Jumat, 16 Februari 2018

Telat Berinovasi, Akan Dikuasai

"Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)". (HR. Sunan Abu Daud).

Energi adalah sektor vital dan penting, disamping sektor pangan dan air. Untuk ketiga hal tersebut, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk bersyirkah. Hal ini jelas karena apabila ketiga hal penting tersebut dikuasai oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab maka urusan umat akan rusak dan amburadul. Ketiga hal diatas seharusnya membuat umat muslim untuk bersatu dan mengamalkannya. Pada level negara pun juga sama. Apabila ketiga hal pokok diatas tidak bisa dikuasai dan berdaulat maka akibatnya negara menjadi tidak mandiri dan mudah dikendalikan oleh negara lain. Tentu ini adalah sesuatu hal yang tidak kehendaki dan kita hindari.
Inovasi adalah salah satu faktor kunci untuk bisa menguasai ketiga hal pokok tersebut di atas, selain berbagai kebijakan yang mendukungnya. Tanpa inovasi maka itu adalah bom waktu yang segera menghancurkan semuanya. Sektor pangan misalnya, bagaimana jika bibit-bibit tanaman pangan harus import, apalagi itu juga jenis GMO yang membahayakan kesehatan manusia, sektor air juga demikian juga, ketika sumber-sumber dikuasai asing, sehingga masyarakat menjadi kesulitan untuk mendapat air yang cukup baik untuk konsumsi maupun pertanian pangan mereka. Terhitung sudah lebih dari 750 sumber mata air telah dikuasai asing bahkan selain memasarkan produk airnya di Indonesia juga meng-eksportnya.  Pada sektor energi juga demikian juga. Hal itu senada dengan apa yang dikatakan oleh Henry Kissinger, seorang menteri luar negeri Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1970an,  “If you control the oil, you control the country; if you control food, you control the population”.  Minyak bumi merepresentasikan energi saat itu yang sebagian besar menggunakannya, juga tidak jauh berbeda dengan hari ini. 
Lebih lanjut untuk sektor energi, walaupun Indonesia masih memiliki cadangan energi fossil hingga beberapa puluh tahun ke depan, tetapi untuk minyak bumi kondisinya saat ini malah menjadi nett importer. Selain itu energi fossil juga sudah mencapai kesepakatan dunia, untuk terus dikurangi penggunaannya karena dianggap tidak ramah lingkungan dan memacu pemanasan gobal yang membahayakan penduduk bumi. Untuk itulah inovasi di sektor energi terbarukan tidak boleh mandeg, tetapi harus terus dikembangkan. Ketika produksi energi terbarukan sudah menyamai energi dari fossil, maka secara kuantitatif jumlah energi menjadi sangat besar, dan penggunaan energi terbarukan menjadi kebutuhan pokok. Dan ketika kedaulatan energi telah dikuasai maka menggenjot sektor industri menjadi mudah. Bagaimana mau berdaulat di sektor energi, jika kebutuhan untuk memasak sehari-hari saja kita mengalami kesulitan akibat langkanya gas LPG? 

Kita harus inovatif melihat tanah-tanah kosong ataupun tanah berbagai perkebunan untuk bisa lebih dioptimalkan sehingga bisa mandiri untuk ketiga hal diatas. Ketika Islam berkuasa dengan dipimpin seorang Khalifah, maka pemilik-pemilik lahan yang tidak mengolah tanahnya selama 3 tahun, maka tanah tersebut harus diserapkan ke negara untuk bisa dikelola orang lain yang mampu. Kebijakan ini telah mendorong pemanfaatan tanah-tanah pertanian secara efektif dan efisien. Lahan-lahan kritis yang tandus seharusnya ditanami. Dan tanaman jenis leguminoceae seperti  kaliandra dan gamal bisa sebagai tanaman perintis dan kebun energi. Untuk mengoptimalkannya dengan penggembalaan domba sehingga kotorannya akan memupuk kebun tersebut, lalu rumput dan limbah daun menjadi pakan domba-domba tersebut. Dengan cara ini beternak domba menjadi murah, dan juga kebun energi menjadi subur dan optimal panennya. Untuk membuktikan, silahkan dihitung usaha peternakan domba dengan penggembalaan dengan usaha peternakan dengan mengandalkan membeli pakannya, sekaligus kebutuhan pupuk untuk kebun energi (jika menggunakan pupuk). Untuk domba dengan jumlah ribuan ekor akan terasa sekali penghematan tersebut.Perkebunan-perkebunan yang ada seperti perkebunan kelapa sawit yang luasnya mencapai 12 juta hektar, perkebunan kelapa 3,7 juta hektar dan perkebunan karet 3,5 juta hektar, bisa dijadikan untuk Padang penggembalaan tersebut. 
Perkebunan Kelapa, salah satu lahan penggembalaan ideal
Kebun energi adalah inovasi untuk pemanfaatan lahan-lahan kritis dan tanah-tanah kosong tersebut, demikian juga produksi wood pellet, wood briquette, arangbahan kimia dan listrik dari panen kayu yang dihasilkan. Pengembangan berbagai inovasi tersebut harus terus dilanjutkan terutama sebagai solusi berbagai masalah yang ada, seperti masalah kelangkaan bahan bakar, masalah ekonomi, masalah lingkungan, masalah pangan dan sebagainya. Bahwa kita semua ingin menjadi negeri yang mandiri, mereka dan tidak dikendalikan oleh asing, maka inovasi pada ketiga hal pokok diatas tidak bisa ditinggalkan. Dan karena untuk mencapai ke kondisi negeri yang mandiri tersebut jelas tidak mudah dan perlu proses yang membutuhkan waktu dan kesabaran, sehingga kita semua harus saling mendorong supaya prosesnya terus berjalan, bahkan bisa diakselerasi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...