu dipadatkan baik untuk produksi wood pellet maupun wood briquette. Alat proses produksi wood pellet dan wood briquette memiliki banyak kesamaan, hanya pada alat pemadatannya saja yang membedakan, wood pellet dengan pelletiser dan wood briquette dengan briquetting machine. Briket pada umumnya juga lebih padat dibandingkan dengan pellet, yakni bisa mencapai 1,4 ton/m3 sedangkan wood pellets berkisar 650-700 kg/m3. Kayu limbah yang bersih dari kulit juga menjadi bahan baku berkualitas tinggi, hal ini membuat kadar abu sangat kecil bahkan bisa digolongkan ke wood pellet jelas premium apabila kadar abu kurang dari 1%. Pembersihan kulit (debarking) atau dekortikasi  pada proses pembuatan rami itulah yang membuat limbah kayunya bersih atau terbebas dari kulitnya yang memiliki kandungan abu besar. Ditinjau dari sudut pandang produsen wood pellet, limbah kayu rami inilah yang dicari, karena tidak perlu lagi membersihkan kulit kayu  (debarking) yang menyebabkan kandungan abu tinggi dan menjadi tahapan proses tersendiri. 


Limbah kayu rami ini memiliki prosentase hampir  40% dari batang rami, artinya setiap kilogram batang rami dihasilkan limbah kayu rami 0,4 kg. Indonesia belum menjadi produsen utama serat rami, dengan produksi dikisaran 1500 ton/tahun dan tergolong  masih sangat kecil atau kurang dari 1% produksi dunia  dan luas kebun rami total sekitar 1200 hektar. Di Indonesia terdapat banyak daerah penghasil rami seperti Wonosobo, Lahat,Pagar Alam, Muara Enim, Lampung Utara, Lampung Barat, Tanggamus, Toba Samosir dan wilayah lainnya. Setiap hektar menghasilkan  kurang lebih 36 ton batang basah atau total 43.200 ton batang basah dengan kisaran 1,3 ton serat rami/hektar. Dengan produksi serat rami sejumlah itu, berarti jumlah limbah kayu rami sekitar 17.200 ton. 


Produsen utama serat rami saat ini adalah India dan Bangladesh dengan produksi masing-masing sekitar  2 juta ton, dan 1,4 juta ton, sehingga limbah kayunya berarti sekitar 23 juta ton (India) dan 16 juta ton (Bangladesh), yang juga sangat banyak sebagai bahan baku wood pellets atau wood briquette. Indonesia saat ini juga sedang mendorong perkebunan serat rami tersebut, karena sebagian besar bahan tekstil seperti serat rami masih harus import dalam jumlah besar. Serat rami juga bisa digunakan untuk berbagai bahan pakaian, dan walaupun kualitasnya dibawah katun, seperti hanya serat akrilik yang juga dibawah wol kualitasnya tetapi bisa sebagai versi imitasi dari serat wol. Serat wool didapat dari bulu domba, yang saat ini juga sebagian besar juga import. Dengan penggembalaan domba diberbagai perkebunan yang banyak terdapat di Indonesia, maka import serat wol bisa diminalisir bahkan dieliminasi. Ada sekitar 12 juta hektar kebun kelapa sawit, lalu 3,7 juta hektar perkebunan kelapa dan 3,4 juta hektar kebun karet yang bisa digunakan untuk penggembalaan domba tersebut. Saat ini import berbagai bahan tekstil Indonesia juga masih sangat besar, sehingga penanaman rami dan peternakan domba juga sebagai solusi masalah tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...