Rabu, 07 Februari 2018

Pemadatan Biomasa : Cocopeat Menjadi Cocopeat Block

Teknologi pemadatan biomasa (biomass densification) ternyata tidak hanya digunakan untuk sektor energi saja seperti yang populer saat ini yakni pellet dan briket, tetapi juga sektor lainnya. Pemadatan cocopeat atau cocodust menjadi block atau briket ternyata pemakaian utamanya bukan untuk energi, tetapi untuk media tanam atau pertanian. Cocopeat block pada dasarnya juga briket, karena ukurannya lebih besar daripada pellet. Dengan cocopeat yang memiliki kemampuan menahan air yang tinggi dan juga pupuk, sehingga pemakaiannya bisa menjadi solusi masalah pangan. Media tanam yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik demikian pula hasil panennya. Lahan-lahan yang kurang subur bisa diperbaiki dengan cocopeat tersebut. 

Cocopeat block dengan bentuk kotak atau kubus, maka semua teknologi pemadatan atau pembriketan bisa digunakan untuk pembuatan cocopeat blok tersebut. Proses produksi cocopeat block juga sama seperti pembuatan wood pellet maupun wood briquette. Pada umumnya ukuran cocopeat block cukup besar seperti 20x20x20 cm sehingga sebagian besar menggunakan mesin press tipe hydraulic. Apabila menggunakan mesin press tipe screw dan piston, maka ukuran mesin press menjadi besar, mahal dan sulit operasionalnya. Mesin press tipe hidraulik inilah yang paling ekonomis dibandingkan mesin press screw dan mesin press piston, walaupun bekerja secara batch. Konstruksi mesin hidraulik juga lebih sederhana dibandingkan dengan dua tipe mesin press lainnya. Untuk lebih jelas tentang teknologi pemadatan tersebut bisa dibaca disini


Dengan luas perkebunan kelapa yang dimiliki Indonesia mencapai 3,5 juta hektar, maka potensi cocopeat juga sangat besar. Cocopeat dihasilkan dari produksi cocofiber atau merupakan limbah produksi cocofiber tersebut. Saat ini pemanfaatan sabut kelapa juga belum optimal. Setelah kelapa dikupas atau dipisahkan dari sabutnya, biasanya sabutnya hanya ditumpuk sampai kering, dan dijadikan bahan bakar. Pemanfaatan sabutnya untuk produksi cocofiber dan cocopeat akan memberi nilai tambah lebih menarik secara ekonomi. Cocofiber sendiri juga menjadi komoditas export dengan penggunaan untuk bahan baku serat berkaret, matras, karpet, dan produk-produk industri/kerajinan rumah tangga. Matras dan serat berkaret banyak digunakan dalam industri jok, kasur dan pelapis panas (isolator). 

Sebagai media tanam yang mampu menahan air sangat tinggi hingga 73%, maka kelebihan air bisa berakibat fatal bagi tanaman. Pada prakteknya media tanam tidak menggunakan 100% cocopeat tetapi dengan media lainnya seperti pasir dan arang (biochar). Pada pemakaiannya cocopeat block juga dihancurkan atau diurai lagi sehingga menjadi bisa digunakan menjadi media tanam tersebut. Pembuatan cocopeat block akan menghemat transport, memudahkan handling dan memudahkan pengemasan sehingga bisa dikirim jarak jauh atau export secara ekonomis. Penggunaan cocopeat dengan arang (biochar) akan menjadi media tanam  berkualitas tinggi, karena mampu menahan air secukupnya, menjadi rumah favorit mikroba tanah untuk menyuburkan tanah dan menghemat pemakaian pupuk secara signifikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Urgensi Transisi Energi Berkeadilan

Seorang muslim dari Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan aktivis lingkungan, Ibrahim Abdul Matin (2012), dalam bukunya Green Deen : What...